Chereads / SAVE ME JUSEYO / Chapter 3 - T I G A

Chapter 3 - T I G A

Jalanan yang cukup padat hari ini membuat mereka terperangkap dalam sunyi, lisa melepas alat bantu dengarnya karena sudah tidak ingin terlibat dengan pembicaraan omong kosong dari wanita di sebelahnya.

"Lisa...

"Woyyyyy lisaa...

"Iiiih sialan, budek banget sih lo"

Lisa sukses membuat ruby kesal sekesal kesalnya, dia tidak tau saja ruby mati matian mencari celah untuh bisa bersama dengan lisanya, dari membuat dia kesal, sampai mencari perhatian lain tapi tetap saja tidak membuahkan hasil.

CUP !!

Lisa membanting stir mobil ke arah kiri, dia shook dengan perlakuan ruby barusan, gadis gila.

"Apaan sih lo...

"Abis lo cuekin gue...

"Apaan?"

"Pakek... Makanya budek aja belagu...

Lisa memasang alat bantu dengarnya kembali, pendengaran senyap itu berubah menjadi bising karena ocehan tidak penting si gadis kucing itu.

"Berani beraninya lo cium gue"

"Pelit bgt lo pipi doang"

"Sarap lo"

Ruby tersenyum mengelus bibirnya yang baru saja menempel di pipi lisa, entahlah perasaan apa yang dari pertama hadir di hatinya, tapi dia yakin sesalah apapun hatinya, lisa sudah menjadi tujuannya.

"Lo normal?"

"Maksud lo?"

"Lo punya pacar?"

"Siapa sih yang mau jadi pacar cewe cacat kek gue.."

"Gue..." Gumamnya pelan.

"Lagian gue yakin laki laki tu bajingan semua kecuali sheno..."

"Ya i know... Kemaren yoyo nembak lo dan lo tolak, padahal yoyo kaya dan ganteng loh, sayang banget"

"Ortu gue juga kaya, hamdalah soal uang gue gak kekurangan"

"Oh ya? Gue gak tau.."

"Karena gue nebeng jisoo mulu jadi lo mikir gue orang susah?"

"Iya...

"Lo bener.."

"Lah katanya...

"Yang kaya keluarga nyokap gue, kakek mafia, tuan kim raja anindia, kalau papa lo pengusaha gue yakin kenal kakek gue..."

"Tuan kim?...

"Iya.. nyokap gue Rajingga Jennie Anindia, desainer batik kalau lo mau tau"

"Waw... Yang punya Baby L boutigue bukan sih?"

"Yap...

"Jangan bilang Baby L itu artinya Baby Lisa?"

"Yap...

"Dan jangan bilang restoran besar Baby J itu juga punya lo"

"Aaa...yah gue..." lirihnya.

"What Aleeesha? Woaaah lo kaya banget berarti, tuan kim bos mama gue, dan mama gue udah sekaya ini berarti kakek lo lebih kaya dong"

"Ya begitu lah"

"Tapi kenapa lo gak bawa mobil ke sekolah?"

"Kan yang kaya keluarga gue bukan gue, gue sih belum bisa beli apapun duit aja masih minta"

Ruby menatap yakin bola mata sendu itu, dia sangat menyukai pribadi wanita ini, rendah hati walaupun sikap datar dan dingin dari lisa kadang mengganggu kerja jantungnya, tapi tak apa dia tetap menyukainya.

Mobil jazz kuning itu berhenti di depan rumah mewah bergaya Itali bercat hitam abu-abu itu, terlihat begitu gagah dari luar.

"Ini rumah lu?"

"Bukan...

"Lah ngapain kita berenti di sini"

"Rumah oca gue"

"Oca?"

"Iya onty caca, kepo banget sih lu"

CETARR !

"AAAAHHHH"

Lisa dengan reflek memeluk ruby yang menghambur ke dekapannya, persis seperti mamanya, ruby seperti kucing yang menggemaskan.

"Jangan lepasin... Gue takut petir"

"Yaudah lo masuk dulu gue parkirin mobil dulu"

"Oke...

Ruby masuk ke dalam rumah mewah itu, bahkan ruangan depan itu lebih besar dari kamarnya.

"heh siapa lo?"

"Gue.. temen lisa"

"Kakak mana?"

"Lagi parkirin mobil..."

"Rosé gak boleh keluar ya... Mobil kamu mama si... Eh kamu siapa?"

"Temen lisa tante..."

"Anak ayam itu mana?"

"Anak ayam?"

"Si lisa itu mama panggil pitik, soalnya berisik"

"Yaampun anak ayam dong"

"Ocaaaaaaaaaa"

"Kan baru di bilang"

"Apasih brisik banget kamu, pulang tu kerumah, doyan banget kesini"

"Ih ngebelin banget"

"Om mana?"

"Masih kerja, makan dulu sana, jennie eh siapa nama kamu?"

"Iya jennie namanya tante, tapi dia panggil aku ruby"

"Yaudah tante panggil ruby juga ya boleh?"

"Boleh"

CETARR !!!

Lisa langsung berlari dan menutup telinga ruby, dia tidak tau ruby bisa sebergetar itu jika mendengar petir.

"Gak papa?"

"Ya gak papa"

"Kamu persis kek mamanya lisa loh ruby, takut petir"

"Oh iya tante?"

"Iya, bahkan anaknya kagetan, apa aja kaget, liat saldo ATM aja juga kaget"

"Haha garing ih ma"

"Dih... Sana masuk"

"Bawel.."

"Mawar...

"Pitik... Gue sentil ginjal lo ya, nama gue rose, R O S E bukan mawar"

"Coba sini belajar biologi sama kakak lisa cantik, mawar itu bahasa inggrisnya apa?"

