…...
Beiming Shaoxi saat itu sedang bersandar bersandar di kursi mobil, wajahnya tampak acuh tak acuh, menunggu Ji An'an untuk meminta uang padanya…
Ji An'an menghela napas dengan berat kemudian berkata, "Kamu juga telah mendengar isi panggilan barusan ya… Sepertinya untuk wanita sepertiku, hanya uang yang bisa membuatku terikat?"
"..."
"Meskipun aku ingin menjadi 'teman mainmu' juga, tapi cowokku banyak, jadi aku ini bukan tidak terlalu suci…"
Beiming Shaoxi mengangkat alisnya, dan teringat darah perawan di sprei... kemudian ia pun menandatangani cek dan melemparkannya pada Ji An'an. Sebaliknya, ia ingin melihat bagaimana Ji An'an memainkan triknya.
"Berapa banyak uang tunai yang kamu miliki, bisa tidak berikan padaku juga?"
Beiming Shaoxi tersenyum, bibir merahnya yang indah tersirat senyuman yang mendebarkan. Wanita ini benar-benar berani langsung berkata terang-terangan seperti ini!
Koper yang berisi uang 200.000 Yuan diambil dari bagasi dan ia lemparkan kepada Ji An'an.
Ia tidak menangkapnya dan kotak itu jatuh ke tanah, sehingga tumpukan uang terjatuh beberapa gulungan.
Saat ini hujan baru saja berhenti, sehingga jalanan masih sedikit basah.
Ji An'an berjongkok dan mengambil uangnya, kemudian ia menggunakan lengan bajunya untuk menyeka kotoran yang menempel pada uang itu…
Beiming Shaoxi meletakan tangannya di atas mobil, dan melihatnya dari atas seperti seorang raja, "Nona Ji, di mana harga dirimu?"
Jari-jari Ji An'an gemetar, ia menutup kotak yang berisi uang itu, lalu tersenyum sinis, "Menjadi sebuah kacang merah yang tidak ada harganya, mau kamu injak atau tidak, aku tetap saja tidak ada harganya!"
Jalan itu terpencil dan masih termasuk wilayah keluarga Beiming.
Lampu jalan menuju rumah tinggal keluarga Beiming tampak memanjang seperti garis diagonal.
"Beiming Shaoxi, aku harap kita tidak bertemu lagi."
Sosoknya yang bertubuh ramping itu perlahan berjalan menjauh di bawah cahaya lampu jalanan dengan suasana yang hangat.
Bei Ming Shaoxi bersandar di bagian depan mobil, kemudian ia pun menyalakan rokok dan mata birunya sedikit terkejut.
-
Di pagi hari, pohon sycamore di area kampus berdiri tegak, dan sinar matahari menyinari dedaunan.
"An'an, dengan penampilanmu yang seperti ini, sangat susah untuk melakukan kencan buta. Aku tahu beberapa pria ada yang memiliki rasa percaya diri yang sangat tinggi… wajah jelek, rambut jelek, dan pakaian jelek bukanlah pertanda pria yang tergolong orang-orang yang terpuruk hidupnya. Mereka adalah orang yang jelek namun merasa dirinya sangat tampan, rambutnya aneh, tapi merasa dirinya sangat unik. Mereka selalu memiliki rasa percaya diri yang tinggi dan entah dari mana. Apakah kamu yakin?"
Dengan tatapan yang kosong Ji An'an berkata, "Aku tidak punya permintaan lain, selama itu untuk lelaki…"
Begitu selesai mengatakannya, topi sweaternya itu tiba-tiba turun.
Saat itu Ji An'an menyadari bahwa gadis-gadis yang ada di sekitarnya sedang memperhatikannya dari belakang, dan mata mereka langsung bersinar-sinar.
Beiming Yechen saat itu mengenakan pakaian olahraga, dengan rambutnya yang pendek penampilannya terlihat modis sambil membawa kotak biola di pundaknya.
Sana pun menoleh, dan langsung terkejut, "Beiming Yechen!?... Hai~"
Ji An'an membuka tudung bajunya dan mengeluarkan sekotak coklat.
"Bejat." Suara laki-laki yang dalam terdengar di atas kepalanya, "Setelah disentuh oleh Kakakku, lalu sudah tidak memerlukan orang yang mengejarmu lagi, jangan-jangan kamu mau dengan semua pria?"
Ji An'an sangat malas untuk menatapnya, "Bukan urusanmu!"
"Gadis desa, jika kamu ingin aku mengatakan bahwa orang-orang yang memiliki rasa percaya diri yang tinggi tidak akan memilihmu. Selain Kakakku yang seleranya berat…"
"Menguping akan membuat telingamu busuk!" Ia menekankan kembali coklat ke dada Beiming Yechen sembari melanjutkan ucapannya, "Dan satu lagi, jangan beri aku barang seenaknya, aku tidak tertarik pada anak kecil sepertimu."
"Anak kecil?" Beiming Yechen mengangkat alisnya, setengah kepalanya terlihat lebih tinggi dari Ji An'an. Dengan bangga ia berkata, "Aku empat bulan lebih tua darimu!"
"Di mataku, kamu adalah anak kecil yang kekanak-kanakan!"
Cokelat itu dimasukkan ke tudungnya lagi.
Para murid di sekitar mengeluarkan suara 'huuuu'
"Beiming Yechen memberinya cokelat?"
"Tidak mungkin, itu pasti karena simpati!"
"Benar, Ji An'an itu terlihat sangat miskin. Keluarganya juga terlihat sangat miskin!"