"Dulu, saat penyatuan kaum vampire dan werewolf tidak ada yang dinamakan peperangan. Semua berjalan damai werewolf dan vampire hidup berdampingan. Sampai munculah kaum hybrid yang begitu licik, ia menganggap kaumnya lebih kuat dan pantas menjadi pemimpin sehingga datanglah sebuah pertikaian yang melibatkan manusia sebagai penengah. Tetapi kaum hybrid menolak berdamai dan mereka melakukan rencana yang membuat kita semua di adu domba, kaum vampire, werewolf serta manusia"
Beatrise menatap dalam ke arah mata victoria tanpa berkedip sedikit pun membuat gadis itu bergerak tidak nyaman. Ia sedikit tak mengerti dengan apa yang di ucapkan wanita itu, kaum vampire, kaum werewolf? Apa apaan ini? Apakah wanita itu sedang mengarang?
"Aku tau kau pasti tidak mengerti tetapi dengarlah. Akibat dari pengadudombaan itu kaum werewolf memburu kaum vampire dan begitu pun sebaliknya. Tetapi kedua kaum ini tidak bisa memburu manusia karena mereka berjumlah lebih banyak dari kami, tersebar dan sangat sulit dijangkau"
Victoria semakin mengernyit, ia mulai sedikit mengerti dengan apa yang diceritakan beatrise walaupun tidak masuk akal. "Lalu kaum hybrid? Dimana mereka? Dan mengapa kaum vampire tidak saling memaafkan saja kepada kaum werewolf Dengan begitu kalian bisa memadukan kekuatan untuk menghancurkan kaum hybrid"
"Tidak ada yang tau cerita ini, hanya golongan bangsawan saja yang mengetahuinya seperti aku dan kedua orang tuaku" beatrise mengehela napas sebelum melanjut kembali ceritanya.
"Kaum hybrid tidak tersebar seperti kaum lainya, ia menjadi koloni dan menempati sebuah kawasan di perbatasan bukit utara. Kudengar, disana mereka sedang mencari sebuah belati yang memliki kekuatan besar untuk menghancurkan seluruh kaum"
Victoria mengulum bibir lalu mengusap bulu kuduknya yang meremang. Mendengar itu, membuatnya menelan ludah susah payah. Ia tidak tau jika dunia serumit ini.
"namun belati itu belum cukup sempurna kekuatannya karena penyempurna dari kekuatan itu adalah darah dari putra pertama Raja Werewolf"
"Mengapa werewolf? Mengapa tidak kaummu?"
"Karena anak pertama kaum vampire bukanlah seorang putra"
Victoria mengangguk, "Oh ya benar sekali. Kau seorang putri"
beatrise hanya tersenyum mendengar itu.
"Hmm.. mengapa kalian para bangsawan tidak memberitahu saja kepada kaum werewolf?"
Beatrise menggeleng kepalanya dua kali "kaum werewolf tidak ingin mendengar apapun dari kaum vampire. Akibat dari adu domba itu mereka sudah tidak mempercayai kaum kami lagi dan jika kaum kami tetap memaksa memasuki batas wilayah yang disepakati keduanya maka kami akan menjadi tahanan"
Victoria mengangguk, sekarang ia mengerti apa permasalahan antara dua kaum yang beda dunia dengan dirinya. Ia bersyukur untung saja dirinya manusia. Tapi apa bedanya jika ia terjebak disini? Dan kaum hybrid, apakah mereka sudah menemukan putra dari raja werewolf itu?
"Lalu, dimana putra raja werewolf itu?"
"Belum ada"
Victoria menyipitkan mata, "Maksudmu?"
"Apa kau tidak tau? Jika Raja werewolf itu adalah Sylvester?" Sekarang beatrise yang menyipitkan mata.
"Hah?!"
Victoria langsung menutup mulutnya yang ternganga. Ia benar benar terkejut dengan apa yang dituturkan oleh beatrise, Sylvester seorang raja?! Lalu dimana ratunya?
