Chereads / I FEEL ALONE / Chapter 19 - I FEEL ALONE - Cowok Dingin dan Menyebalkan

Chapter 19 - I FEEL ALONE - Cowok Dingin dan Menyebalkan

Rahang yang kokoh, hidung yang mancung, rambut hitam yang sedikit kecokelatan itu membuat wajahnya terlihat begitu tampan. Ah tanpa gue sadari, gue mengatakan orang itu tampan kan.

Orang itu menyisir acak rambutnya dengan tangan, membuat rambutnya terlihat lebih acak-acakan, namun itu justru membuat tampilannya menjadi lebih keren.

Ganteng. Gumam gue sesaat sebelum dia beralih dan menatap gue dengan tatapan yang begitu dingin. Ya Tuhan, ternyata dia adalah orang dingin dan aneh itu. Sia-sia gue sudah melihat dia dari tadi.

Setelah tahu kalau orang yang sedang gue perhatikan sejak tadi adalah dia, gue langsung turun dari motor gue dan berjalan masuk ke area sekolah.

Gue berjalan dengan langkah yang begitu cepat sambil berharap kalau dia gak bakal mengikuti gue, asli gue jadi salah tingkah pas tahu ternyata orang yang gue perhatikan dari tadi adalah cowok dingin itu.

Gue merasa sayang sama waktu gue, karena sudah gue lakukan untuk memperhatikan orang dingin itu. Gue berjalan ke kamar mandi untuk mengganti seragam gue.

Duh kalau gue tahu cowok yang gue perhatikan dari tadi adalah cowok dingin itu, gue gak mau memperhatikan tuh cowok dari tadi. Gumam gue setelah berada di dalam kamar mandi ini.

Gue merasa jantung gue berdetak lebih kencang dari biasanya. Jantung gue kenapa dug-dugan kek gini sih? Gue menarik napas dalam-dalam dan mencoba menetralkan rasa aneh yang muncul di hati gue sekarang.

Gue mencuci muka gue dengan alir yang mengalir dari wastafel. Gue gak khawatir make up gue luntur! Karena gue gak memakai make up, jadi gue aman mau berapa kali cuci muka juga gue tetap santai.

Setelah merasa diri gue lebih tenang dari sebelumnya, gue memutuskan untuk keluar dari kamar mandi.

Gue berjalan santai keluar dari kamar mandi sambil menyisir rambut gue dengan tangan. Namun, gue terdiam saat ternyata cowok tadi berada di depan toilet itu.

Mati gue. Gumam gue saat melihat cowok itu.

"Ngapain lo di depan toilet cewek atau jangan-jangan lo ngintip ya? Ah gue laporin lo," omel gue dengan begitu ketus sambil terus menatap wajah cowok itu dengan posisi melotot.

"Tadi diperhatikan, sekarang ditinggalkan?" tanya dia dengan raut wajah yang begitu cool-nya.

What? Demi apa nih cowok bicara selebar ini? Duh Tuhan, jantung gue ini, ah kenapa sih kok deg-degan kayak gini?! Dia orang atau setan sih, kenapa setiap gue dekat dengannya jantung gue dug-dugan terus?

"Siapa yang memperhatikan lo sih, ke-pedean jadi orang?" omel gue ketus.

Gue berbicara dengan jantung yang terus dug-dug an, entah kenapa alasannya gue pun gak tahu kenapa yang jelas sedari tadi jantung gue terus berdebar dengan kencang, apalagi saat ditatap oleh dia.

"Bohong?" tanya dia sambil menatap gue dengan tatapan yang begitu santai, tapi hati gue gak bisa santai saat ditatap olehnya.

"Nggak! Gue gak bohong!"

"Kalau nggak, kenapa pipi lo merah?" Goda lelaki itu sambil mengedipkan sebelah matanya, gila ganteng banget sih.

Duh gimana nih gue ah kok gini sih. Gumam gue dalam hati

"Gak ada, gak ada yang merah," ucap gue sambil menangkup kedua pipi gue yang memang gue rasa memang sedikit memerah.

