Suara ketukan dari sepatu tinggi wanita bertubuh tinggi itu berjalan menghampiri kedua presensi yang masih asyik berbicara didalam kafe es krim ini. Sepertinya seseorang baru saja membuat kemurkaan dalam dirinya. Dengan setelan serba merah, dia mendekati laki-laki bertubuh kekar itu, menyentuh area dada bidang dan pundak tegasnya.
"Tak sia-sia aku mencarimu, Dirga sayang. Kau melupakan cincin pertunangan kita,"
Mendengar kalimat perempuan itu, Chika terlonjak dengan kedua mata yang terbuka lebar. "Tunangan?!" dia menghadap Dirga meminta penjelasan tentang apa yang dirinya dengar.
"Iya, bukankah dia menyukai gadis penyuka berwarna merah? Bukankah penampilan sudah cukup merah untuk menjadi pilihan terakhirnya?" ucap Caroline yang semakin membuat keadaan memanas.