"Rosé"

"Nah rosé bahasa indonesianya apa?"

"Mawar..."

PLAK !

"ALLAHUAKBAR...

"salah gue dimana malih?"

"Au ah.. serah lo"

Ruby tertawa melihat kelakuan absurd dari lisa, ini yang dia suka, lisa yang dingin dan datar kepadanya namun terlihat gila juga di lain sisinya.

"Noban Noban anak lo selain gila, ngeselin juga"

"Cantik.. jangan lupa cantik"

"Sifat bapak lo banget dapet sama lo, kesel gue, udah makan sono, abis makan mandi, hari ini tidur di rumah gak boleh kabur kaburan, kasian bunda"

"Oca...

"No.. gue gak tertipu muka melas lo"

"Hamdallah anak ayam gak tidur sini..."

"Bunga bangkeeeeeee..."

"Anak gue tu, gue sleding lo"

"Bodo amat oca bodo...

Makan malam yang super riweh itu berlangsung lama dan mengasikan untuk ruby, baru pertama kali merasakan namanya keluarga lengkap kembali, setelah papanya pergi entah kemana 10 tahun terakhir, om Ali juga hangat, menerimanya di keluarga ini dengan lembut, dia menyukainya, sangat.

"Gue pulang ya...

"Hati-hati..."

"Iya...

"Oh ya by...

"Hmmm?"

"Kalau sampe hubungin gue...

DEG !

Lagi ruby, jantung lo....

"Oh... Oke"

Siapak yang tau hari itu, merubah segalanya bahkan perhatiannya, dan perasaannya.

"Pitik...

"Hmmm?"

"Pulang...

"Oca.. om pasti marah"

"Ayah lis ayah bukan om"

Paras itu kembali mempias, dia bahkan tidak tau apakah manoban ingin dirinya panggil ayah atau tidak, dia bukan yang diharapkan oleh ayah 4 anak itu, dan dia bahkan tidak pernah diakui keberdaannya.

"Sheno di skors gara2 gue oca.."

"Jelasin makanya"

"Gak bisa...

"Kasian bunda lisa..."

Lisa terdiam, menggenggam tangannya sendiri hingga buku buku jarinya memutih, rumah besar itu seperti neraka, dia bahkan tidak bisa menjadi dirinya sendiri di keluarga kandungnya.

Salsa merengkuh tubuh lisa membawanya ke dalam pelukan hangat, dia tau 16 tahun hidup tanpa kasih sayang seorang ayah membuatnya rapuh, bahkan bisa dihitung lisa akan betah di rumahnya dibanding pulang kerumah salsa.

Jennie sampai kewalahan menyuruhnya untuk selalu ada di rumah jika manoban juga berada dirumah.

"Om ada di rumah, kalau om keluar kota baru gue pulang ya oca, please"

Huh...

Salsa menghembuskan nafasnya kasar, tidak ada pilihan lain, lisa begitu takut dengan ayahnya sendiri, dan juga takut menyakiti perasaan bundanya, jennienya.

"Om gak sayang gue kan ca"

Lisa meneteskan air matanya, walaupun tersenyum sayatan demi sayatan itu begitu membekas dihatinya. Ayah adalah sosok yang kelam di hidupnya, bahkan bersentuhan kulitpun ayahnya engan untuk itu.

"Yaudah lo mandi trus istirahat"

"Oca....

"Hmm?"

"Makasi untuk semuanya..."

"Buat lo.. hidup gue bakal gue kasih lis"

Lisa tersenyum, dia beruntung masih punya bunda, kakek, nenek, sheno, oca, ali dan rosé yang sangat menyayanginya, semuanya sudah cukup membuatnya sempurna.

"Pitik...

.....

"Dasar budek... Pitiiiikkkk"

Rosé menarik tangan lisa kuat hingga telapak tangannya pas menyentuh buah dadanya.

"Yaaaaaahhhh Aleeshaaaaaa"

"Eh eh sorry... Kecil banget kek biji alpukat"

"Pale lu, gue masih 14 tahuuuun yaiyalah masih kecil, emang lu udah 16 taun tete rata, itu tete apa tutupan toples"

"Jingan.... Sini looo...."

"Mamaaaaaaaaa....

🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼

Jennie melirik handphonenya terus menerus, tidak ada notifikasi dari anak sulungnya, padahal sudah jam 7 malam, biasanya kalau lisa tidak menemukannya di rumah dia akan sibuk mencarinya.

"Makan sayang"

"Yah... Lisa kok gak ada hubungin bunda ya...

"Makan aja nanti dia juga nelphone"

"Bunda cemas yah...

"Palingan di rumah salsa, udah gak usah cemasin dia bun, makan dulu ya"

TAK !

Jennie menghempaskan pisau dan garpu yang dipegangnya kuat, bunyi nyaring itu mengejutkan bapak 3 anak itu yang masih khusuk dengan makanannya.

"Bun..da"

"Aku udah nolak makan malem sama kamu ya yah, aku mau pulang"

Huhhh

"Yaudah ayah telphone salsa ya sayang, kali aja anak kamu di rumah salsa"

Jennie tersenyum miris mendengar kata "anak kamu" yang keluar dari mulut suaminya, dia masih belum menerima lisa ternyata, luka itu menganga lagi.

"Kalau kamu benar gak bisa terima dia, setelah anak ini lahir kita cerai"

"Bunda... Ngomong apa sih"

"Anggap aja aku gak ngomong apa apa, aku mau kerumah salsa, permisi"

Nobani terpaku dikursinya, demi tuhan kehilangan jennie bukan yang dirinya mau, dia menjaga jennie sedemikian rupa namun apa yang sekarang dia lakukan.

"Belum sekarang sayang... Beri aku waktu"