Flashback
...
Senin adalah hari paling dihindari setiap murid. Kenapa? Tentu upacara bendera.
Farah tidak mengelak ketika orang-orang bilang dia tidak suka hari Senin, maka ia akan menjawabnya dengan lantang. Maaf saja, Farah bukan gadis jaim yang akan menjunjung tinggi image di depan teman-teman, bahkan guru di sekolah. Tidak. Tolong catat itu.
"Wiiih, Farah... Tumben dateng pagi. Biasanya sobat teladan kita ini datang pas 15 menit sebelum bel pelajaran berbunyi. Iya gak Ju?", Ucap seorang gadis sambil merangkul bahu Farah.
Farah hanya bisa menunjukkan wajah malasnya, kemudian menyingkirkan tangan di bahunya itu dengan perlahan.
"Ya, ya. Gue kapok pak. Gak mau lah gue di jemur lagi kayak dulu. Ih, malesin banget. Udah mah di jemur pas upacaranya, abis itu di hukum pula berjemur sampe istirahat kan edan", jelas Farah.
Mendengar jawaban dari sahabatnya itu Nova tergelak di buatnya sedangkan Juju cekikikan, sangat jelas mereka puas akan penderitaan sang sobat.
Mereka mengobrol sambil berjalan menuju kelas.
"Lagian kamu mah Rah, udah tahu kalo hari Senin upacara, pasti jadwal masuk lebih awal dong... Eh, ini mah orang lain udah pada baris kamu? Baru nongol di gerbang", sambung Juju.
"Ya maaf Ju, kan aku khilaf. Suer dah aku kapok. Kalau kata pepatah mah ya sudah di panggang, di goreng pula. Ya tutung lah, alias gosong"
"Bukannya sudah jatuh tertimpa tangga pula ya?", Tanya Juju dengan terheran-heran. Farah hanya bisa nyengir kuda menanggapi perkataan dari salah satu sobatnya itu.
"Bangke Lo Rah, dari dulu Lo kalo ngomong sama gue bahasa Lo kasar mulu. Ke gue Lo ngomongnya 'Lo gue' pas giliran sama Juju aja 'aku kamu'. Rese emang Lo ya", ungkap Nova dengan geramnya.
"Eh... Ari si kamu teteh... Dangu yeuh nya... Denge ku ceuli, cepil, ku telinga sia. Kan Lo tahu gue orangnya fleksibel", jelas Farah.
"Lah, apa hubungannya fleksibel sama cara bicara Lo nyet?", Tanya Nova kemudian.
"Ya Juju bicara ke gue baik, ya gue baikin balik. Lo kasar gue kasar. Simple kan? Singkatnya gini. Kalo gue temenan sama temen yang wangi kek bunga gue juga ikut wangi, kalo gue temenan sama orang yang kek anjing..."
"Lo juga ikutan kayak anjing", sambung Nova.
"Engga lah, gue kayak puppy"
"APA BEDANYA NYET, ITU SAMA-SAMA ANJING???", Tanya Nova dengan kesal. Bersyukur karena hari masih pagi. Jadi saat ini sekolah masih sepi, hanya seekor dua ekor lah ada.
"YA BEDA, OPAK... SAMPEU..."
"KOK LO IKUT NGEGAS SIH?"
"YA LO NYA TARIK GAS, YA GUE JUGA TANCAP GAS LAH"
Karena pertengkaran mereka berdua, perjalanan pun terhenti. Juju hanya bisa melihat sambil bilang berhenti dan berhenti, tapi hasilnya? Tidak berhasil sama sekali. Juju is small. Dia terlalu mungil diantara dua sobatnya itu. Di tambah suaranya yang uuuhhh... Imut-imut gimana gitu, chill go.
"YA UDAH SEKARANG GUE DAH GAK NGEGAS"
"YA UDAH!"
"KOK MASIH NGEGAS?"
"YA LO NYA JUGA MASIH!!"
Entah sampai kapan pertengkaran ini akan berakhir. Namun Nova sadar, mereka berdua sama-sama keras kepala jika tidak ada yang mengalah maka perdebatan ini akan berlanjut hingga waktunya upacara tiba.
Huft... Akhirnya Nova hanya bisa menghela nafas. Kemudian tersenyum kesal dan bertanya pada Farah dengan baik-baik.
"Oke... Farah... Emang apa bedanya Anjing sama puppy?", tanya Nova dengan penekanan nada pada beberapa kata.