"Tapi, aku tidak pernah melihat ratunya"
"Sylvester belum memiliki ratu, ia belum menemukan pasangan"
Lalu beatrise tersenyum simpul. Seperti ada kepuasaan saat dirinya mengucapkan kalimat itu, dan memang itulah sebuah kepuasaan. Karena jika sylvester menemukan pasangannya sudah pasti putra raja akan segara hadir.
"Kau tau, setiap vampire memiliki kekuatan"
Beatrise mengalihkan pembicaraan membuat Victoria mendongak menatap kedua mata beatrise yang begitu menyilaukan. Mata merah sepekat darah yang sangat memukau. Rasanya ia ingin memiliki kedua mata itu.
"Benarkah? Apa kekuatanmu?"
"Aku bisa mengetahui apa yang akan terjadi beberapa menit kedepan saat aku menyentuh tangan seseorang, maksudku apa yang terjadi dengan orang itu saat beberapa menit kedepan"
Mata victoria membulat sempurna. Ia terperanga oleh perkataan beatrise barusan. "kalau begitu cobalah denganku" lalu ia mengulurkan tangan melewati celah sel kearah beatrise. Kemudian wanita itu mulai menempelkan tangannya di atas telapak tangan victoria dan saat itu juga beatrise mendapati sebuah pengelihatan.
Victoria tersenyum sumringah ia tidak sabar dengan apa yang akan terjadi setelah ini.
"Dia kemari"
Beatrise melepaskan tangan victoria lalu memandang wajah gadis itu sejenak.
"Sylvester mencarimu"
-
Sylvester berjalan diikuti dengan para pengawalnya. Ia membawa sebuah pecut dan borgol yang siap untuk di gunakan.
Suara hentakan sepatu mereka menjadi perpaduan yang begitu menegangkan untuk para penghuni penjara. Apalagi bagi kaum vampire yang berusaha kabur dan tertangkap Itu membuat jantung mereka semakin berpacu.
"Bawa kemari gadis itu dan wanita vampire yang kemarin berusaha kabur dari penjaraku"
Titah sylvester tak terbantah di balik pintu pembatas sel sel penjara.
Victoria yang mendengar suara slyvester meringkuk diam memeluk lututnya sambil memandang kearah beatrise yang sudah tertelan oleh kegelapan. Wanita itu lebih memilih menjauh dari pintu sel dan diam di ujung sana.
Pintu sel terbuka, victoria mendongak melihat dua orang pengawal masuk kedalam selnya. Pengawal itu mengangkat tubuh victoria yang mendapat perlawanan dari gadis itu.
"Tolongg.. tolong lepaskan aku"
tidak ada jawaban. Semuanya memilih diam tak ingin mencampuri urusan pengawal itu kepada victoria. Begitu pula dengan pengawal itu, mereka sama sekali tidak mengubris ucapan victoria seolah gadis itu bukanlah apa apa.
Setelah dirinya berhasil keluar dari sel, ia mendengar jeritan yang begitu memilukan di ujung penjara. Jeritan demi jeritan menyayat relung hati victoria sebagai wanita. Mengapa para pria begitu kejam memperlakukan wanita?
"Ah"
Tiba-tiba tubuh victoria dipaksa membungkuk ketika dirinya telah sampai di depan sylvester yang berdiri penuh kegagahan.
Sylvester meraih wajah gadis itu memaksanya untuk mendongak.
"Lepaskan dia"
Dan saat itulah para pengawal melepas gengamannya pada victoria lalu sylvester menarik tubuh gadis itu mendekat kearahnya. Ia mengendus leher victoria mencium aroma gadisnya yang begitu nikmat. Demi tuhan, tidak ada aroma yang senikmat ini dan ia harus segera menandainya sekarang. Tanpa persetujuan, sylvester menancapkan taring taringanya pada leher victoria membuat gadis itu menjerit keras. Beatrise yang mendengar jeritan victoria terperanjat kaget. Ternyata sylvester telah menemukan pasanganya.