Hilang semua janji
Semua mimpi-mimpi indah
Hancur hati ini melihat semua ini
Lenyap telah lenyap
Kebahagiaan dihati
Ku hanya bisa menangisi semua ini
Hancur hati ini
Melihat kau tela pergi
Langit menjadi gelap berkelabu
Menyelimuti hatiku
Mengubah seluruh hidupku
Mengapa semua Jadi begini
Perpisahan yang terjadi
Diantara kita berdua
Ku akan menanti
Sebuah keajaiban
Yang membuat kita
Biaa bersama kembali
Hilang semua janji
Semua mimpi-mimpi indah
Hancur hati ini melihat semua ini
Lenyap telah lenyap
Kebahagiaan dihati
Ku hanya bisa menangisi semua ini
Hancur hati ini
Melihat kau tela pergi
Langit menjadi gelap berkelabu
Menyelimuti hatiku
Mengubah seluruh hidupku
Mengapa semua Jadi begini
Perpisahan yang terjadi
Diantara kita berdua
Ku akan menanti
Sebuah keajaiban
Yang membuat kita
Biaa bersama kembali.
***
Satu lagu selesai dinyanyikan oleh penyanyi kafe.
Terlihak seorang gadis dengan kecamatan hitam yang menutupi separuh dari wajah, plus topi rajutan yang melekat di kepalanya tengah duduk manis di kursi paling pojok dekat jendel di kafe itu.
Walau berpakaian mencurigakan tapi dilihat dari gerak-geriknya, tidak ada yang perlu dihawatirkan.
Gadis itu hanya melirik keluar jendela di balik kecamatan hitamnya. Memperhatikan kendaraan yang berlalu-lelang juga pejalan kaki, menyimak lagu yang tadi dibawakan oleh sang penyanyi kafe seolah mengerti isi hatinya.
Getaran ponselnya menyadarkannya dari lamunan, dengan malas gadis itu melirik ponselnya yang iya letakkan di samping chokolate yang tadi iya pesan tampa berniak meminumnya.
Satu pesan masuk dari nomor yang sangat familiar selama dua bulan ini
Sai
Xia Kamu dimana.
20:07
Xia
Di kafe pelangi dekat komplek rumah.
20:09
Sai
Pulang, tadi orang tuamu nelfon.
20:09
Xia
Oke
20:14
Sai
Dimana
20:14
Xia
Masih di kafe
20:21
Sai
Oke, saya jemput
20:21
Xia
Eh, jangan
Gue pulang
Sai
Sai
Oke terserah
20:22
Melihat pesannya sudah tidak dibaca, xia hanya bisa pasrah sekarang.
'pemirsa. Sekarang saya bersama dengan salah satu anggota ke-polisi muda yang banyak dijadikan motivasi dan idola bagi remaja jaman sekarang. siapakah itu, dengan hormat kami persilakan Briptu Xavier Dwi Dramasta'.
Mendengar nama Xavier, xia langsung menoleh pada televisi yang emang disediakan pihak kafe.
Dan seketika kafe yang tadinya sunyi, langsung heboh karna kebanyakan disana adalah anak remaja dan pastinya para fensnya Xavier.
Melihat keantusiasan semua remaja itu membuatnya flashback. xia teringat dulu pas duduk di bangku SMA, dia akan antusias jika itu berbaur tentang sahabat-sahabatnya dan juga Xavier kekasihnya.
Xia ingat betapa bucin dia dulu pada Xavier. sedangkan Xavier, xavier juga memperlakukannya dengan cara yang sama sehingga mereka sering di sebut pasangan ter-romatis dari warga sekolah dan sering diejek oleh trio paling bahagia yakni Apollo sebagai lider, Hermes dan Nandra sebagai anggota dengan ejekan 'pasangan bucin'.
Mengingat itu. Dia jadi rindu sahaba-sahabatnya, dan kebersamaannya dengan xavier.
Tapi setelah perpisahan SMA, mereka semua berpisah.
Xia paham, mereka semua memiliki mimpi yang harus mereka gapai tapi tidak bisakah mereka berkumpul seperti dulu lagi.
Nandra sering mengirim kata-kata di grup whatsapp lama mereka, mengajak semuanya berkumpul untuk reuni tapi seolah semuanya sibuk dan tidak ada satupun yang membalas pesannya.