"Kalo puppy itu lucu, kan anak anjing", jelasnya. Nah kan, bener kan. Nih anak harus di baikin. Harus ada yang ngalah dulu. Bener emang, fleksibel.
"Teruuus?"
"Ya anjing mah jelek, garong"
Setelahnya Farah berlari kecil, kemudian memeletkan lidahnya kearah Nova.
Sungguh, saat ini Nova tengah menahan rasa kesalnya. Gemes dia, punya teman gini-gini amat ya?
"Gak nyadar aja tuh orang kalo lagi marah udah kaya bulldog", ucap Nova.
Juju hanya bisa mengangguk-anggukkan kepalanya sambil mengelus-elus bahu Nova untuk meredakan emosi Nova. Sebenarnya Nova tidak marah, hanya saja dia kesal mengarah ke gemas aja gitu pada Farah. Farah itu konyol. Sama sih dengannya. Sebelas dua belas lah... Tiga belas dengan Juju. Haaah... Sungguh pertemanan yang koplak nya gak ketulungan.
"Opak, emang ada ya anjing garong?", Tanya Juju kemudian.
Nova speechless di buatnya.
'Somplak emang si Farah
Dengan wajah malasnya, Nova pergi meninggalkan Juju.
"Yah.. kok aku di tinggal sih?"
...
Pukul 09:45
Waktunya istirahat pertama. Berbeda dengan murid lainnya, Farah cs memutuskan untuk tetap berada di kelas. Mereka memutuskan untuk berdiam diri, dan mengobrol-ngobrol alias gosip.
"Kalian tahu gak, kemarin aku lihat Dayu mendekati Bu Vina", ungkap Juju.
Inilah kelebihan Juju yang di ketahui oleh Farah dan Nova. Juju pintar ya, itu standar. Setiap orang juga pintar di bidangnya masing-masing. Tapi ini... Juju is the big mouth in school. Segala berita dia pasti tahu. Singkatnya Ratu gosip.
"Kenapa tuh?", Tanya Nova dengan penasaran.
"Ya paling biasa, curhat-curhatan gitu. Deketin guru, ambil perhatian biar dapat plus"
"Oh... Iya-iya aku mengerti", ujar Nova.
"Rah, Lo kok diem aja? Gak ada komentar gitu?"
"Nope, males gue urusin orang kayak gitu. Gue udah tahu muka aslinya jadi mending jaga jarak"
Nova dan Juju hanya bisa mengangguk sebagai tanggapan.
"Eh, Rah. Boleh aku tanya?"
Farah pun menaikkan sebelah alisnya.
"Kenapa kamu benci Dayu sih?", Tanya Juju. Mendengar pertanyaan dari Juju, Nova yang awalnya telungkup akhirnya duduk dengan tegak. Dia merasa tertarik dengan percakapan mereka berdua. Kelihatan sekali kan gimana bigosnya mereka.
"Aku gak benci sih Ju. Tahu sendirilah gimana tingkah mereka gimana. Udah berkali-kali nilaiku bisa kalah dengan dia"
"Cuma gara-gara itu?"
"Ya enggak lah Ju. Kamu tahu sendiri kan, dari dulu nilai harian, tugas, praktek maupun ujian ku pasti lebih plus dari pada dia. Tapi apa? Di mapel tertentu nilai ku di bawah dia. Padahal itu jelas sekali, bahkan kertas ulangan numpuk di rumah. Tapi itu tidak berguna. Nilai gak bisa di ubah. Keputusan guru gak bisa di ganggu gugat"
"Lo bener sih Rah, gue juga dulu gitu pas esempe. Dari awal masuk sampai keluar sekolah tuh nilai minta di sledging. Padahal aku sendiri tahu effort dan results yang aku peroleh. Oke lah nilai ku segitu. Tapi minimal pasti nilai ku lebih besar dari pada orang aktif bicara namun pasif di berbagai tugas"
"Hm...", Gumam Farah sebagai jawaban.
"Sabar ya kalian berdua...", Ucap Juju dengan wajah melas melihat kedua sobatnya itu.
Farah dan Nova hanya bisa saling pandang dan mengangkat bahu dengan acuh.
"Aku dengar Sonya di panggil ke ruang sidang"
Mendengar penuturan Juju, otomatis Farah dan Nova menoleh dan berpandangan dengan Juju dengan mata yang terbelalak. Mereka sangat terkejut, tentu.
Kenapa?
Karena orang yang di bawa ke ruang sidang sekolah pasti terlibat masalah fatal. Bahkan tak jarang kepala sekolah langsung yang menanganinya.
...