Cowok itu tak menjawab, dia hanya menatap dengan tatapan yang kembali ke semula. Tatapan yang begitu cold miliknya, ternyata itu mampu membuat gue membeku di tempat.

Cowok itu berbalik badan dan tanpa mengucapkan kata pamit, dia berjalan melangkah meninggalkan gue yang masih membeku di sini. Sikapnya sungguh aneh, gue heran kenapa ada manusia seperti dia?

Cowok itu melangkahkan kaki panjangnya menjauh dari area toilet perempuan. Langkahnya terlihat begitu tegak, punggung cowok itu semakin menjauh dari pandangan gue.

Gue heran sama diri gue? Sudah banyak cowok yang gue temuin kenapa baru sama dia gue merasakan sesuatu yang aneh dalam diri gue, sebenarnya gue kenapa sih? Jadi heran sendiri gue.

Terus kenapa tuh cowok tadi berkata panjang banget, so manis lagi, biasanya juga ketus. Kenapa dia mendadak bicara panjang lebar sama gue barusan dan anehnya di kembali dingin setelah dia baru mau hangat? Baru ya, baru hangat belum hangat, tapi dia sudah kembali beku. Ah dasar cowok aneh! Bingung gue ladeninya.

Gue berjalan meninggalkan area toilet itu dengan pikiran yang terus berjalan entah ke mana dia berpikir. Kenapa memikirkan cowok tadi terus sih?

Ah gara-gara cowok gesrek tadi pikiran gue jadi gak berjalan dengan baik kan. Pikiran gue jadi memikirkan dia terus, lama-lama gue bisa gila kalau terus memikirkan cowok gesrek itu!

Gue masuk ke kelas gue dan menunggu guru pelajaran masuk. Gue mencoba untuk melupakan kejadian yang sudah terjadi di parkiran tadi. Gue gak mau harus lama-lama memikirkan orang yang sama sekali gak gue kenal.

Gue pelajaran akhirnya masuk juga. Kali ini gue menyimak setiap materi itu dengan baik. Mood gue sedang bersahabat sekarang.

Waktu terus berlalu dan pelajaran telah usai, sekarang saatnya waktu istirahat. Gue berjalan keluar dari kelas sendirian untuk menuju ke kantin.

Kenapa sendirian? Karena gue sudah terbiasa, lagian kalau gak sendirian gue mau ke kantin sama siapa? Gak mungkin kan kalau sama masa lalu gue. Masa lalu? Hmmm, kenapa gue tiba-tiba teringat akan dia? Hmm. Dahlah lupakan gak penting.

Sesampainya di kantin, gue duduk di salah satu tempat yang kosong di sini.

"Bu, bakso sama lemon tea satu." Sambil menunggu makanan yang gue pesan datang, gue memperhatikan keramaian yang ada.

Gue heran, kenapa di tengah-tengah keramaian yang ada kenapa mata gue bisa langsung fokus memperhatikan dia? Mata gue terfokus memperhatikan cowok yang tengah berjalan entah ke mana tujuannya gue gak tahu.

Banyak orang yang sedang berlalu lalang, tapi kenapa mata gue terfokus pada satu orang itu? Orang itu adalah cowok dingin dan menyebalkan yang pagi ini sudah menunggu gue di depan toilet perempuan.

Untunglah makanan yang gue pesan sudah datang, jadi pikiran gue gak terus memikirkan tuh cowok, yang ada di pikiran gue sekarang adalah bagaimana cara supaya bakso yang ada di hadapan gue bisa masuk ke mulut gue yang nantinya bisa membuat rasa lapar di perut gue hilang.

Gue sekarang tengah fokus memakan bakso yang sudah gue pesan. Setelah perut gue merasa kenyang, gue membayar makanan yang sudah gue makan dan pergi meninggalkan kantin. Ya iyalah pergi masa gue mau terus menetap di kantin?

"Vitta, tunggu!" teriak seseorang dari arah belakang saat gue tengah berjalan untuk kembali ke kelas.

Gue berbalik melihat siapa pemilik suara yang tak asing di telinga gue, ternyata benar dugaan gue dia adalah