Chereads / To Be I (diot) / Chapter 4 - 3. Farah at school (II)

Chapter 4 - 3. Farah at school (II)

...

Ruang sidang adalah ruangan yang paling mengerikan bari para siswa maupun siswi di sekolah SMA Nusa Bakti. Orang yang masuk kedalam ruangan tersebut hanya orang-orang yang mempunyai masalah yang 'serius'. Sangat serius malah.

Saat ini Farah, Nova dan Juju tengah membicarakan Sonya. Tetangga kelas. Mereka tak heran jika Sonya terlibat dalam berbagai masalah, karena emang pada dasarnya dia salah satu bad girl yang paling 'most wanted' istilahnya. Paling di cari guru BK, hehe...

...

"EBUSETTTT DAH, TUH ORANG LAGI? SEKARANG KENAPA DAH?", Tanya Nova.

"Biasa aja kali opak. Sakit nih telinga gue. Berdengung. Ntar gue makan Lo sampe abis baru tahu rasa", sahut Farah dengan muka masamnya. Nova? Jangan tanya, dia masih enjoy the moments.

"Biasa lah, masalah laki", jawab Juju. Kemudian Juju mengangkat kedua kakinya dan selonjoran di meja, tangannya tengah mengatur posisi rok agar tidak terbuka dan menerawang.

"Si Jamal?", Tanya Farah dan Nova berbarengan.

Juju hanya mengangguk, membenarkan sambil memakan Snack rumput lautnya.

"Heran dah tuh anak, lu ingat gak Rah. Dulu waktu pertama kali kita ketemu tuh di gerbang pas Lo di labrak sama si Sonya itu"

Farah yang tengah memakan kerupuk sambal pun mengingat-ingat kejadian itu. Alisnya terangkat, tanda bahwa dia tengah berpikir.

"Hm... Kau benar pak. Dia dulu labrak gue. Gara-gara dia tahu dulu gue pernah pacaran sama si Jamal"

"Benar, aku juga heran. Tuh anak posesifnya berlebihan banget. Padahal kan Farah tuh mantannya Jamal aja. Gak lebih kan?", Sahut Juju yang kemudian bertanya. Tiba-tiba, Juju kembali menyeletuk dan bertanya.

"Jangan-jangan Lo dulu backstreet lagi sama si Jamal Rah"

Grek...

"Uhuk... Uhuk..."

Pertanyaan Juju sontak saja membuat Farah, bahkan Nova tersedak makanan yang tengah mereka santap.

"Gilaaaa... Ya kali Jumi'ah si Farah backstreet sama si ikan Jamal", ucap Nova dengan lantang, Farah pun mengangguk membenarkan pula.

"Kali aja gitu"

Farah dan Nova pun hanya bisa rolling eyes. Maklum, sahabat mereka yang satu ini tuh polos rada-rada gitu...

"Lo kah tahu Ju. Saat itu Farah jadi most wanted. Belum MOS aja dia udah terkenal. Dia cantik alami, cuma pake krim sama bedak di kasih lip tin warna bibir alami aja udah wow. Dia kebakaran jenggot lah pasti. Gue juga yakin, pasti dia juga dulu dengar dari temen-temen seperjuangannya tuh. Gue tanya deh. Lo pernah di ajak balikan gak?"

Farah melirik Nova, Nova menatap Farah dengan tatapan mata tajamnya yang sarat akan rasa penasaran. Juju? Dia anteng melihat mereka berdua sambil makan Snack rumput lautnya.

"Pernah"

"TUH KAN, UDAH GUE DUGA"

"Kapan", tanya Juju yang kemudian ikut nimbrung dan membenarkan letak duduknya. Jangan lupakan jika ia juga rela menunda makan Snack favoritnya itu hanya itu sebuah informasi alias gosip. Catat, gosip.

Ratu gosip mah memang beda.

"Sebulan sebelum UN SMP, dulu dia masih sama si Sonya. Dia bilang sih dia gak bakalan menomorduakan aku. Dia juga butuh waktu buat putus dengan Sonya."

"Terus, terus... Lo balikan Rah?"

"Nggak, mana mau gue. Malesin. Apalagi pas udah tahu kalo tabiatnya si Sonya tuh kayak gitu. Najis banget. Dulu kan aku sama si Jamal tuh satu SD dan SMP juga. Sonya beda. Jadi niatnya pas SMA dia mau ke SMK sama si Jamal. Tapi Lo tahu sendiri ujung-ujungnya kan?"

"Dia masuk ke sekolah kita gara-gara ketakutan pas ditanya pak Rudi di gerbang pas ribut sama Lo, dia siswi yang mau daftar bukan. Akhirnya dia sekolah di sini. HAHAHAHA", jawab Nova.

Tanpa sadar Farah dan Juju juga ikut tertawa.

Kemudian Farah menggelengkan kepalanya melihat kelakuan kedua sahabatnya itu.

"Terus kamu tahu Ju kenapa si Sonya bisa masuk ruang sidang"

"Dia terobos SMA tetangga buat temuin cewek yang katanya deketin si Jamal"

"Kok bisa"

"Hum... Dia pinjam seragam sepupunya buat nyamar jadi siswa sekolahan itu. Terus buat keributan. Akhirnya tahu sendirilah..."

"Dasar emang si Son go kong, cari masalah aja"

"Tumben pak Seno gak ngajar Bimbingan konseling ya?", Celetuk Farah.

"Ikutan ngurus si Sonya kali", jawab Juju.

