Chereads / Menikah dengan Mantan / Chapter 5 - Bab 5

Chapter 5 - Bab 5

Kenan yang sedang melihat laporan keuangan dari manajer keungannya tidak bisa konsentrasi. Pikirannya terus tertuju pada Raka yang katanya akan bermain dengan kekasihnya nanti malam. Dia tahu, Raka memang suka bermain dengan wanita di belakangnya. Walau dia sudah tahu sifat Raka, ia masih tidak terima.

Ingin marah tapi dia tidak bisa jika berlama-lama marah pada Raka, karena pada akhirnya dia yang duluan yang ingIn tahu kabar Raka. Entahlah, Raka membuatnya menjadi candu. Tanpa Raka dia seperti mayat hidup, dia merasa Raka yang membawa warna di hidupnya.

"Bapak boleh pergi," ucap Kenan memerintahkan manajer keuangannya itu untuk pergi.

"Baik, Pak. Kalau begitu, saya permisi," pamitnya.

"Ya!" jawabnya singkat.

Manajer keuangannya pun ke luar dari ruangannya. Kenan meraih handphonennya dan kembali menelpon Raka. Raka tidak menjawab sama sekali panggilannya. Entahlah, dia merasa harus menghentikan keinginan Raka untuk tidur dengan kekasihnya itu.

Kenan membanting handphonennya karena kesal Raka tidak menjawab telpon. Tidak lama pintu terbuka, lelaki yang membuatnya uring-uringan berjalan masuk dengan santainya dan tidak lupa, ia mengunci pintu ruangannya. "Mau berapa handphone yang kamu rusakin?" tanyanya sambil berjalan mengahmpiri Kenan yang hanya diam menatap Raka.

"Ngapain kesini, katanya mau tidur dengan kekasihmu itu!" kesal Kenan.

Raka tersenyum dan kini ia sudah berdiri di depan Kenan. "Ingin melihat kekasihku yang sedang marah," jawab Raka yang kini menyandarkan bokongnya di meja kerja sambil bersedekap.

"Kamu bertengkar dengan wanita itu?" tanya Kenan yang malah merasa bersalah melihat raut wajah Raka yang tersenyum, tapi ia tahu jika itu bukan senyum tulus.

"Maaf," ucap Kenan merasa bersalah.

"Untuk?"

"Membuatmu marah karena mengganggu kencanmu," jawab Kenan.

Raka tersenyum, "mendekatlah," ucapnya masih tersenyum.

Kenan berjalan mendekat dan ia kini berdiri di hadapan Raka. Raka tersenyum ia turun dari duduknya dan dengan cepat ia mendorong tubuh Kenan hingga duduk di kursi kerjanya. Ia mencengkram rahang Kenan dengan ibu Jari di pipi kanan dan empat jarinya di pipi sebelah kiri. "Kamu tahu kan, aku tidak suka jika ada yang mengatur. Jika kamu ingin tetap bersamaku, jangan pernah mengaturku. Jika, tidak ... " Raka diam, ia sengaja menggantung kalimatnya.

"Aku, minta maaf. Aku janji gak akan mengulanginya. Aku hanya ... "

"Aku tidak mungkin menikah, kamu tahu kan, jika aku tidak percaya dengan pernikahan."

"Iya, aku minta maaf," ucap Kenan dengan susah payah.

Dengan kasar, Raka melepaskan cengkramannya kemudian ia pun meraup bibir Kenan. Ruangan yang kedap suara membuatnya bisa leluasa melakukan apapun. Kenan membalas ciumannya dan saat ini posisi Raka sedang duduk di atas pangkuan Kekasihnya dengan posisi mengangkang.

Ciuman Raka turun ke rahang kemudian leher Kenan. Tangan mereka sudah membuka kancing kemeja pasangannya satu sama lain. Ciuman Raka semakin turun hingga kini ia sudah berjongkok di depan belalai Kenan yang mulai membesar.

