Chereads / SYLVESTER [Bahasa indonesia] / Chapter 3 - Part 2

Chapter 3 - Part 2

"Dimana gadis itu?"

Ujar seorang pria yang diutus untuk membawa Victoria makan malam bersama Sylvester. Pria yang bernama perseus itu berperawakan tinggi besar dengan kulit cokelat sawo matang dan wajah yang tertutupi topeng. ia selalu membawa dua pedang di kanan serta kiri pinggangnya.

"Aku tidak tau perseus, bagimana jika raja tau? Pasti beliau akan marah besar kepada kita"

perseus seketika frustasi mendengar jawaban pelayan ulla yang biasa mengantar makanan kepada victoria. Pelayan ulla merintih cemas akan nasibnya nanti. Apa yang akan dilakukan sylvester jika ia mendengar kalau victoria kabur?

"Sebaiknya kita cari saja, aku mencium dari aromanya jika dia belum jauh dari kastil"

kemudian perseus berlalu meninggalkan kamar yang di tempati victoria menyisakan pelayan hana ulla disana.

-

"APA?! Bagaimana bisa gadis itu kabur? Bahkan aku belum menandainya"

Sylvester yang sedang menikmati santapan seketika berhenti. Ia begitu geram mendengar gadisnya pergi dari kastil. ia takut semua rencana yang sudah dirancang akan berakhir sia sia. Rencana yang begitu hebat hingga membutuhkan gadis itu sebagai pelengkap.

"Saya tidak tau tuan, mungkin lemahnya penjagaan yang membuat gadis itu lolos begitu mudah. Tapi saya telah memerintahkan para pengawal untuk mencarinya"

Perseus  menundukan wajah ketakutan, ia terlampau jujur dan dengan kejujuranya ini ia siap menerima semua perlakuan tuannya yang pasti akan murka. Benar saja, dua tamparan berhasil melayang ke arah pipinya begitu kasar, dan kuat. Ia hanya bisa menahan supaya tetap menunduk membiarkan kepalanya berdenyut. Ia tidak mau merintih ataupun mengeluh karena serangan akan lebih ia dapatkan jika melakukan kedua hal tersebut.

"Pergi dari hadapanku, atau kupenggal kepalamu! Cari gadis itu dan kurung dia di penjara"

Titah sylvester penuh kemurkaan, ia melempar gelas wine yang tersedia di atas meja kearah dinding hingga remuk tak terkira. Betapa bodohnya gadis itu memilih kabur daripada menetap. Apakah ia tidak tau jika di luar sana banyak sekali mahluk immortal lain yang mengincar dirinya?! Memang gadis bodoh mau bagaimanapun di jelaskan tetap tidak akan mengerti.

-

Jam menunjukan pukul 3 sore, gadis itu masih terus berlari menyusuri hutan yang mulai menggelap. Napasnya sudah memburu bersama keringat yang membasahi tubuh.

Ia terengah, kakinya seakan ingin patah. Ia tidak kuat lagi dan memutuskan untuk beristirahat dibawah pohon besar yang cukup aman untuk bersembunyi. Diliriknya gaun ungu kebesaran  yang telah basah oleh keringatnya sendiri. Gaun sederhana yang penuh estetika. Benar benar gaun yang begitu indah, pikirnya.

Saat dirinya hampir tertidur, samar samar telinganya mendengar pergerakan yang tidak jauh dari persembunyian. Pergerakan itu semakin lama semakin mendekat yang membuat matanya reflek membuka.

Ia melihat kesekeliling, gelap dan sunyi. Tapi dengan kesunyian ini ia bisa lebih jelas mendengar suara disekitar. Perlahan, dirinya terbangun dan kakinya yang mungil itu melangkah pergi mendekati semak-semak belukar.

Jantungnya berdegup kencang, dilihatnya semak itu dan ia bernafas lega. Ternyata tidak ada apa apa. Ia mengelus dadanya berulang kali sambil mengehembuskan napas keras. Lalu ia memutar tubuhnya dan seketika napasnya tercekat. Kakinya begitu sulit untuk di gerakan. Apalagi jantungnya, seakan berhenti berdetak. Yang ia temukan, dua ekor serigala bertubuh besar dengan gigi panjang menyeringgai.

