Chereads / SAVE ME JUSEYO / Chapter 19 - S E M B I L A N B E L A S

Chapter 19 - S E M B I L A N B E L A S

Beberapa hari setelahnya, semuanya bahkan terasa biasa saja, Lisa kembali menjadi dirinya, segala macam usaha yang dilakukan Ali dan Salsa membuat semuanya menjadi baik-baik saja, dan kondisi Bundanya juga sudah sangat membaik, terbukti dari saluran telphone wanita hamil itu sudah bisa tertawa renyah.

Rumah malam ini sepi, semua bahkan mungkin sedang sibuk mencicipi hidangan jamuan makan malam keluarga anindia, bukan tidak mau hanya takut, itu saja.

Drttt drrrtt drrttt...

Tut tut tut tut.

"Bego udah tau gue budek malah di telphone"

Ting !!!

Rubykidul

"Lisa bangsad gue udah kedinginan depan rumah lo dari tadi lo kemana hah, kebangetan lo"

"Allahuakbar cewe kidul itu"

Lisa berlari menuju pintu dan benar saja, muka merah masam dan tangan yang juga ikutan merah itu menjadi pemandangan mengerikan untuknya malam ini.

"Liat bibir gue..

"Sexy" gumamnya.

"Woy mesum jangan mikir bibir gue buat lo cium ye, jangan ngadi ngadi lu"

"Tau aje lu pentil kobra"

"Au ah...

"Gue gak lo suruh masuk? Tuan rumah macam apa lo, tamu lo biarin di luar kedinginan, bikinin gue hot coco sekalian"

"Sini gue bisikin"

"Ape ape?"

"Bangsad...

Tawa itu hadir begitu saja, Ruby hadir diwaktu yang tepat, entah rasa apa hari demi hari Lisa mulai membuka hati untuk berteman dengan wanita arogan yang satu tahun ini masuk menghancurkan hidupnya.

"Mau makan apa?"

"Yang ada apa?"

"Gak ada apa apa sih"

"Dih ngapain lo nawarin"

"Ya kan bisa dibikin kalau lo mau apa"

"Lo bisa masak?"

"Menurut ngana?"

"Enggak"

"Bisa gue.. mau apa lo? Nasi goreng? Mie rebus? Mie goreng? Air putih anget?"

"Ye kalo itu gue juga bisa"

"Lah yang penting gue kan bisa masak"

"Nasi goreng aja deh"

"Pedes gak?"

"Sedeng aja"

"Tunggu ye cantik"

"Lo...lo bilang apa Lis?"

"Cantik emang lu dengernya apa?"

"Lo kesurupan?"

"Gak kenapa emang?"

"Tumben banget lo bilang gue cantik, biasanya kidul"

"Gue mau berdamai sama lo, boleh kan?"

"Boleh"

"Selagi gue inget gue baek sama lo, kalau gue kesel balik lagi, deal"

"Yaelah beginian doang pakek dal dil dal dil segala, iye dah serah lo"

Senyuman itu kembali menghiasi wajahnya, Ruby terpana menyaksikan pemandangan yang jarang dia temui pada Lisanya, ternyata dia juga bisa sehangat ini.

30 menit sudah berlalu, 2 nasi goreng teri asin kornet keju sudah siap untuk di santap, menggiurkan apalagi dengan chef yang, ughhh peluh itu.

"Panas banget sih ni dapur"

.....

"By.. are you oke?"

....

"KIDUL...

"ALLAHUKBAR... Paan sih lu ngagetin gue"

"Meratiin apaan sih lu?, Sesexy itu gue ampe ngiler gitu lo"

"Paan dah, udah ah makan yuk"

"Di kamar gue aja, ada balcon situ aja adem"

Rumah besar dan nyaman, suasana malam yang cukup tenang, dengan sepiring nasi goreng teri asin dan hot coco akan menemani sesi obrolan malam ini.

"Pada kemana? Sepi amat"

"Pergi ke rumah kakek gue biasa tiap malam minggu keluarga kita ngumpul"

"Lo gak ikut?"

"Gak deh, ada Shani"

"Ada yang mau lo ceritain sama gue?"

"Gak...

"Lis gue tau masalah lo sama Shani itu bukan masalah yang kecil"

"Emang bukan"

"Gue siap kok denger curhatan lo, dan gue gak ember kok, suer"

Lisa mengelus kepala Ruby, membawanya ke dalam pelukan, selain Jisu ternyata Ruby juga mampu memahaminya, dia berharap akan selalu banyak orang baik yang menyertainya.