Ia melepaskan ikat pinggang Kenan, kemudian ia membuka kancing celananya dan menarik semua celananya ke bawah hingga sebatas lutut. Raka tersenyum melihat belalai Kenan sudah setengah tegak.

Raka memegang belalai Kenan, ia tersenyum kemudian memasukkan belalai Kenan ke dalam mulutnya. Ia menggerakkan kepalanya maju mundur, satu tangannya pun juga bergerak maju mundur. Bibirnya kini meraup telur puyuh Kenan. Kenan mendesah tubuhnya bergerak gelisah, tangannya kini sudah menarik-narik rambut Raka untuk menyalurkan rasa nikmatnya.

"Ah ... faster, ah ..." racau Kenan. Raka kembali memasukan belalai Kenan ke dalam mulutnya dan ia mengerakkan kepalanya maju mundur dengan cepat tapi terkadang menjadi lambat.

Kenan pun akhirnya mencapai klimaksnya dan Raka kini berdiri dengan senyumannya. Ia menyingkirkan dokument-dokument dan semua barang yang mengganggu permainan dari atas meja kerja Kenan.

Kenan langsung menidurkan tubuhnya diatas meja kerjanya dan kakinya sudah dalam posisi mengangkang. Raka memasukkan satu jarinya ke lubang Kenan dengan cairan sperma Kenan. Kenan menahan desahannya dengan mengigit bibir bawahnya. Raka menambah jarinya langsung menjadi tiga yang bergerak maju mundur di lubang Kenan. Satu tangannya melucuti ikat pinnggang dan celananya. Kenan bisa melihat milik kekasihnya yang sudah tegak berdiri itu dengan urat-urat ototnya yang mengeras. Tanp permisi, Raka langsung mengarahkan miliknya ke lubang Kenan dan memasukkannya sedikit kesusahan. "Ah .... " desah mereka berdua saat milik Raka sepenuhnya sudah masuk.

Raka mulai menggerakan miliknya maju mundur dengan pelan yang lama-lama akhirnya menjadi cepat. Kedua tangannya memegangi kaki Kenan supaya lebih lebar mengangkangnya dan ia bisa memasukkan miliknya lebih dalam. Mereka melakukannya entah berapa kali, tapi yang pasti hari ini Raka tidak akan melakukannya pada Alura.

Raka ke luar dari ruangan Kenan dengan pakian lengkap, wajahnya semakin berseri dan terlihat segar. Ia menghampiri meja sekretaris Kenan dengan senyumannya membuat si sekretaris salah tingkah.

"Flo, kalau kamu mau pulang, pulang saja, ya. Tidak perlu menunggu Pak Kenan, karena hari ini dia akan lembur,"

"Tapi, apa tidak apa-apa, Pak?" tanya Flora takut jika Kenan nantinya akan marah.

"Kamu tahu, kan, perkataan saya tidak pernah bohong. Apa yang saya katakan, akan sama dengan Pak Kenan. Jadi, kamu tidak perlu takut," ucap Raka seraya tersenyum manis membuat Flora semakin salah tingkah.

"Baik, Pak," jawab Flora.

"Kalau begitu, saya pergi, ya."

"Iya, Pak."

Raka pun melangkah pergi dari lantai tempat di mana ruangan Kenan berada. Ia masuk ke dalam lift dengan ke dua tangannya yang di masukkan ke dalam saku celananya. Saat dia ke luar dari lift, tidak sengaja ia bertabrakan dengan seorang wanita hingga tubuhnya kini di bawah tubuh seorang wanita.

Raka terdiam untuk beberapa saat wanita yang menimpanya itu buru-buru bangun dan berdiri. "Pak, maaf, maafkan saya. Saya tadi sedang terburu-buru, maaf, Pak," ucap wanita itu sambil menunduk takut.

