Regu Nathan dan regu Andika yang sudah siaga langsung melumpuhkan lawan tanpa ragu. Lima orang dinyatakan tewas ditempat. "Tetap waspada." Perintah Andika pada anak buahnya. " Siap, kapten! " mereka serempak menjawab dengan tegas.
Pasukkan King Cobra mengelilingi mereka. Dinding ruangan sudah berlubang akibat jual beli tembakkan barusan. Sedangkan didekat pintu ruang.Intan dan Brigina masih bertarung dengan Dokter Rizki dengan kemampuan bela dirinya.
Intan mengubah arah gerakkanya untuk mencegah gerakkan Rizki yang memberikan pukulannya. Intan berusaha agar kedua kakinya tidak lepas dari pijakkannya, yang akan menjaga stabilitas. Gerakkan menghindar Intan bagaikan sebuah tarian diatas panggung.
Brigina meninju Rizki seperti petinju profesional di atas ring. Aktif bergerak. kaki Brigina tidak terangkat dari pijakkannya. Tidak melakukan gerakan pukulan dalam jumlah besar, karena itu akan menghabiskan energi.
Dalam genggaman Brigina terdapat koin, mata uang indonesia. Tujuannya untuk mengisi ruang kosong yang terdapat antara telapak tangan dan jarinya. Selain itu, koin digenggam nya membantunya untuk meningkatkan kekuatan tumbukkan.
Rizki menyerang Intan. Kait samping adalah gerakkan andalan milik Rizki. Intan tak bisa bergerak dengan leluasa. tapi, Intan tak kehabisan akal. Ia melakukan pukulan biasa yang membuat Rizki melepaskan kaitannya. Melihat Rizki lengah, Intan kembali menyerangnya dengan satu sendi siku.
Rizki dapat menghindari serangan Intan,tapi Brigina tidak membiarkan Rizki beristirahat maupun menyerang mereka terlebih dahulu. Pukulan Brigina yang membuat musuh terkesan dan mengurangi semangatnya. Pukulan andalan Brigina.
Rizki mengambil napas dalam-dalam. Lalu membalas serang Brigina dengan lincahnya. Melihat Brigina dalam bahaya,Intan langsung memblokir serangan Rizki menggunakan teknik bela dirinya.
" Menyenangkan sekali bisa berhadapan dengan kalian berdua." seru Rizki ramah. Senyuman palsu diperlihatkan nya untuk Brigina dan Intan.
Intan tersenyum miring, membalas senyuman palsu Rizki. " Senang bisa melawan seorang Dokter petarung seperti mu."
Rizki melakukan gerakkan mendekat. Kembali menyerang Brigina dan Intan. Duagh! Intan terpelanting kebelakang saat tendangan Rizki mengenai perutnya. Kepalanya menghantam dinding.
Brigina mundur. Tak ingin mengambil resiko menyerang Rizki sendirian. Sekilas Ia melirik Intan yang kembali bangkit sambil menyeka darah yang ada dimulutnya. "Sebenarnya aku tidak ingin menyakiti wanita cantik seperti kalian. Tapi, karena kalian begitu tangguh maka harus ku lakukan."
Brigina diam. Tak merespon ocehan Rizki. Dia lebih fokus memutar otak agar bisa melumpuhkan Rizki dan membantu rekan-rekan nya yang terlibat pertarungan dalam ruang Ardiaz.
" Intan!! " Teriakkan Brigina yang tegas membuat Intan langsung berlari menerjang tubuh Rizki. Menyudutkan Rizki ke tembok. Rizki sekuat tenaga memukul kepala Intan menggunakan siku nya. Rasa sakit yang mendera dikepalanya tak dihiraukan.
"Brigina!! " Teriak Intan yang sudah tak tahan lagi menahan Rizki. Brigina langsung menendang wajah Rizki sekuat tenaganya, membuat Rizki terpelanting dan jatuh tak sadarkan diri.
Intan mengatur napasnya. Kepalanya mulai berdenyut sakit akibat serangan Rizki. Brigina membantunya, mengangkat tubuh Intan untuk berdiri. " Kerja bagus! " Kata Brigina lalu memeluk Intan. Intan membalas pelukkan Brigina.
***
Aini mematikan layar dihadapannya. Jika Rizki sudah dikalahkan, maka giliran dirinya lah yang harus memusnahkan dua wanita tangguh barusan. Aini memasang rompi anti peluru serta kacamata hitam miliknya. Tak lupa AA-12 senapan gentel (shotgun) otomatis dengan magasin atau alat penyimpanan dan pengisian amunisi 32 putaran.
Aini mengelus kucing kesayangan nya yang tengah bermalas-malasan di atas meja kerjanya. " Jaga dirimu... " Bisik Aini lalu mencium kucing kesayangannya itu.
Membuka pintu ruangan nya dengan langkah kakinya begitu cepat. Pintu tertutup dengan sendirinya, meninggalkan seekor kucing yang menatap kepergian majikannya.
...
Nathan dan Andika menyerang musuh dengan cepat. Mematahkan pergelangan tangan mereka agar mereka tidak dapat menggunkan senjata mereka. Nathan dan Andika menunjukkan kemampuan petarungan mereka dengan tangan kosong.
