"Gue ada perlu, pergilah dari kantor gue dan jangan merusak pekerjaan gue," kesal Sana saat mendapat sambungan telefon sari Devan yang mengatakan jika pekerjaan mereka untuk mendapat tanda tangan peresmian kerjasama keduanya.
"Gue datang pun di sela-sela jam kerja sibuk gue. Cepat kembali dan tanda tangani, gue butuh tanda tangan lo karena ini dokumen penting. Kalau urusan gue yang memlerjuangkan lo nomor dua, karena kalau gue enggak bekerja gue enggak akan mendapat uang untuk hidup," omel Devan membuat sana menghela nafasnya berat.
"Minta sekretaris gue untuk menandatanganinya," Devan memutar bola matanya malas. "Lo pikir bos gue akan percaya? Cepat pulang, gue serius. Gue rekan bisnis lo, bukan mantan pacar lo," Sana mematikan sambungan telefon darinya dengan cepat.
"Merepotkan," kesal Sana yang melempar ponselnya ke kursi sebelah kanannya karena dia sedang mengemudi mobilnya sendiri.