Satu pesan terakhir Nandra yang dikirimkannya minggu lalu bersi 'mungkin kalian sudah melangkah sangat jau dariku. Tapi dengan itu kalian semakin dekat dengan mimpi-mimpi kalian, jadi teruslah melangkah untuk semua itu dan yangterpenting jangan lupa bahagia'
Mengingat pesan itu membuat Xia tersenyum. Benar yang dikatakan sahabatnya yang paling penakut itu, mereka semakin jau.
Xia kira nandra sudah marah dan kecewa karna terus di abaikan. Tampa diduga ternyata nandra masih mengirimkan semangat dan pujian pada mereka semua seperti kemarin, saat Xia diundang di salah satu stasiun televisi secara life nandra langsung mengirim beberapa komentator semangat untuknya.
Tapi soal bahagia. sepertinya iya belum bisa, dulu Xia berpikir bahwa kebahagiaan itu mudah dan akan iya dapatkan seperti contoh bersama vier, menikah dengannya dan menua bersamanya.
Xia tersenyum miring memikirkan semua itu. vier menghilang tampa kabar seperti sahabat lainya dan xia terpukul dengan itu, beberapa tahun berlalu orangtuanya berencana ingin menjodokannya dengan sahabat sekaligus teman bisnis kakeknya. Xia yang saat itu masih terauma dengan kata cinta menolak tapi pada akhirnya menyetujui karena sang kakek jatuh sakit dan tiga hari setelah perjodohan kakek diumumkan meninggal dunia.
Apa yang dirasakan xia saat itu adalah hancur.
Getaran pada ponselnya membawanya kembali pada dari lamunan panjangnya. Xia langsung mengambil ponselnya dan melihat satu pesan masuk, tampa mebuan waktu lagi iya lansung membuka pesan itu.
Sai
Saya sudah ada di kafe, apa saya harus masuk atau menunggu di sini
20:56
Xia
Gue akan keluar sekarang
20:56
Tampa buang waktu lagi Xia langsung mengeluarkan uang dua ratusan ribu dan meletakkannya di bawah chokolate yang sudah dingin tampa berniat meminumnya.
Xia keluar dari kafe dan menemukan sai sedang bersandar di mobil Lamborghininya dan itu sukses memancing banyak perhatian banyak orang untuk berkumpul.
"itukan sai ganesha, CEO dari perusahaan GA Grup"
"dia tampan banget"
"nikmat apa yang telah kau dustakan"
"dia cowok idamanku"
"katanya dia sudah bertunangan"
"dia masi tunangan belum nikah, jadi masih ada kesempatan"
"tapi dia kesini buat apa"
Setidaknya itulah kalimat pujian yang xia bisa dengar.
Melihat xia sudah ada di depan pintu kafe membuat sai meperbaiki posisi yang tadinya bersandar di depan mobil sekarang berdiri tegak dan melanka mendekati xia.
Setelah sampai tepat di depan xia, sai langsung menarik pergelangan tangan xia dengan lembut walaupun terlihat kaku di mata xia.
Dan pastinya. Tindakan sai yang romantis memicu keributan semkin parah, mereka memberikan jalan untuk dua pasangan yang berstatus tunangan itu.
Setelah mobil meninggalkan area kafe, tidak ada yang memulai pembicaraan suasana dalam mobil sangat canggu juga tegan.
"xia kamu ingat tidak saat waktu kamu mos, 7 tahun lalu"ucap sai memulai pembicaraan, matanya sesekali melirik xia sebelum fokus lagi pada jalanan.
"iya gue masih ingat, waktu itu lo menjadi panitia paling nyeselingkan" ucap Xia flashback"lo yang Dulu ngehukum gue, mana mungkin gue lupa"
Xia dan sai emang satu sekolah dulu pas SMA. lebih tepatnya xia kelas sepulu sedangkan sai kelas dua belas, jadi tidak heran jika sai menjadi panitia ospetnya dulu.
"heh, siapa suruh bawa panci orang suruh bawa panci dari kertas malah bawa panci beneran"jeda, sai melihat lawan bicaranya yang terlihat cemburuk"tapi pada akhirnya kita berduakan yang dihukum"
Xia yang mendengar cerita itu tertawa, mengingat bahwa dulu emang dia juga sin pernah dihukum oleh Nuel sang ketua osis karena bertengkar di lapangan sekolah dan lebih parahnya di depan seluruh anggota ospek dan panitia osis.