" Mereka monster! "Teriak salah satu musuh saat melihat keganasan Nathan dan Andika dalam melumpuhkan rekan-rekannya.
Dia tak menyadari jika Satria dan Hernandes berada dibelakang nya. mematahkan leher nya dengan cepat hingga tewas ditempat. Ardiaz tak marah melihat anak buahnya yang banyak berjatuhan akibat serangan regu Nathan dan regu Andika. Dia nampak tenang duduk dikursi kerjanya sambil menatap pertarungan mereka secara langsung.
Dor! Dor! Dor! Mereka langsung merundukkan saat Aini datang sambil menembakkan peluru AA-12 secara membabi buta. "Argh!" Peluru mengenai kaki Satria, membuat Satria menahan rasa sakit.
Alvar, Aryan dan Herman melakukan tembakkan pertahanan. Membantu Hernandes mengevakuasi Satria ketempat yang aman. Hernandes membawa Satria menuju ruang sandraan. Dimana para polisi terikat dalam ruangan tersebut.
Ikatan yang menjerat dipergelangan tangannya dilepaskan oleh Hernandes. Menyuruh mereka untuk menjaga Satria. Dia akan membawa Brigina dan Intan kedalam ruang ini untuk menyelamatkan Satria.
Sim yang melihat Hernandes keluar dari ruangan segera mencegahnya dengan cepat. Hernandes menoleh menatap Sim. "Izinkan aku membantu kalian." kata Sim dengan nada tegasnya.
Hernandes menganggukan kepalanya. "Cari sandraan yang disembunyikan oleh mereka.." Sebuah Drone mini terbang dihadapan Hernandes dan juga Sim. Drone milik Aryan. Aryan yang baru saja datang memasangkan alat pengendali berbentuk seperti jam kepergelangan tangan Sim. "Drone ini akan membantu mu.. " seru Aryan.
Sim menganggukan kepalanya paham. "Kami serahkan kepada mu! " Kata Hernandes sambil menepuk-nepuk bahu tegap Sim.
***
Arya memandang Hernandes dan juga Aryan yang baru saja keluar dari ruang sandra. "Bagaimana dengan keadaan Satria?." tanya Arya dengan nada khawatir.
" Tenang saja, beberapa pasukan Brimob menjaganya. Sisanya mencari lokasi sandraan lainnya."
" Setelah semuanya ditemukan, kita harus membawa mereka keluar dari sini.Truk pengangkut sudah bersiaga diluar."
***
Sim, Fajri dan Akbar segera menyusuri lorong gedung perusahaan secepat mungkin. Memeriksa satu persatu ruangan yang ada dilorong.
" Kalian menemukannya?." tanya Akbar kepasa Fajri dan Sim yang baru saja turun dari tangga darurat.
Sim menggelengkan kepalanya. " Kita harus menemukan mereka." Kata Fajri yang kini kembali berlari menyusuri lorong. Akbar dan Sim mengikuti langkah Fajri dari belakang.
Syutt! Mereka bertiga langsung menoleh kesamping saat mendengar suara bisikkan. Fajri dan Akbar mengarahkan pistol mereka ke depan, sedangkan Sim mulai memberanikan diri membuka pintu ruang.
" Jangan bunuh kami!." Teriak beberapa anak kecil dalam ruangan tersebut. Mereka menangis karena ketakutan melihat pistol yang dikeluarkan oleh Akbar dan Fajri.
Segera mereka menyimpan pistol dan mulai menenangkan anak-anak tersebut. Sim dengan tenang mulai menjelaskan situasi saat ini kepada mereka. Anak-anak mendengarkan penjelasan Sim dengan baik. Mereka tidak menangis lagi.
Mereka bertiga mulai menuntun anak-anak untuk keluar dari ruangan tersebut. Drone melayang menyusuri lorong, memastikan jika tidak ada musuh yang menghadang didepan.
"Aman! "Kata Sim saat melihat situasi sekitar melalui alat dipergelangan tangannya. Akbar dan Fajri dengan cepat menyusur anak-anak berbaris memanjang menuju sebuah truk pengangkut yang berada disebrang jalan.
Salah satu tentara melihat mereka membawa anak-anak keluar. Dua tentara yang menyamar menjadi supir truk langsung membantu mereka untuk menyelamatkan anak-anak. Membawa mereka memasuki truk. " Sudah! " Kata Akbar saat semua anak-anak berada di truk.
Sim mendekati mereka sebelum menutup pintu belakang truk. " Tetap tenang dijalan. Sebentar lagi kalian akan pulang. " Kata Sim, mengelus salah satu anak kecil di sana.
" Terima kasih banyak, pak polisi. " Mereka dengan nada cemprengnya memberi ucapan rasa terima kasih mereka.
Fajri segera menyuruh mereka untuk membawa anak-anak kelokasi aman. Segera truk berjalan melunjur menuju jalan raya. Menjauh dari perusahaan Moon.
