Selepas keluar dari kafe, Dirga melepaskan cincin yang ia pakai. Dirinya tidak menganggap jika ini adalah tunangan sungguhan. Lagipula, tunangan itu akan sempurna jika kedua belah pihak memang setuju dan saling mencintai. Sayangnya, itu tidak berlaku untuk Dirga. Dia hanya akan melakukan tunangan bersama wanita yang benar-benar dia cintai.
Dirga memasuki mobilnya, dia juga melepas kacamata hitamnya karena hari semakin gelap. Itu bisa mengganggu kemudinya nanti. "Terserah jika kau mau menganggap ini adalah tunangan sungguhan," kakinya sudah menginjak pedal gas, sontak ia menginjak pedal rem saat ia melihat wanita yang berjalan didepan mobilnya. Dengan cepat dirinya keluar, memastikan agar kondisi wanita itu tidak ada yang terluka.
"Astaga, ibu. Tidak ada yang terluka, kan?" tanya Dirga yang masih melihat kondisi tubuh ibu itu.