Nuel memberikan kesempatan untuk mereka baikan tapi mereka malah adu bacot dan menyianyiakan kesempatan yang diberikan nuel. Akhirnya nuel meberi hukumam dengan alasan karena sai melakukan tindakan yang tidak mencerminkan sebagian anggota osis sedangkan xia dihukum karna tidak sopan pada panitia.
Mereka berdua dihukum berdiri di depan tiang bendera dengan posisi hormat melihat bendera merah putih. Sai dan xia tau apa alasan nuel memberinya hukuman seperti itu, supaya mereka tau bahwa para pahlawan terdahulu mati-matian berperan bukan hanya untuk sebuah bendera. Tapi juga untuk seorang raja, seorang raja yang mereka percaya akan membawa indonesia lebih maju dengan kecerdasan juga disegangi karna kekuatan miter raja itu, dan raja dimaksud Nuel disini adalah para generasi muda.
Entah kenapa mengingat itu membuatnya terkekeh pelan. tapi tunggu tadi dia tertawa, seingatnya terakhir iya tertawa seperti ini saat sebelum iya menerima perjodohan ini, ya setidaknya hanya senyuman pelsu xia perlihatkan selama ini.
Xia melirik sai sekilas sebelum pandangannya menunduk melihat sebuah cincin cantik yang terpasang di jari manisnya. Apakah sai sudah menerima perjodohan konyol ini atau hanya simpati saja, entah kenapa pertanyaan itu terus berputar di kepalanya.
"sudah, jangan terlalu banyak berfikir"jeda,sai melirik xia yang ternyata melihaknya juga, mata mereka saling bertemu walau hanya sekilas karna xia langsung mengalikan pendangannya"kepalamu itu terlalu kecil untuk memikirkan banyak hal"
Xia yang mendengar itu hanya membuang nafas pelan. Dia harusnya tau keadaan bahwa baik dia dan sai tidak ada yang menerima perjodohan ini.
Dia juga tau bahwa bukan hanya iya yang terus berkorban. Tapi sai juga, xia perna mendengar kabar bahwa sai perna menyukai salah satu adik kelasnya tapi berbeda dengan vier dan dirinya yang langsung mengungkapkan perasaan satu sama lain, sai lebih memilih mencintai dalam dian sampai akhirnya dia lulus sma dan berkulia di luar negeri tanpa mengungkapkan perasaannya pada orang yang iya cintai.
Xia berpikir bahwa sai melakukan itu pasti ada rencana. kemungkinan sai ingin mengejar mimpinya dulu sebelum mengejar cintanya, tapi sepertinya semua harapanya hancur karna terikat oleh perjodohan sialan ini.
Tapi melihat sikap sai yang lembut padanya membuatnya berpikir apakah sai sudah pasra dengan jalan Takdirnya, apakah iya akan membiarkan sai berjuang sendiri atau memilih berjuang dengannya untuk melupakan masa lalu.
Jujur Xia merasa sangat terbebengi dengan pikiran semua itu. di sisi lain iya kasian dengan sai yang berjuang sendiri, tapi dilain sisi juga jika iya berjuang bersama sai maka iya harus berusaha menghilangkan semua ceritanya dengan xavier yang tersimpan apik oleh otaknya.
Suara kelason dari mobil sai langsung membawa xia dari lamunannya, entah kenapa iya sekarang menjadi perempuan stunder dan lebih banyak melamun akhir-akhir ini.
"kepana goblok"ucap xia ngegas, terlalu kaget dengan suara kelapson sai yang tiba-tiba.
"heh, habisnya kupanggil dari tadi tapi tidak sadar"sai tersenyum kikut menjelaskan"aku sudah bilang, kepalamu itu terlalu kecil untuk berpikir sangat keras"
"emannya kenapa si"melihat sai
"kita sudah sampai didepan rumah kamu"mendengar ucapan sai, xia langsung menoleh ke sampin, benar ini di depan rumahnya.
"oh, iya terimakasih"ucap xia sebelum mulai membuka pintu mobil.
Sai yang menyadari keganjilan kalimat xia langsung berkomentar"terimakasih buat apa"
"buat semuanya"ucap xia dengan senyuman yang tulus, tidak ada lagi kepalsuan.
Dan itu mengundang banyak pertanyaan di benak sai. iya ingin meminta penjelasan tapi xia sudah menghilang dan iya tau watak xia yang tidak suka dipaksa, jadi sai memilih memberikan waktu pada tunangannya itu sampai dia sendiri yang mau menjalaskan.