Chereads / Nyonya Jomblo Mencari Cinta / Chapter 23 - Dan Kamu Menyebalkan

Chapter 23 - Dan Kamu Menyebalkan

Ada orang yang mudah bahagia, ada orang yang sulit bahagia. Ada orang yang selalu merasa hidupnya kurang walau pada kenyataannya hidupnya bersahaja, ada orang yang merasa cukup walau hidup sederhana.

Bagitupula ini : ada orang yang merasa sedih, susah karena tidak punya pacar namun ada juga orang yang bahagia-bahagia saja tidak punya pacar. Tapi ada juga yang diantara itu.

Contohnya Riv. Berjalan di tengah-tengah, merasakan bahagia tidak punya pacar dan merasakan sedih tidak punya pacar. Lima puluh lima puluhlah.

Tapi ada juga hal lain yang bisa disyukuri di dunia yang fana ini; punya sahabat yang setia menemani, sahabat cowok tampan rasa pacar, kakak yang yah mendukungnya dan tentu saja orang tua yang pengertian.

Cukup? Yang namanya manusia, mayoritas pasti merasa kurang cukup dengan apa yang mereka punya. Tapi bukankah manusia butuh menikah?

Nah, ada manusia yang berpikir menikah itu merupakan suatu kewajiban tapi ada juga yang berpikir untuk apa menikah. Kalau ini sih Riv lebih condong ke yang wajib menikah, sebab Riv memikirkan masa tuanya.

Tapi kembali lagi, itu semua hak manusia sendiri—keputusan diri sendiri, pemikiran diri sendiri—asal tidak merugikan orang lain dan melenceng dari agama sih no problem.

"Kenapa lagi sih?" Tanya Riv kepada Samudera yang sejak tadi tidak bisa diam.

Mereka masih di acara orang tua Pra. Tapi Riv kini sedang bersama kakaknya saja.

"Al- Alkana," jawab Samudera tergagap. Riv melongo melihat tingkah kakaknya namun juga penasaran dengan sosok Alkana.

"Mana?" Tanya Riv penasaran.

"Tuh," Tunjuk Samudera secara samar yang ditangkap Riv langsung.

Riv melihat seorang perempuan dengan dress berwarna putih dengan motif batik di bawahnya. Perempuan itu menyanggul rambutnya dan membiarkan anak rambutnya menjuntai kebawah, cantik. Pantas saja Samudera jadi gila.

Lalu ada dua orang gadis yang sama cantiknya menghampiri Alkana. Satu diantaranya sangat cantik hingga membuat mata Riv silau, gadis itu mengangkat dagunya dengan percaya diri.

Berlanjut dengan gadis di sebelah gadis cantik itu, terdapat gadis cantik lagi tetapi berambut pendek sebahu. Badannya kecil, pendek mungkin tingginya sama dengan Riv. Mereka bertiga berbincang lalu pergi meninggalkan tempatnya.

"Gila! Cantik, cantik semua itu. Buat orang insecure aja," ucap Riv kepada Samudera yang masih memandang ke arah kepergian Alkana.

"Keluarganya emang the best semua," balas Samudera lalu bersiap-siap berdiri.

"Keluarga kita juga gak kalah the best. Mau kemana?" Tanya Riv melihat kakaknya berdiri.

"Mau modus lah. Emang situ diem-diem bae," kata Samudera lalu ngecir meninggalkan Riv.

"Syalan banget deh. Dikira dia doang yang punya gebetan. Eh tapi emang gue gak punya gebetan kan?" Gumam Riv lalu menepuk kepalanya pelan.

Riv mengedarkan pandangannya, tidak ada orang yang Riv kenal di sini. Pra sedang bersama orang tuanya, orang tua Riv bersama temannya, Samudera—yah, kalian tau lah kemana sedangkan saudara Pra tidak ada yang meliriknya.

Pandangan Riv lalu tak sengaja melihat gadis cantik yang bersama Alkana tadi sedang mengikuti pelayan laki-laki. Senyum gadis itu sangat lebar, membuat kecantikannya kian berkilau.

"Heh! Ngelihatian apaan lo? Hayo ngaku!"

Riv terkejut saat ada seseorang menepuk punggungnya lumayan keras. Ternyata seorang laki-laki, ah Riv tahu siapa dia.

"Bisa gak sih nepuknya biasa aja?" Tanya Riv sebal.

Laki-laki tersebut mengangkat sebelah alisnya lalu berkata, "Sayangnya enggak, bahaya tau nanti setan rumah ini nemplok di lo."

