"Keadaan jantung gue sekarang lagi berdebar." jawab Rafka maju beberapa langkah mendekat ke hadapan Ayyara.
"M-maksudnya?"
"Gue bohong soal gue yang nggak mau lihat wujud lo lagi."
"Gue bilang gitu, karena gue nggak mau perasaan gue ke lu bertambah. Jujur, gue juga suka sama lo Ay. Tapi, keadaan nggak mendukung." ujar Rafka semakin memajukan langkahnya ke hadapan Ayyara.
Hal itu membuat Ayyara mundur beberapa langkah.
"Ha? Gimana? Gue nggak ngerti." tanya Ayyara sambil menggaruk pelipis nya.
"Sejak pertama kali ketemu sama lo, gue suka sama lo Ay." ujar Rafka melanjutkan ucapannya, dan melangkah lebih dekat ke hadapan Ayyara.
Ayyara kembali melangkah mundur, namun sialnya. Dirinya sudah bersandar pada dinding. Sudah tidak ada lagi akses untuk menghindar.
Ayyara tak dapat menghindar, karena dirinya sudah dikukung oleh kedua tangan Rafka yang berada disamping kiri kanan tubuhnya.
"Raf, bisa mundur dikit kaga?" perintah Ayyara.
Bukannya mematuhi perintah Ayyara. Kini Rafka malah memajukan wajahnya.
Hal itu membuat Ayyara memejamkan matanya.
*****
"Aduh Ayyara lama banget sih. Kan lagi mati lampu, seenggaknya dia nggak jadi matikan ac-nya, dia bisa langsung balik." Keyla sangat khawatir dan sedari tadi ia hanya berjalan bolak balik seperti setrika.
"Apa gue nyusul aja ya?" tanya Keyla pada dirinya sendiri.
"Nggak-nggak. Gue aja takut sama gelap, gue tunggu aja deh." ujar Keyla yang memilih bersandar pada mobilnya.
Namun ia tersadar dan berkata. "Eh astaghfirullah, Yara kan juga takut gelap. Apa sekarang dia lagi ketakutan terus nangis? Aduh gimana ini. Mau nyusul, tapi gue juga takut gelap. Kalau ditunggu aja, kasian dia nya. Serba salah emang."
"Oke tunggu sebentar lagi, kalau dia belum balik juga. Gue bakal nyari satpam, tapi jam segini satpamnya udah pulang."
"Ah tenang saja, demi Alex gua bakal nyari tuh satpam sampai ujung Kulon."
*****
Ayyara masih memejamkan matanya, namun ketika ia merasakan Wangi mint yang tidak lain adalah dari nafas Rafka. Ia langsung membuka matanya dan mendapatkan wajah Rafka yang semakin maju, Ayyara dengan refleks menampar wajah Rafka.
Sontak Rafka langsung memalingkan wajahnya dan menyentuh bagian wajahnya yang terkena tamparan dengan tangannya. Dan kukungan dari tangannya tadi pun terlepas. Sehingga Ayyara mendapatkan akses untuk menghindar.
"M-maaf, gue nggak bermaksud buat nampar lo."
Rafka sama sekali tidak menggubris perkataan Ayyara. Namun ketika Ayyara berusaha buat kabur dari sana ia langsung menarik tangan Ayyara dan langsung memeluk tubuh Ayyara.
Ayyara kaget dan terdiam bak seperti patung.
"Gue juga suka sama lo Ay." ujar Rafka berbisik pada telinga Ayyara.
Ayyara masih terdiam. Ia sama sekali tidak menjawab perkataan Rafka.
"Gue sama Tiara nggak ada hubungan
apa-apa. Gue cuma bertanggung jawab atas perlakuan gue yang tidak disengaja."
"Tanggung jawab?" tanya Ayyara yang akhirnya membuka suara.
Setelah mendapatkan pertanyaan tersebut, Rafka langsung melepaskan pelukannya.
"Dulu saat sepulang dari wisuda S1. Gue sama bunda berniat untuk pergi liburan ke Bandung. Tapi pas dijalan gue liat ada yang mau nyebrang, disitu udah gue klakson tapi dia tetap aja jalan, disaat gua mau injak rem gue malah injak yang buat gas, dan nggak sengaja nabrak orang yang mau nyebrang itu, dan seseorang tersebut adalah Tiara." ujar Rafka menjelaskan dan ketika selesai menjelaskan ia langsung melangkah mundur dan mengusap wajahnya.
Melihat itu Ayyara melangkah maju dan berniat memeluk tubuh Rafka. Namun ia refleks mundur saat Rafka berbicara dengan suara lantang.
"KENAPA GUE HARUS BERTEMU SAMA LO, SAAT GUE UDAH SAMA TIARA?"
"Y-ya, mana gue tau."
