Dengan satu tangannya yang diborgol, Ji An'an tentu tidak bisa kabur. Ia berjongkok dengan punggung menempel di ujung ranjang.
Ranjang yang lembut dan halus itu naik dan turun dengan gerakan yang kuat.
Qin Xin mengeluarkan suara serak yang malu, "Jangan…. Ada orang….hmmmm…."
Wajah Ji An'an pun mulai pucat.
Satu tangan menekan telinganya, tetapi masih tetap membohongi dirinya. Suara yang dikeluarkan Qin Xin itu begitu menggoda dan terdengar sangat nyaring.
Dalam hati, Ji An'an merasa seolah ada batu besar yang menimpanya. Dengan kuat, ia bernafas beberapa kali. Apa masih ada yang lebih tidak tahu malu daripada pria ini?
Ji An'an mengeluarkan ponselnya dan menekan kameranya untuk merekam.
Ji An'an mau memiliki bukti. Hanya perlu menunggu Kakek Beiming pulang, maka ia akan menggunakan ini sebagai bukti.
Air matanya menetes ke layar ponsel dan hidungnya yang mendengus kesal. Ia juga tidak mengerti penyebab dirinya bisa menangis.