***
Nathan dan Andika kini bergerak menyerang Ardiaz. Ardiaz mendorong kursi kerjanya kedepan, membuat Nathan dan Andika harus menghindari meja tersebut. Pistol berada digenggaman Ardiaz, menembak Nathan dan Andika yang dengan gesit menghindari tembakkannya.
Ardiaz meraih pergelangan tangan Andika dan memelintirkannya kebelakang. Tendangan penuh tenaga langsung dilayangkan Ardiaz kepada Nathan hingga Nathan tersungkur.
Andika menginjak kaki Ardiaz, membuat Ardiaz melepaskan pelintirannya. Dengan cepat, Andika menendang kedua kaki Ardiaz hingga terjatuh diatas lantai. Ardiaz tidak tinggal diam. Dia langsung menarik Andika hingga Andika lah yang kini terjatuh diatas lantai. Sebuah vas bunga hampir melayang dikepala Ardiaz jika saja Aini tidak memecahkan vas tersebut. Pelaku pelemparan vas tidak lain adalah Nathan.
Aini mulai membidik kepala Nathan. tapi fokusnya langsung hilang saat Brigina dan Intan menghantamkan kepala Aini ketembok. Suara hantaman yang begitu keras terdengar dengan jelas.
Pasukkan King Cobra berhasil dikalahkan oleh Aryan, Alvar, Herman, Hernandes, Arya, dan Rio. Kini mereka berenam mulai mengepung Ardiaz dan juga Aini. " Menyerahlah! " Kata Rio.
Aini menggeram marah, begitu juga dengan Ardiaz. Mereka terdesak. Ardiaz melangkah mundur kebelakang beberapa langkah. Nathan mengawasi pergerakkan Ardiaz bagaikan binatang buas yang mengintai mangsanya.
Aini mengerti dengan kilatan pandangan Ardiaz. Segera ia langsung menembakkan AA-12 secara membabi buta. Kekacauan tersebut dimanfaatkan oleh Ardiaz untuk melarikan diri dari mereka, meninggalkan Aini yang kini menghadapi mereka.
Dor! tembakkan Aini berhasil melukai pergelangan tangan kiri Aryan. Segera Aryan mundur kebelakang agar tidak menjadi beban rekan-rekannya.
Intan dan Brigina saling bertatapan. Brigina langsung menerjang Aini, melempar AA-12 kearah Rio. Rio dengan cepat mengambil dan mengarahkannya tepat dihadapan Aini yang terbaring dibawah Brigina. "Kalian pikir bisa mendapatkan informasi dari ku?." seru Aini dengan tatapan mengerikannya.
Rio menarik pelatuk, bersiap menembak Aini jika dia menyerang salah satu dari mereka. "Kalian akan mati. Mati bersamaku disini!." Teriak Aini.
Intan menyadarinya. Dia langsung menarik tubuh Brigina menjauh dari Aini sedangkan Hernandes dan Rio langsung mendorong tubuh Aini menuju kaca jendela. Tubuh Aini terjun bebas dari atas menuju kebawah. tapi, sebelum menyentuh tanah sebuah ledakkan berasal dari Aini mengejutkan mereka semua. Aini tewas. Potongan tubuhnya berhamburan di halaman.
***
Helikopter terbang begitu dekat dengan Ardiaz yang kini mengendarai mobil hitamnya dijalan. Fadjar, Tammi, dan Hamka mulai menembaki Ardiaz. Mobil berbelok kekanan, saat tikungan. Helikopter terbang keatas menghindari gedung dekat tikungan.
" Tembak ban mobilnya! " Perintah Fadjar dengan tegasnya.
Tammi dan Hamka menganggukan kepala mereka. Mereka mulai fokus menembak ban mobil milik Ardiaz.
Ardiaz yang mengetahui target bidikkan Tammi dan Hamka langsung membelokkan mobilnya menuju gang sempit yang hanya bisa dilalui oleh satu mobil saja. Helikopter kembali terbang keatas, mengawasi mobil Ardiaz dari ketinggian.
" Menuju perbatasan Kota! sekali lagi, menuju perbatasan kota!."
Regu Nathan dan regu Andika mendengar laporan dari Fadjar. Segera mungkin mereka keluar dari gedung perusahaan menuju mobil yang entah itu mobil siapa. Dengan gesit meretas mobil tersebut dan mulai menyalakan mesin mobil.
Satria dan Aryan dievakuasi menuju rumah sakit oleh Hernandes dan Herman. Sedangkan sisanya mulai mengejar Ardiaz menuju perbatasan kota. Brimob juga membantu mereka mengejar Ardiaz menuju perbatasan.
Ardiaz yang hampir sampai menuju perbatasan kota langsung menghentikan mobilnya saat polisi dan tentara sudah menjaga perbatasan.
" Menyerahlah, anda terkepung! " seru Fadjar melalu pengeras suaranya. Helikopter mengelilingi mobil Ardiaz dari atas.
Tak lama, regu Nathan,regu Andika dan Brimob datang. Mereka keluar dari mobil dan menangkap Ardiaz tanpa perlawanan. Ardiaz digiring masuk kemobil truk tentara. Di jaga dengan ketat.
" Misi berhasil!."