Pagi ini Riv bangun dengan keadaan badan yang pegal dan kepala yang lumayan pusing. Melupakan kejadian yang masih segar di ingatannya pun sangat sulit apalagi kejadian yang baru terjadi beberapa jam yang lalu. Mengingat bagaimana suara Dan yang merancau, bagaimana—ah, Riv takut kalau mengingat itu semua!
Riv memandang Dan yang ternyata sudah bangun dari tidurnya, Dan tampak memandang kosong ke depan atau lebih tepatnya kearah Riv? Riv tidak ingin ge-er namun itu memang kenyataan yang sebenarnya ingin Riv sangkal.
Entah apa yang ada dipikiran Dan, yang pasti Riv segera mengecek kondisi wajahnya dengan kamera handphone—takut kalau ternyata ada iler yang menempel, bisa tengsin Riv di hadapan Dan. Tidak ada iler menempel di sekitar wajahnya yang Riv khawatirkan, tetapi wajahnya benar-benar tampak glowing, bukan glowing seperti artis Korea tetapi glowing karena berminyak bahkan sepertinya bisa untuk menggoreng ikan—tidak, Riv hanya hiperbolis.
"Yaampun Dan!"
Riv serta Dan kontan mengalihkan pandangannya kearah pintu yang sudah terbuka, lebih tepatnya ke arah Mama Riv yang baru saja datang dengan hebohnya.
Riv melongo saat melihat mamanya sedang memeluk Dan dengan erat. Dilihatnya, Dan hanya tersenyum tipis tetapi tetap membalas pelukan mamanya tak kalah erat seolah menumpahkan segala bebannya.
Papa Riv datang kemudian seraya menenteng paper bag yang Riv yakini berisi pakaian ganti untuknya dan Samudera. Badannya juga sudah kerasa lengket sekali.
Riv bangun dari tidurnya namun keningnya mengerut saat menyadari ada selimut tebal yang membungkus tubuhnya, pantas saja tidurnya terasa hangat. Mungkin Samudera yang menyelimutinya tadi malam, pikir Riv.
"Mandi sana dulu," ucap Papa Riv seraya menyerahkan paper bag yang tadi beliau bawa.
"Kok cuma baju aku?" Tanya Riv ketika tebakannya salah, hanya bajunya yang berada di dalam paper bag itu.
"Kakakmu udah pulang tadi," jawab Papa Riv dengan santai lalu melangkahkan kakinya ke sofa.
Riv mendengus mengetahui kelakuan Samudera yang seenak jidatnya pergi meninggalkan Riv berdua dengan Dan, yah walaupun Dan sedang sakit tetapi tetap sama saja tidak boleh.
Riv melihat kearah mamanya dan Dan kembali lalu saat pandangan Riv bertubrukan dengan Dan, Riv segera mengalihkan pandangannya dan melangkah dengan pelan menuju kamar mandi.
Riv terdiam bingung di tempatnya berdiri, ingin rasanya Riv segera pulang dari sini namun itu mustahil jika ada sang mama. Bisa-bisa mamanya bukan menyuruh Riv pulang malah menyuruh Riv merawat Dan, bisa berabe kalau gitu.
Sambil mandi, Riv memikirkan berbagai rencana untuk kabur dari rumah sakit. Tidak ada kuliah hari ini karena memang hari minggu, tidak bisa dijadikan alasan. Bilang mau kerja kelompok juga tidak bisa dijadikan alasan. Riv pusing, bahkan sampai dirinya membuka pintu pun Riv masih terus berpikir.
"Rivera!" Panggil Mama Riv. Firasat Riv sungguh tidak enak kalau mamanya sudah memanggil nama panggilannya dengan lengkap.
"Iya Ma?" Jawab Riv dengan lemas.
"Mama mau ke supermarket depan dulu. Kamu jagain Dan di sini, nanti kalau sarapannya udah dateng kamu bantu Dan," perintah Mama Riv dengan mutlak. Nah kan benar apa firasat Riv.
Ruangan hening dan terasa canggung setelah mama Riv meninggalkan Rivera berdua bersama Dan. Tidak ada pembicaraan yang terjadi diantara keduanya hingga suara pintu yang terbuka dan suara seseorang memecah keheningan.