Serigala itu seolah menyapa seketika pikiranya pun tertuju untuk segara pergi, ia tidak bisa terus terusan berdiam diri disini atau dirinya akan mati. Dengan segala nyali yang dikumpul, kakinya mulai melangkah meninggalkan serigala itu. Ia tidak mau menjadi santapan malam ini lantas ia terus berlari sampai tenaganya terkuras habis dan nafasnya pun tersenggal. Sumpah demi dewa zeus ia butuh air. Diliriknya kebelakang, ternyata dua serigala yang mengejarnya tadi tertinggal jauh. Entah dirinya lari begitu cepat atau serigala itu memilih mundur, ia tidak tau namun yang terpenting sekarang adalah air.

Bruk

"Ah"

Tubuhnya terpental menabrak sesuatu yang ia yakini itu adalah manusia. Tapi mengapa dirinya begitu keras tertabrak?

"Maaf-maafkan aku.. aku tidak-"

Dan saat itu juga ia tidak bisa melanjutkan kembali kata-katanya. Ternyata seseorang yang ia tabrak tadi adalah prajurit berbadan besar 3 kali lebih besar dari tubuhnya yang menggunakan baju sama seperti di kastil Sylvester. Sialan. Ini benar benar sialan.

"Ma-mau apa kalian?!"

Victoria tergagap. Suaranya bergetar, ia tidak mau menjadi tawanan disana. Ia tidak mau menjadi tumbal atau pun apa. Ia seorang pengembala dan butuh kebebasan namun prajurit itu tidak mengindahkan pertanyaannya dan langsung meraih tubuhnya kemudian mengangkatnya lalu diletakan di atas pundak layaknya karung beras.

"Lepaskan aku! Lepaskan aku! Kumohon. Jangan bawa aku kesana! Aku tidak mau... aku tidak mau"

Victoria meronta sambil terus memukul punggung prajurit dengan kedua tangan yang pukulanya sama sekali tidak terasa. Ia menangis. Tamatlah riwayatnya kali ini.

-

"Diam kau gadis cengeng, tempatmu disini sekarang"

Prajurit itu menjatuhkan tubuh victoria kasar di atas tumpukan jerami yang berbau anyir. Banyak percikan darah serta tulang belulang seukuran tulang manusia disekitarnya. Ia begitu tercekat dan tubuhnya langsung bergetar merinding. Ia sangat takut. Disini begitu gelap dan bau dan sudah pasti dirinyalah yang akan menjadi tumbal.

"Jangan pernah berusaha kabur lagi, atau aku akan mematahkan lehermu dan memakan jantungmu" Ujarnya yang membuat victoria seketika tersentak lalu prajurit itu menutup pintu penjaranya dan meninggalkan victoria di keheningan.

"Hiks"

Victoria menangis. Tangisanya semakin lama semakin keras membangkitkan mahluk di samping penjaranya yang ikut terkurung.

"Bsstt. Hei"

Victoria menoleh, tidak ada yang ia lihat selain kegelapan.

"Siapa disana?"

suara victoria bergetar. Ia takut, sangat takut. Alih alih jika suara itu adalah monster yang akan memakannya bagaimana? Apakah ia bisa mewujudkan mimpinya dulu sebelum mati?

"Jang-jangan membuatku takutt"

lalu Victoria memundurkan badan hingga menyentuh dinding yang ada di belakang. Dindingnya basah, Ia segera meraba dinding tersebut melihat cairan apa yang mengenai punggungnya dan saat matanya berhasil menangkap sedikit warna dari cairan tersebut dirinya langsung menjerit histeris.

"Bsstt.. diamlah, kau bisa membangunkan yang lain"

Seketika victoria terdiam tapi tubuhnya masih menggigil tegang. Bagaimana bisa ia memegang darah yang begitu kental?

"Siapa kau!"

"Beatrise, panggil aku beatrise"

Victoria tak menjawab ia masih menormalkan nafasnya yang tersenggal. Sialan, ia benar benar tidak bisa melihat lawan bicaranya sekarang.

"Baumu.. hmm.. kau- kau benar benar harum. Kau manusia? Siapa namamu?"

Beatrise berjalan mendekat kearah sel sebelah yang ditempati victoria, dengan begitu victoria dapat lebih jelas melihat beatrise dibantu oleh pantulan lampu yang remang-remang.

Wajah beatrise sangat pucat seperti mayat hidup. Bibirnya berwarna putih sedikit mengelupas. Kuku kukunya panjang menghitam dan yang paling menyeramkan adalah rambutnya. Seketika victoria terperanjat dan memalingkan muka kesamping. Mahluk apa itu? Mengapa tubuhnya begitu menakutkan?

"Jangan takut. Aku vampire"

[original story by rafaefazelt]