Jam berdetik dengan cepat, tidak teras sudah pukul empat sore. Kenan memutuskan untuk pulang lebih awal, bukan karena kekasihnya yang meminta tapi ingin segera bertemu kekasihnya. Kini mobilnya sudah bersama dengan mobil lainnya dijalan raya. Saat lampu merah ia menyandarkan satu tangannya di kaca mobil, sementara satu tangannya yang lain memegang stir.
Di depan mobilnya ia bisa melihat seorang wanita berseragam SMA yang memeluk lelaki yang memboncenginya. Ia memutar malas bola matanya menatap pasangan muda itu yang terlihat sedang bermesraan.
"Nanti juga putus!" cibirnya.
Lampu lalu lintas sudah berubah, ia pun kembali melajukan mobilnya. Sekitar pukul 17.45 akhirnya ia sampai di basement appartement kekasihnya.
Ia turun dari mobil, dengan langkah malas ia terus berjalan hingga sampai di depan pintu appartement kekasihnya. Ia memasukkan pin appartement, ketika pintu sudah terbuka ia bisa mencium aroma masakan yang sedang di buat kekasihnya.
Wajahnya yang semula tertekuk kini tersenyum hingga matanya menyipit. Ia melepaskan sepatu dan meletakkan sepatunya di rak sepatu. Memakai sandal rumah dan berjalan sambil melepaskan dasinya yang mencekik lehernya itu kemudian ia menaruh tas kerja dan jasnya di sandaran sofa.
Senyumannya semakin mengembang ketika melihat tubuh kekasihnya yang hanya menggunakan boxer saja. Ia menghampiri kekasihnya yang sedang fokus memasak tanpa menyadari kedatangannya.
Sampai di belakang tubuh kekasihnya, tangannya langsung melingkari pinggang kekasihnya dan dagunya ia sandarkan di pundaknya.
"Kau membuatku, terkejut," ucap kekasihnya yang masih fokus mengaduk makanannya.
Kenan tidak menjawab dia malah menghirup aroma tubuh kekasihnya di ceruk lehernya. Ia pun mulai mengecupi leher kekasihnya itu membuat sang empunya mendesah.
"Hentikan Kenan, aku sedang memasak!" peringat Raka, kekasihnya itu.
"Aku rindu kamu," ucapnya dengan suara serak.
"Baru juga tadi pagi kita bertemu, kau sudah merindukanku. Dasar bucin!" cibir Raka kemudian mematikan kompornya. Ia berjalan untuk mengambil mangkuk sayur tanpa peduli Kenan yang memeluk pinggangnya.
Ia menuangkan masakannya ke dalam mangkuk setelah itu ia berjalan ke meja makan untuk meletakkan sayurnya dengan Kenan yang masih setia memeluk pinggangnya. Setelah ia selesai meletakkan masakannya ia pun membalikkan tubuhnya untuk menatap kekasihnya.
"Ada apa, hum?" tanyanya sambil mengusap pipi kekasihnya yang tertekuk itu.
"Hari ini ada wanita yang masuk ke dalam lift pribadiku," jawabnya dengan wajah cemberut.
"Bagaimana bisa?" tanya Raka mengernyitkan dahinya.
"Dia anak baru yang akan interview, tapi ia tidak salah karena resepsionis bodoh itu tidak memberitahukan padanya!" ucapnya kesal dan ia pun melepaskan pelukannya.
Raka menghela napasnya, kemudian mengusap rahang kokoh kekasihnya itu. "Ayolah sayang, yang terpenting dia tidak menganggumimu seperti wanita-wanita lainnya," ucapnya seraya tersenyum hangat.
"Tapi, tetap saja, aku tidak menyukainya. Lift itu hanya boleh aku dan kamu yang memakainya. Orang lain tidak boleh menggunakannya!" kesalnya.
"Dia masih orang baru, jadi tidak masalah. Lagi pula, jika dia di terima di kantor, dia pasti tidak akan mengulanginya lagi," ucapnya sambil mengusap rahang kokoh kekasihnya itu.
Kenan tersenyum, kemudian ia memegang tangan Raka dan mencium telapak tangannya. "Aku butuh di charge," ucapnya seraya tersenyum penuh arti.
Raka langsung menarik tangannya dan memukul lengan kekasihnya. "Mandi! setelah itu makan!" perintahnya dengan nada suara ketus dan ia pun melangkah pergi ke dapur. Namun, baru satu langkah dia berjalan, Kenan dengan cepat menarik pergelangan tangannya.
Ia pun langasung meraup bibir kekasihnya membuat sang kekasih terdiam beberapa saat hingga tangan nakal Kenan yang mulai meraba tubuhnya menyadarkannya. Dengan kuat ia mendorong tubuh kekasihnya hingga pagutan bibirnya terlepas.
"Nanti, malam, okey! kau harus makan dulu!" perintahnya dengan tatapan tajam.
"Aku butuh amunisi, fuck me, pliss," mohon Kenan dengan wajah melasnya.
"Are you sure?" tanya Raka memicingkan matanya.
"Yes, Fuck me pliss," mohonya.
"Kau bisa tidak bangun besok!" peringat Raka dengan tatapan mengancam.