"Dan, lo oke?" Tanya seorang Pria yang Riv kenal sebagai Kak Kevin. Kak Kevin teman Dan yang tampan itu loh kalau kalian lupa.
"Ya," jawab Dan singkat.
"Loh, Rivera?" Tanya Kevin dengan terkejut, Rivera tersenyum manis karena setidaknya ada Kevin yang tampan dan ramah di sini.
"Hai Kak!" Sapa Rivera dengan ceria beda dengan ekspresi tadi yang muram.
Kevin melirik Dan sekilas lalu membalas sapaan dari Rivera. Kevin memilih duduk di sofa yang tadi malam dipakai tempat tidur oleh Samudera yang posisinya jauh dari Rivera, sayang sekali padahal Rivera ingin berdekatan dengan Kevin agar Kevin terpesona dengan kecantikan paripurnanya.
"Kerjaan gue?" Tanya Dan dengan singkat, pandangannya mengarah kepada Kevin yang duduk santai.
"Tenang. Lo recovery dulu, baru ngurusin kerjaan. Jangan gitulah Dan sama badan sendiri," ucap Kevin yang hanya dipahami Kevin dan Dan, Rivera hanya diam saja mengamati percakapan mereka berdua.
Lalu Rivera mengalihkan tatapannya saat mendengar pintu dibuka, ternyata pria tampan dengan snelli yang membungkus tubuhnya rapi. Wah, dokter tampan ternyata. Riv tidak menyangka ada dokter setampan ini di rumah sakit.
"Loh," ucap dokter itu terkejut saat pandangannya bertemu dengan Riv.
"Kenalin, dia Rivera tetangganya Dan di rumah baru," sela Kevin cepat sebelum dokter itu berkata.
"Oh ya, nama saya Nathan," ucap dokter yang baru Riv ketahui bernama Nathan itu seraya berjalan mendekat kearah Riv dan mengulurkan tangannya.
"Rivera," kata Riv membalas jabat tangan Dokter Nathan dengan senyum tipis karena Dokter Nathan juga sedari tadi hanya tersenyum tipis, malu dong kalau Riv senyum lebar mirip model iklan pasta gigi.
Dokter Nathan berjalan kearah Dan setelah melepaskan jabatan tangannya dari Riv. Riv mengamati Dokter Nathan yang memindai kondisi tubuh Dan sedangkan Dan memejamkan matanya. Riv juga bisa melihat saat Dokter Nathan menghembuskan napasnya berat.
Riv merasakan handphone bergetar tanda ada panggilan masuk. Diambilnya handphone yang sejak tadi ada di meja depan sofanya untuk melihat siapakah yang menelponnya pagi buta seperti ini.
Pra is calling.
"Eum, ada telepon. Saya permisi dulu," pamit Riv lalu segera keluar karena mungkin ada suatu hal yang penting.
"Kenapa?" Tanya Riv langsung setelah menjawab panggilan dari Pra.
"Dimana lo?" Tanya Pra dari seberang sana.
"Di rumah sakit," jawab Riv apa adanya. Untuk apa juga berbohong pada Pra.
"Ada siapa aja di sana?" Tanya Pra lagi dan Riv kembali menjawabnya walaupun sebenarnya Riv kesal karena Pra yang seperti hanya berbasa-basi. Langsung to the point kan enak!
"Rumah sakit rame nggak?" Pertanyaan yang sangat tidak bermutu ini membuat Riv menghembuskan napasnya. Dikira ada sesuatu yang penting tetapi ternyata hanya basa-basi busuk.
"Ya lo pikir sendiri dong!" Jawab Riv dengan ngegas lalu telinganya mendengar Pra yang tertawa terbahak-bahak entah apa yang lucu.
"Santai dong mbak. Cocok banget tau Riv, pakai baju merah sambil marah-marah lagi. Persis sama Mood Braker aja," ucap Pra masih di sela-sela tawanya.
Sialan sekali Pra, bisa-bisa mengatai dirinya mirip Mood Braker alias Red Bird alias Angry bird merah itu. Eh, tapi kok Pra bisa tau baju apa yang dia pakai sekarang ini? Riv melotot saat menemukan jawabannya lalu mata Riv mengitari koridor dan melihat Pra dengan sweater hitam sedang melambaikan tangannya.
TBC
Tinggalkan jejak ya:)