Hanifa melirik Bara yang sudah terkapar dan tidur dengan begitu nyenyak di sampingnya itu. Tubuhnya terasa amat lemah, ia hendak bangkit ketika kemudian cairan putih kental itu meleleh dari kemaluannya. Ini kan ....
Hanifa tersentak ketika sadar apa cairan itu. Dan selama ini Bara menggaulinya tanpa sekalipun menggunakan pengaman! Parahnya lagi ia selalu mengeluarkan miliknya di dalam! Astaga, kenapa Hanifa baru sadar? Bagaimana kalau dia hamil?
Hanifa bergegas bangkit dan melangkah ke kamar mandi. Ia membersihkan kemaluan dan selangkangannya dari cairan putih kental itu. Tidak! Dia tidak boleh hamil! Dengan bergetar Hanifa duduk di atas closet, memikirkan apa yang harus ia lakukan agar tidak hamil. Tapi apa yang akan dia lakukan? Ia sendiri tidak tahu!
Hanifa kembali melangkah ke kasur, ia merebahkan tubuhnya dan menatap wajah yang tengah terlelap itu. Tampan, sangat tampan! Dan laki-laki seperti itu mau menikahi dirinya? Rasanya tidak mungkin. Hanifa terlalu takut bahwa Bara hanya ingin tubuhnya saja, bukan karena mencinta dia! Namun bukankah cinta bisa tumbuh sering berjalannya waktu?
Hanifa menggelengkan kepalanya, ia hendak memejamkan mata ketika sosok itu terbangun dan menatapnya penuh tanda tanya.
"Kamu belum tidur?" tanyanya sambil memiringkan tubuhnya, menatap Hanifa yang sudah kembali berpakaian itu.
"Sudah sempat tidur tadi, habis dari kamar mandi." jawab Hanifa sambil menatap dalam mata itu.
"Siapa suruh pakai baju?"
"Eh ... apa?" Hanifa tergagap tidak mengerti.
Bara segera bangkit lalu melepas kaos yang melekat di tubuh Hanifa, hingga tubuh itu kembali tanpa busana.
"Jangan pernah pakai bajumu ketika tidur bersamaku, paham?" ujarnya mengultimatum.
"Tapi dingin, AC-nya ...."
Bara bergegas meraih gadis itu dalam pelukannya, ia mendekap erat tubuh itu.
"Hangat kan?" bisiknya sambil mengelus lembut punggung Hanifa.
Hanifa hanya mengangguk pelan, sungguh pelukan itu sangat nyaman, hangat, terasa aman. Dan Hanifa menyukainya! Ia hampir memejamkan mata ketika kemudian bibir itu kembali melumat bibir Hanifa dengan penuh nafsu.
Hanifa tersentak, ia kembali membuka matanya, dan wajah itu sudah berada tepat di depan wajahnya. Melumat bibirnya dengan ganas dan begitu panas. Kenapa laki-laki ini seakan tidak pernah puas? Hanifa sendiri heran! Sudah berapa banyak wanita yang dia gauli?
Hanifa hanya diam, menikmati lumatan bibir itu, sesekali lidahnya menerobos memainkan lidahnya, membuat nafas Hanifa begitu sesak.
"Hey, jangan seperti orang sesak nafas. Bernafas lah!" guman Bara lalu terkekeh. Ia menjelajahi leher Hanifa.
"Sekali lagi ya, Han?" pintanya sambil menatap dalam ke mata Hanifa.
Hanifa mendengus, selalu itu yang dikatakan laki-laki itu. Satu kali lagi, nanti beberapa jam lagi juga satu kali lagi, entah mungkin arti satu itu berbeda dalam kamus Bara!
Tanpa menunggu jawaban Hanifa, Bara sudah hendak memasuki gadis itu, rasanya ia sudah tidak tahan!
"Maaasss ....!" Hanifa menjerit ketika benda itu kembali masuk ke miliknya, ia mendorong tubuh Bara sekuat tenaga.
"Kenapa?" nafas Bara memburu, ia sudah tidak tahan untuk kembali membawa gadis itu dalam permainannya.
"Jangan di dalam ...." ujar Hanifa lirih, ia masih berusaha mendorong tubuh itu sebagai wujud protes.
Bara menyingkirkan tangan Hanifa, ia kemudian kembali melanjutkan permainannya. Lenguhan, rintihan, dan desahan gadis itu makin membuat Bara bernafsu, ia tidak ingin bermain lama-lama, hingga akhirnya Bara merasakan sensasi itu sudah menyapanya, ia mengerang panjang, mencengkeram kuat lengan Hanifa, dan dengan sekali hentakan ia menuntaskan permainannya!