"Kita satu kampus Ay, hitungannya saat gue wisuda. Lo berada di semester enam, seharusnya kita bisa bertemu. Tapi, kenapa kita bertemu saat gue udah sama Tiara?" ujar Rafka kembali melangkah mendekat dan membawa tubuh Ayyara untuk bersandar pada dinding.
Setelah itu Rafka langsung mengukung tubuh Ayyara dengan kedua tangannya yang diletakkan disebelah kanan kiri tubuh Ayyara.
"Raf, lo mau ngapain?" tanya Ayyara saat Rafka kembali memajukan wajahnya.
Bukannya menjawab, Rafka malah memilih menggenggam kedua tangan Ayyara agar ia tidak terkena tamparan lagi.
"Raf, le-lepasin tangan gue."
Lagi dan lagi, Rafka tidak menggubris perkataan Ayyara, ia semakin memajukan wajahnya.
Dan seperkian detik Ayyara langsung terdiam saat ia merasakan bibirnya dilumat dengan lembut. Refleks Ayyara langsung memejamkan matanya.
"AYYARA, BANGUN WOI!"
"Egh Rafka?" ujar Ayyara yang masih setengah sadar.
"Hah? Rafka? Nggak ada Rafka disini." ujar Keyla.
Setelah yang diucapkan Keyla, Ayyara langsung melotot dan berkata. "JADI TADI ITU MIMPI?"
"Mimpi? Emang lo mimpi apaan?" tanya Keyla menyipitkan matanya.
"Itu tadi Rafka ci—"
"Ci? Ci apa?" tanya Keyla menaik turunkan alisnya.
"Ah sudah lupakan. Oh iya perasaan tadi kita udah diparkiran deh."
"Parkiran? Ck. udah jelas jelas pas lo bilang mau nunggu diluar tapi lo malah balik, terus lo nangkupin wajah lo ke meja, dan lo langsung tertidur." ujar Keyla menjelaskan.
"Seriously? Jadi itu hanya mimpi? Tapi, tadi kayak nyata." ujar Ayyara terduduk lemas.
"Emang lo mimpi apaan sih?"
Bukannya menjawab, Ayyara malah bertanya balik. "Sekarang jam berapa?"
"Jam lima sore. Dan Givano udah datang dari tadi. Lo sih dibangunin susah banget. Udah ayo ke parkiran."
"Astaghfirullah, pantesan." ujar Ayyara.
"Pantesan? apanya yang pantesan?"
"Ck. Kita kan nggak boleh tidur disaat memasuki maghrib, nanti mimpinya jadi aneh." jawab Ayyara.
"Emang mimpi apa sih? Bikin penasaran aja." kesal Keyla.
"Nggak tau, lupa." jawab Ayyara berbohong dan langsung keluar dari kelas. Dan saat sudah diluar ia berteriak kepada Keyla. "Jangan lupa matikan AC nya sama lampu!"
Sedangkan Keyla masih terdiam karena masih penasaran dengan mimpi Ayyara.
Setelah itu Keyla langsung mematikan pendingin ruangan dan juga lampu yang berada di kelas. Lalu ia langsung menuju ke parkiran.
*****
"Lama banget." ujar Givano saat Ayyara dan Keyla baru sampai di parkiran.
"Nih si Yara, ketiduran dia." jawab Keyla.
"Enak aja, lo tuh yang kelamaan. Dari jam setengah empat kami nunggu, dan lo baru datang sekarang." ujar Ayyara mengacungkan jari telunjuknya ke hadapan Givano.
"Ada keperluan tadi. Yaudah ayo pulang." ujar Givano masuk kedalam mobil.
"Kok lo ikut Key? Bukannya lo bawa mobil?" tanya Ayyara saat melihat Keyla ikut masuk ke dalam mobil.
"Gue bawa mobil? Hari ini kan gue nggak bawa mobil, Ra. Makanya gue ikut nungguin Givano buat numpang." ujar Keyla.
"Oh ya? Tapi tadi—"
"Apa lagi? Berhubungan dengan mimpi lo lagi?Emang mimpi apaan sih." ujar Keyla dengan raut kesalnya.
"Kepo banget sih lo."
"Ini mau pulang atau masih mau berdebat dulu?" tanya Givano.
"Pulang lah." jawab Ayyara dan Keyla secara bersamaan.
"Yaudah makanya diam, jangan berantem."
Lagi dan lagi Ayyara dan Keyla kompak menjawab dengan berdeham.
Setelah itu Givano langsung menyalakan mesin mobil dan mengendarainya menuju kerumah Keyla terlebih dahulu. Lalu langsung menuju kerumah Ayyara.
****
Diary Ayyara.
25, September.
Hari ini aku bermimpi. Mimpi itu seperti sangat nyata. Ah, tapi tidak mungkin Rafka menyukai ku.
Ku harap itu memang benar-benar mimpi...