"Gak... Gue yakin belajar. Tuh guru killer gak bakal lewatin jam mapel. Kalaupun dianya gak ada pasti ada tugas"

Tak lama kemudian ada seorang siswa yang datang ke kelas mereka. Dia memberitahukan bahwa seluruh siswa yang sekelas dengan Farah itu untuk datang menyambangi ruang BK.

"Tuh... Kan. Apa gue bilang", ucap Nova yang kemudian berdiri lalu pergi ke mejanya mengambil sebuah buku dan bolpoin untuk di bawa ke ruang BK.

"Ayo", ajaknya.

"Okay", jawab Farah dan Juju serempak.

...

Bimbingan konseling adalah mata pelajaran kesukaan Farah cs. Pasalnya, meskipun pak Seno termasuk salah satu guru killer tapi jika mengajar selalu asik. Lebih-lebih jika itu sesi sharing. Biasanya mata pelajaran ini di isi dengan pembahasan buku LKS, ada bukunya khusus. Jika tidak, biasanya di isi dengan sharing cara masuk universitas, memilih jurusan, minat siswa, bakat, tentang wirausahawan, atau bahkan renungan.

Karena jam pelajaran telah terlewati selama satu jam, akhirnya pak Seno memilih untuk sesi renungan bertemakan Ibu.

Berbagai video-video pendek di putar melalui LED projector. Pada awal pemutaran video anak-anak masih belum fokus ke pembahasan ataupun video. Masih ada anak-anak terutama laki-laki yang masih bercanda ria.

Semakin lama, semakin sepi. Semuanya larut dalam alur sebuah cerita pilu. Semuanya menangis baik anak perempuan maupun laki-laki, tak jarang pula ada seorang gadis yang menangis kencang, cukup histeris. Apalagi jika ia seorang yatim maupun piatu, atau bahkan keduanya.

Akan tetapi ada satu hal yang membuat Farah cs meradang dan merasa marah. Di pojok, ada sekelompok siswi yang masih sempat-sempatnya tertawa bahkan membuat sebuah lelucon. Mereka berempat, sebenarnya 3 diantaranya itu hanya diam. Sesekali tersenyum kecil ketika Tia satu-satunya gadis yang tak terlihat sedih sedikitpun ketika melihat cuplikan video itu.

Otomatis hal tersebut mengundang kemarahan dari anak-anak di kelas, ketika mata pelajaran tersebut selesai. Sebenarnya mereka tidak masalah ketika seseorang tidak menangis sama sekali saat melihat video tersebut. Tapi mereka berharap ada setitik rasa hormat untuk menghormati siswa siswi yang lainnya. Jikalau pun tidak, cukup hormati pak Seno sebagai guru yang membimbing dan memberi ilmu.

Tak ayal, dia mendapatkan tatapan mata sinis dari teman-teman sekelasnya. Begitupun Farah cs.

"Gila sih ya, aku pikir dia tidak punya hati. Ketika kita dalam keadaan renungan seperti itu dia masih sempat bercanda. Wow"

"Mungkin dia pengen di anggap sebagai orang yang kuat aja kali Ju. Tapi sayang, bukannya dapat pujian yang ada malah celaan. Yang kita lihat malah seperti anak yang berhati batu"

"Kau benar pak, tadi aja anak-anak cowok ngomongin tuh anak. Katanya ya... Gitu, mereka gak masalah jika dia tak menangis ataupun tidak sama sekali tersentuh hatinya ketika melihat video itu. Tapi ini? Kacau, dia malah bercanda dan membuat lelucon"

"Gila, bener-bener. Setidaknya dia menghargai pak Seno di depan kelas (ruang BP) tadi. Ya walaupun pak Seno kadang menyebalkan tapikan beliau juga guru kita, seorang murid tentu harus menaruh hormat padanya"

"Yang gue denger sih dia broken home. Katanya dia sering berantem sama mommy nya itu. Terkadang ketika mamanya menengok Tia, mereka berdua mommy dan mamanya itu selalu ribut. Tak ayal diapun sering ikutan ribut. Katanya ih, dia membenci kedua ibunya itu."

"Masa sih? Kok gue gak tahu? Jadi si mommy nya itu tuh bukan ibu kandungnya? Tapi gue denger-denger ibunya baik kok", ucap Nova.

"Menurut Lo gimana Farah?"

"Hm?", Farah yang melamun tiba-tiba melihat kearah kedua sahabatnya itu.

"Gue sih nope", setelahnya dia pergi ke kantin karena memang saatnya jam istirahat pertama telah tiba.

Nova melirik Juju dengan tatapan seolah-olah bertanya 'kenapa'? Tapi Juju hanya mengedikkan bahunya.

Akhirnya Nova pun menyusul Farah yang pergi ke kantin duluan.

"Heeeeeyyyyy tunggu akuuuu", teriak Juju si kecil mungil ratu gosip yang tertinggal.

...

'Jujur, aku sakit hati dengan sikap Tia. Aku tahu dia korban broken home. Tapi tak seharusnya dia bersikap demikian. Aku juga... Seperti dirinya. Bedanya, dia selalu mengumbar kepedihan dirinya dan sisi negatif ibunya. Sedangkan aku tidak. Bahkan teman-teman ku dari SD hingga sekarang SMA saja tidak ada yang tahu jika Emak adalah... ibu tiriku'

.

.

.

'...dan aku tidak tahu dimana ibu kandungku berada'

...

Flashback end