Hanifa yang tahu betul cairan hangat apa yang tumpah memenuhi rahimnya itu bergegas mendorong tubuh yang masih menindihnya itu, ia bergegas bangkit dan setengah berlari ke kamar mandi.
Bara yang cukup terkejut itu kemudian melangkah menyusul Hanifa yang masuk ke kamar mandi itu. Pintu kamar mandi di tutup, Bara heran, ngapain sih pakai di tutup segala? Kan ia sudah melihat seluruh tubuh gadis itu dari atas kepala hingga ujung kaki!
"Sayang, kamu kenapa?" tanya Bara sambil bersandar di pintu kamar mandi. Sebenarnya ia masih ingin menikmati pelepasannya barusan, namun ia penasaran dengan apa yang dilakukan oleh gadis itu, kenapa Hanifa mendorongnya?
Pintu itu terbuka, Bara menatap Hanifa lekat-lekat. "Kamu ngapain sih?"
"Mas ... tadi kan aku bilang jangan keluar di dalam!" Hanifa setengah histeris ketika sosok itu hanya menatapnya dengan santai.
"Enak di dalam ah, ngapain sih pakai di luar segala?" jawab Bara santai sesantai-santainya.
"Kalau aku hamil gimana?" Hanifa makin gemas dengan sosok itu. Bisa-bisanya dia sesantai itu sih?
"Bagus dong, aku bakal jadi bapak." Bara tersenyum, lalu menarik Hanifa membawanya kembali ke kamar.
"Mas ... jangan bercanda gitu! Aku serius!"
"Siapa yang bercanda? Kau pikir aku menahanmu disini, menggauli mu setiap waktu itu bercanda?" Bara menatap lurus ke mata gadis itu. "Aku serius!"
Hanifa membeku di tempatnya berdiri, Bara melangkah lalu menjatuhkan dirinya ke kasur.
"Sini! Kau harus menganti pencapaian ku yang barusan kau rusak itu!" ujar Bara tanpa bergerak dari posisinya.
"Apa maksudnya?" tanya Hanifa tak mengerti.
Bara bergegas bangkit, ia kemudian meraih tangan Hanifa, dan menariknya hingga jatuh ke kasur.
"Aku ingin mengulangi, dan jangan pernah kau lakukan hal tadi ketika aku sedang menikmati pencapaian ku, paham?"
***
Hanifa tersentak ketika menatap jam dinding di kamar itu sudah menunjukkan pukul sepuluh! Pukul sepuluh? Astaga! Ia bergegas bangkit, sedetik kemudian ia mengernyit menahan pedih di kemaluannya. Dasar bos nggak ada akhlak! Entah kemarin berapa kali sudah ia digarap tanpa ampun oleh sosok itu.
Sedetik kemudian ia menemukan secarik kertas, dari Bara?
Selamat pagi calon istri ...
Tidurlah, istirahatlah ... kamu berkerja sangat keras semalam, terimakasih ... aku suka ...
Tak perlu kerja pagi ini, kalau perlu mending keluar saja, aku tidak mau kamu bekerja. Aku ingin pekerjaan mu dirumah hanya makan tidur dan menungguku pulang kerja.
Oke? Jadi sekarang istirahatlah ...
Hanifa tersenyum, benarkah Bara jatuh cinta padanya? Benar-benar cinta dari hatinya? Bukan karena tubuh Hanifa atau servis yang dia berikan? Entah mengapa hati Hanifa dengan sangat hangat dan nyaman. Perasaan apa ini?
Apakah ia juga mulai jatuh cinta pada anak bosnya itu? Ia begitu nyaman saat bersamanya, terlebih ketika tubuhnya dibawa melayang oleh permainan dan sentuhan-sentuhan laki-laki itu, ia sangat suka!
Wajah itu, setiap inci tubuh itu, ciumannya, keringatnya, bahkan hal paling menjijikkan dari diri itu pun sangat ia sukai! Saat Bara meminta servis nyeleneh kepadanya untuk foreplay, apapun itu ia suka! Meksipun sebenarnya sangat menjijikkan! Dan ganasnya permainan itu, hujaman-hujaman benda tumpul itu kedalam liang vaginanya ... ahh ... Hanifa tidak mengerti! Ia sudah benar-benar terbius dengan sosok itu!
Hanifa tersentak ketika kemudian ia ingat sesuatu, ia buru-buru melangkah ke kamar mandi, ia harus segera mandi dan pergi mencari benda itu ... benda yang saat ini sedang sangat ia butuhkan .... testpack