Raka terdiam dan menatap wanita di hadapanya yang sedang menundukan kepalanya. "Bantu saya berdiri!" perintahnya karena ia melihat tubuh wanita itu bergetar takut. Wanita itu segera meraih tangan Raka yang terulur dan membantu Raka berdiri.

"Jangan menunduk, tatap orang yang sedang kamu ajak bicara!" perintahnya lagi dengan nada suara tegas.

Beberapa karyawati sudah berbisik-bisik melihat adegan di depannya. "Baru hari pertama, tapi dia sudah membuat Pak Raka marah," ucap seorang karyawti yang bisa di dengar Raka.

"Iya, kemarin gara-gara dia juga Resita hampir di pecat! Bisa-bisanya ya, dia di terima di perusahaan ini," ucap salah satu wanita yang membalas ucapan wanita pertama.

"Ya, namanya OG, pendidikan cuma apa sih, jadi prilakunya kurang berpendidikan!" cibir Resita yang ikut mencela wanita yang kini di hadapan Raka itu.

Raka mengepalkan tangannya erat-erat, kemudian ia menatap ke sekelilingnya memancarkan aura peringatan pada semua karyawati yang sedang melihatnya dan wanita di hadapannya ini. "Kalian di bayar bukan untuk menilai orang dan bergosip. Kembali ke pekerjaan kalian!" tegas Raka dengan tatapan marahnya.

Raka adalah orang ke dua setelah Kenan si pemilik perusahaan yang di hormati para karyawan. Berbeda dengan Kenan yang memiliki wajah dingin, tempramen, kasar dan sering marah-marah. Raka memiliki pribadi yang ramah, tidak sombong, dan begitu lembut. Namun, ketika dia sudah marah semua image baiknya akan hilang tapi, para karyawati masih tetap memujanya apalagi mereka yang menyukai jenis pria seperti oppa-oppa korea tentu saja ke garangan Raka akan di nilai keren di mata mereka.

Setelah para karyawati kembali bekerja, Raka kini menatap wanita di depannya yang tidak lain adalah Qia. "Tatap mata orang yang kamu ajak bicara!" tegas Raka tapi kini suaranya lebih kecil dari yang pertama.

Qia yang semula menunduk, perlahan ia mendongakkan wajahnya dengan kedua tangan yang menggenggam erat celananya di kanan dan kirinya. "Maaf, Pak. Saya tidak sengaja," ucap Qia dengan wajah takutnya. Matanya pun sudah mulai berkaca-kaca dan wajahnya sedikit pucat.

Raka tersenyum, bukan karena melihat wajah takut Qia tapi karena wajah natural Qia yang menurutnya cantik. Tanpa polesan makeup, hanya ada bedak tipis dan lipstik tipis membuat Raka terpesona melihatnya. Tidak peduli pakaian yang di pakai Qia hanyalah pakaian OG baginya wanita di hadapannya ini cantik.

"Lain kali lebih berhati-hati. Kamu bisa saja melukai orang yang kamu tabrak,"

"I ... iya, Pak. Maaf, saya benar-benar tidak sengaja," ucap Qia sedikit tergagap.

"Lanjutkan lah pekerjaanmu!" perintahnya dengan nada lembut seraya tersenyum manis.

"Iya, Pak," jawab Qia kemudian ia pun segera pergi dari hadapan Raka. Raka pun melihat ke arah mana Qia pergi hingga punggung si gadis sudah tidak terlihat lagi.

"Cantik," ucapnya seraya tersenyum. Ia membalikkan tubuhnya dan melangkah pergi meninggalkan perusahaan Kenan.

Resita si resepsionis itu mengepalkan kedua tangannya erat-erat. Nasib apa yang di miliki si OG baru itu hingga dua kali ia bisa berdekatan dengan dua orang petinggi perusahaan yang di idam-idamkan para karyawati perusahaan itu. "Aku akan membuatmu tidak nyaman bekerja di sini!" marahnya semakin mengepalkan tangannya erat.