Air mineral yang baru ditaruh diatas nakas itu untuk Dinda yang tersandar sembari menatap kosong kaki yang tertutup oleh selimut. Kedua tangannya dia taruh diatas paha, memainkan jari-jarinya secara acak. Baru beberapa menit lalu, perempuan itu berhenti menangis setelah Septian menjelaskannya secara pelan. Sebagai kakak, Dinda juga merasa tertekan, dia sendiri juga takut jika harus berkata dengan sang ibu. Atau bagaimana jika ibunya mengetahuinya dari orang lain, bukan dari anak sendiri? Dinda tidak berharap bayangannya itu terwujud dalam waktu cepat. Kalau bisa, Dinda berharap agar ibunya tidak mengetahuinya, perempuan itu tahu jika Dirga adalah anak kesayangan sang ibu. Tapi, cepat atau lambat sang ibu pasti akan mengetahuinya.
"Kenapa dia tidak bicara denganku?"
