Chereads / aku, kamu, and sex / Chapter 5 - first night (2)

Chapter 5 - first night (2)

malam semakin larut, bintang berkelap kelip bergantian menghiasi malam, harusnya semua itu menambah keindahan malam ku saat ini, mimpi setiap pengantin dimalam pertama setelah mereka sah menjadi suami istri, malam dimana tumbuh berjuta kasih disetiap pasangan pengantin baru, tapi tidak untuk gadis yang sedang khusuk berdoa setelah sebelumnya menjalankan sholat isya.

"ya Allah kuatkan hamba -Mu ini, tiada daya dan upaya kecuali itu semua karena -Mu ya Allah." kata-kata itu terus keluar dari bibir indah jelita, seolah dia sedang mengirim sugesti pada seluruh sendi dan urat nadi dalam tubuhnya.

jelita meraih kitab suci umat Islam yang terletak di meja nakas disamping tempat tidurnya. tak lama terdengar lantunan ayat-ayat suci yang merdu, sebagai seorang gadis yang sedari kecil dididik dalam pesantren sudah tentu jelita sangat fasih dalam membaca Al-Qur'an, bahkan dia sudah menghafal beberap juz dalam Al-Qur'an karena seringnya dia membaca kitab suci tersebut.

Namun, ketika sedang asyik melantunkan Kalam Allah, telingga mendengar suara langkah kaki di dekat balkon kamarnya. sambil terus membaca Al-Qur'an jelita menajamkan telingganya, dan diam-diam bersikap waspada. jelita meletakkan kitab suci tersebut di rak samping tempatnya membaca kitab suci, namun bibirnya terus melantunkan surat-surat Allah dengan tenang, tanpa berniat melepaskan mukenanya dia mengakhiri bacaannya. dan tanpa diduga..

"keluar kalian!!!!!" teriak jelita dengan lantang. tiba-tiba lima orang lelaki berbadan tegap keluar dari balik tirai dekat balkon.

"siapa kalian?!!!" tanpa gentar sedikitpun jelita menatap tajam kelima lelaki tersebut.

"tak perlu tau siapa kami, yang perlu kau tahu, kami disini untuk menghabisi mu." kata salah seorang dari lelaki tersebut.

"oh, begitulah??" jawab jelita dengan tatapan mengejek.

"coba saja kalau kalian bisa." lanjut jelita.

"gede juga nyali nya." kata lelaki botak pada sahabatnya.

"ayo, kita habisi dia, lebih cepat kita bergerak, itu lebih baik." kata seorang lelaki lainnya.

tanpa menunggu aba-aba mereka langsung maju kearah jelita, namun tanpa diduga jelita langsung melompat ke arah lima orang tak dikenal tersebut, dan berhenti tepat di belakang mereka. dengan gerakan yang sangat cepat jelita menotok aliran darah tiga orang lelaki yang kini membelakanginya, dan dua orang lainnya bersiap menyerang jelita dengan melayangkan pukulan ke arah jelita, tapi sayang pukulan itu dengan mudah dihalau oleh jelita, jelita memiting dua tangan lelaki yang hendak memukulnya, sontak saja kedua lelaki itu berteriak kesakitan, dan kesempatan itu digunakan jelita untuk menotok aliran darah kedua lelaki tersebut. akhirnya kelima orang tak dikenal itu diam tak dapat mengerakkan badan mereka.

jelita duduk diatas ranjng dengan bersila, yang sebelumnya dia telah mengambil tas jinjing dari dalam lemari.

"sekarang katakan, siapa yang menyuruh kalian?"

"maaf nona, kami disuruh tuan Danil, nona."

"Danil?" jelita mencoba meyakinkan pendengarannya, kedua alis tebalnya beradu seolah sedang berpikir keras tentang permasalahan yang berat.

"iya nona, tuan Danil." kata seorang lelaki yang lain.

"apa pak Danil yang ini?" tanya jelita sambil menyodorkan sebuah foto dari ponselnya.

"iya..iya benar nona."

"baiklah, sekarang dengarkan saya baik-baik, kalian semua pergi dan tinggalkan kota ini, carilah pekerjaan yang lain, dan jangan menunjukkan wajah kalian pada Danil ataupun pada saya lagi, ambil uang ini untuk bekal kalian pergi dari kota ini." kata jelita sambil menaruh segepok uang di depannya.

"baik nona,"

jelita melangkah untuk membebaskan kelima pria itu dari totokan. dan kembali duduk diatas ranjang, matanya menatap tajam kelima pria itu yang sedang menahan sakit dan meregangkan otot mereka.

"ambil uang ini dan cepat pergi." kata jelita dengan nada dingin.

"baik nona, maafkan kami nona, kami hanya menjalankan perintah demi mendapatkan uang, kami akan pergi dari kota ini bersama keluarga kami, kami berjanji tidak akan kembali lagi."

"hm."

kelima laki-laki itu segera mengambil uang yang tergeletak diatas ranjang dan pergi lewat pintu balkon.

jelita melangkahkan kaki ke arah balkon memandangi kelima pria itu yang semakin lama-semakin menghilang ditelan gelapnya malam.

"aku ikuti permainanmu, Danil." gumam jelita.