"Jangan sampai pagi," jawabnya dengan wajah memelas.
"Sayangnya aku tidak bisa, kau tahu itu, hum," ucap Raka sambil memegang rahang Kenan dengan ibu jari di sebelah kanan dan telunjuknya di sebelah kiri membuat bibir Kenan maju beberapa senti.
Kenan sempat berpikir tapi, sayangnya Raka sudah meraup bibirnya terlebih dahulu. Kenan pun langsung membalas ciuman kekasihnya tanpa berpikir panjang lagi. Suara decapan bibir mereka pun terdengar memenuhi ruang makan.
Kenan yang memiliki postur tubuh yang lebih besar itu mengangkat tubuh kekasihnya yang memang lebih kecil darinya. Raka dengan sigap langsung melingkarkan kakinya di pinggang Kenan. Ciuman mereka tidak berhenti hingga mereka berdua sudah di atas ranjang dengan posisi Raka di bawah tubuh Kenan.
Tangan Raka bergerak melepaskan kancing kemeja Kenan. Kenan bangun untuk melemparkan kemejanya ke sembarang arah. Raka duduk kemudian dengan terburu-buru mereka berdua melepaskan celana mereka masing-masing hingga kini tidak ada sehelai benang yang menutupi tubuh mereka.
Kenan mendorong tubuh kekasihnya itu dengan lembut seraya tersenyum hangat. Bibir mereka kembali beradu untuk kembali menikmati kelembutan bibir pasangannya. Tangan Raka bergerak meremat milik Kenan supaya bisa terangsang sedangkan tangan Kenan bergerak meremas kedua dada Raka.
Ciuman Kenan turun ke rahang, leher dan kemudian dada Raka. Ia menjepit punting Raka supaya bisa di hisap dan lidahnya pun bermain di puncak puting kekasihnya membuat sang empunya mendesah nikmat.
Raka yang sudah tidak tahan pun langsung membalikkan tubuhnya hingga kini dia berada di atas Kenan. Ia mulai menciumi leher dada dan tangannya terus memainkan milik Kenan. Kenan memejamkan matanya menikmati permainan kekasihnya.
Raka turun dari tempat tidur dan dia mengambil gel pelumas juga kondom yang terdapat di laci nakas.
Kenan mengigit bibir bawahnya untuk menggoda Raka membuat Raka tersenyum penuh arti. "Menungging!" perintah Raka dan Kenan pun langsung mengambil posisi menungging.
Raka menumpahkan gel pelumas pada lubang anus Kenan. Satu jarinya masuk ke dalam anus yang di baluri gel dan satu tangannya masih mengurut milik Kenan. Desahan dari bibir Kenan memenuhi ruang kamar mereka berdua.
Raka menciumi punggung Kenan dengan kedua tangannya yang masih mengerjai lubang dan milik Kenan. Ia membuka kondom kemudian memasangnya ke miliknya. Ia kembali mengambil gel pelumas dan membaluri kondom yang sudah membungkus miliknya.
"Aku akan mulai, hum," ucapnya dan langsung mendorong masuk miliknya ke lubang anus Kenan. Kenan mencengkaram bantal dan mengigit bibirnya ketika milik Raka perlahan masuk ke dalam miliknya.
Raka mulai memaju mundurkan miliknya ketika sudah mulai nyaman di lubang nikmat ke kasihnya. Kenan mengigit bibir bawahnya menahan rasa nikmat itu walau masih sedikit agak sakit. Ya, selama menjalin kasih baru sekitar tujuh bulan terakhir ini Kenan mau yang menjadi both saat mereka berhubungan badan.
Awalnya Kenan tidak mau jika dirinya yang harus di tusuk, alhasil semenjak mereka melakukan hubungan intim Raka yang menjadi both atau yang berperan sebagai wanita yang di masuki lubangnya sedangkan dia sebagai top.
Hingga 7 bulan yang lalu saat mereka sedang menonton film blue Kenan dengan wajah polos bertanya, "Apa enak jika di tusuk?" tanyanya dengan mata yang fokus dengan film blue yang mereka tonton. Raka hanya tersenyum dan mereka pun langsung melakukannya.
Walau awalnya sakit tapi ketika milik Raka menusuk sampai ke titik kenikmatan ia pun mulai merasakan kenikmatannya. Desahan mereka masih mengisi kamar appartement itu hingga pukul tiga dini hari.
Raka menyelimutin tubuh Kenan kemudian ia memilih membersihkan tubuhnya. Selesai membersihkan tubuhnya, ia yang hanya memakai piyama itu memunguti pakaian yang berserakan di lantai dan di letakkan di keranjang baju kotor.
Raka ke luar dari kamar untuk mengambil minum. Lelaki yang usianya terpaut tiga tahun lebih tua dari Kenan itu kini berdiri di depan balkon sambil menikmati sekaleng bir. Wajahnya yang tampan seperti aktor korea yang membuat para wanita insekiur saat di dekatnya karena jika dia di make up dan memakai pakaian wanita, maka dia akan terlihat begitu cantik.
Ia memperhatikan lampu-lampu kota yang menghiasi dini hari. Matanya terpaku melihat lurus ke depan sambil menerawang jauh.