"Gue bukan dari keluarga yang baik baik aja, gue anak di luar nikah, bapak gue gak pernah pengen gue ada, dia benci banget sama gue, makanya gue dibesarin sama Oca di rumah ini"

"Sejiusss loof?"

"Iya... Kunyah dulu"

"Udah udah, kenapa bisa gitu sih?"

"Nyokap gue selama hamil gue, hampir lewat mulu, pendarahan mulu, sakit mulu, puncaknya pas ngelahirin gue nyokap gue koma 6 bulan, dan ya gara gara itu bokap gue nuduh gue anak pembawa sial, yang nyebapin nyokap gue hampir mati"

"Ya Allah, jahat banget bokap lo"

"Kalau Shani?"

"Shani benci sama gue, soalnya bunda gak sesayang itu sama dia, gak sama kayak bunda sayang sama gue, dia cemburu mungkin gue juga gak ngerti, padahal bokap gue sayang banget sama dia"

"Ini gak adil buat lo"

"Gak papa asal semuanya bahagia, gue gak masalah gak ada dideket mereka, gue berharap nanti suatu saat mereka bisa hidup tanpa kebencian, kalau gue pergi gue bisa tenang juga"

"Apaan sih lo... Lisa liat bibir gue.. mulai hari ini sampai seterusnya lo gak sendiri, ada gue... Gue bakal nemenin lo sampe kapanpun, dan setiap lo ngerasa sedih hubungin gue.. oke? Ngerti kan lo? Jangan dipendem sendiri, ada gue ya jangan sungkan hubungin gue"

"Makasi ya jen...

"Jen?...

"Jennie... Ruby jane"

"Jadi lo?"

"Tapi tetep gue panggil lo Ruby... 

"Oke.. gue juga nyaman ama panggilan itu sekarang"

"Can i kiss you? Jen...nie?"

"Huh?"

"Can i?"

"O...oooke"

Lisa memiringkan wajahnya, menjamah bibir lembab itu mesra, merengkuh tenguknya, melumat lembut bibir ruby, menikmati setiap sentuhan dibenda kenyal itu.

Tidak ada napsu, hanya sayang yang mulai tumbuh dalam sebuah perasaan, tidak menyesali apa yang telah mereka lakukan, sepertinya memulai dari sekarang adalah saat yang tepat.

Lisa menyatukan keningnya dengan gadis bermata kucing itu, memejamkan matanya menikmati degub jantung yang berpacu dengan keadaan, sangat membuatnya gugup.

"Thanks...

"Lisa...

"Iya?"

"Lo normal?"

"Gak tau...

"Ciuman ini?"

"Saat gue yakin sama semuanya boleh gue kembali sama lo By?"

"I...iya"

"Makan yuk"

"Yuk..."

Lisa mendekap badan itu erat, angin yang mulai menusuk ke tulang membuat suasana hangat diantara mereka minta lebih.

"Lisa...

"Hmmm?"

"Lo gak pernah mau coba pacaran sama Yoyo?"

"Gak...

"Kenapa?"

"Gue gak suka ama Yoyo"

"Kenapa?"

"Lo kek ask FM ye nanya mulu"

"Lu juga kek facebook komen mulu"

CUP !

"issshhh...

"Bibir lo enak...

"Mesum...

"Kalau lo?"

"Apaan?"

"Kenapa gak pacaran?"

"Nungguin lo"

UHUUUKKK....

"uhukk gimana gimana?"

"Gue lesbian...

"What?"

"Kaget banget lo...

"Iya kaget lah...

"Gue trauma sama cowo, bokap gue nyakitin mama gue, selingkuhin mama, dari situ gue dendam ama cowo"

"Lo gak sendiri"

Lisa memberikan senyuman paling tulus untuh sahabatnya itu, merangkulnya ke dalam pelukan, ternyata luka mereka sama, namun dikemas dalam cerita yang berbeda, bukan tidak ingin kembali bergelut dalam indahnya keluarga tapi kenyataan menjauhkan mereka, membuat mereka hidup tanpa dekapan seorang ayah.

"Gue pengen ada orang yang ngerti dengan kondisi gue lis, gue hidup dengan susah payah dalam luka batin gue, tekanan selama ini membuat gue bersikap buruk sama orang lain padahal itu cuma topeng agar semua orang tau kalau gue gak kenapa napa, tapi di balik itu semua gue pengen mereka mengerti gue tidak sejahat itu"

"By... Tuhan selalu punya cara untuk menguji hambanyakan? Mungkin suatu saat tuhan ngasih kebahagiaan buat lo, jangan takut ya, sekarang lo punya gue"

"Makasi ya lis"

"With my pleasure baby..."

"Cuddle please...

"As you wish honey"