Afganistan Djuan Halim memang sangat menyebalkan. Sepupu Pra yang satu ini memang ada saja kelakuannya. Bukan hanya pada Riv, tetapi kepada semua orang yang ia temui dan kebetulan dikenalnya.

"Ini udah deket setannya. Nah setannya lo! Istan Tan Tan Tan Setan! Balas Riv lalu menjauhkan duduknya dari Istan.

"Wah bagus juga tuh. Tan Tan Tan Tan tanvan," balas Istan sembari tertawa terbahak-bahak.

Riv memandang Instan dengan ngeri. Benar kan apa kata Riv, Istan ini memang sangat menyebalkan. Ada saja kelakuannya yang membuat orang lain naik darah.

"Gak. Jelas."

"Hahahaha, ngapa lo ngelihatin sepupu gue? Jangan-jangan belok lo, lihat yang cantik bening aja udah gitu matanya," Tanya Istan dengan jahil. Menggoda sahabat Pra yang satu ini memang sangat mudah, mumpung Pra sedang tidak ada.

"Enak aja lo kalau ngomong. Berarti Kak Alkana saudara lo?" Tanya Riv penasaran—berusaha melupakan perkataan Istan yang membuat Riv ingin mencolok mata Istan itu— Informasi Alkana sangat penting.

"Yap, seratus. Alkana, yang tadi lo lihat itu Alkena Si Primadona dan yang rambut pendek sebahu namanya Alkuna," jawab Istan tanpa diminta.

"Terus terus?"

"Kencan sama gue dulu," ucap Istan membuat Riv menggeplak kepala Istan dengan sadis.

"Mau mati lo?!" Tanya Riv seraya menodongkan pisau roti yang tadi dibawanya. Tenang saja, Riv menodongkannya di bawah sehingga tertutupi meja.

"Aelah. Canda, gitu aja bwaperrr deh," balas Istan lebay.

"Gue tanya sekali lagi, terus?" Tanya Riv dengan sabar. Berbicara dengan Istan memang membuat Riv kehilangan kesabaran.

"Alkana tuh—"

Drrrttttt drrrtttt

Riv mengalihkan pandangan kearah handphone miliknya yang bergetar, tanda telepon masuk. Diraihnya handphone untuk melihat siapa yang menelponnya, tidak ada nama hanya nomor saja. Biasanya Riv akan langsung mereject namun kali ini ia memilih mengangkatnya saja.

"Hall—"

"Mbak, Tuan kecelakaan!" Sambar suara dari ujung sana padahal Riv belum menyelesaikan kalimatnya

"Hah?" Istan melihat kearah Riv dengan satu alis terangkat, pasalnya raut wajah Riv sekarang benar-benar lucu.

"Tuan kecelakaan, ini badannya udah lemes. Mau saya bawa ke rumah sakit tapi gak ada orang!" Jelas suara di seberang sana dengan panik. Lalu ada juga suara anak kecil menangis.

"Hah?" Riv benar-benar tidak tahu harus menjawab apa. Tuan? Tuan s-siapa yang dimaksud. Pusing rasanya kepala Riv.

"Siapa Riv?" Dannn tambah pusing saat mamanya ikut bertanya. Untung saja Istan menjawab pertanyaan sang mama dengan bibir bergerak tanpa suara.

"T-tapi saya gak tahu Tuan siapa yang Anda maksud," ucap Riv akhirnya.

"Ya Allah, maaf Bibi lupa ngasih tahu. Ini Tuan Dan kecelakaan, badannya udah lemes. Gak ada orang di rumah, Bibi gak bisa bawa ke rumah sakit. Den Bintang juga nangis terus, " jelas Bi Narsih—sekarang Riv tahu siapa yang meneleponnya— dengan cemas dan suara yang bergetar menahan tangis.

"Oh oke oke. Riv kesana deh," jawab Riv yang tidak mengerti. Kenapa tidak meminta tolong tetangga saja? Ah, mungkin Bi Narsih panik jadi tidak kepikiran, positif thinking sekali Riv ini.

"Kenapa dah?" Tanya Mama Riv penasaran.

"Itu, apa namanya? Ah iya, Om Dan kecelakaan!" Beritahu Riv.

"Apa?!" Reaksi tak terduga datang dari Mama Riv. Lalu Mama Riv menyuruh Papa Riv untuk pamit ke kedua orang tua Pra. Orang tua Riv sungguh panik sekarang ini.

Sedangkan Riv mengalihkan pandangannya kearah Istan yang hanya diam saja. Riv memberikan tatapan kepada Istan seolah berkata 'Drama apa yang ia lakoni kini?'

Istan hanya tertawa melihat Riv. Sialan!

TBC