"Apa si," kesal Devan saat Vera terus mengikutinya sampai depan pintu utama Bandara. "Gue mau memastikan kalau lo bukan jadi pekerja di Bandara juga," Devan emmutar bola matanya malas.
"Kalaupun iya atau enggak itu bukan urusan lo," Vera tersneyum sangat lebar. "Gue tahu banget lo miskin, karena itu gue mengawasi lo siapa aja lo mau maling di sini,"
"Tangan," ucap Devan meminta Vera untuk melepaskan tangannya. "Apa? Tangan gue nyaman di sana," Devan berdecit.
"Apa lo masih punya muka?" Vera sedikit sebal dan melepaskan tangannya dari Devan tidak ikhlas. "Gue mau belajar jadi sombong kaya lo," Devan melirik Vera sama sekali tidak berminat.
"Apa lo belum puas lihat gue di sekolah dan ngikutin gue sampai sini?" tanya Devan pura-pura bodoh. "Gue lihat lo mulai dari gue berhenti di halte sampai sekarang. Butuh waktu empat jam sampai sekarang," Vera tersenyum lebar sekali sampai giginya terlihat semua.