"Ayah bilang kata maaf dari Vian tidak bisa membayar kesalahan Vian dan bukannya kesalahan dibayar oleh sebuah kematian?"
Skak
Ardian terdiam. Ardian terjebak di dalam kalimatnya sendiri.
"Kesalahan dibayar oleh kematian? Vian akan membayarnya Yah."
Devian tersenyum dengan sebuah senyuman yang begitu lebar. Senyuman itu membuat Ardian terdiam membisu dengan berbagai pemikiran yang semakin beterbangan ke berbagai arah yang tidak jelas ke mana tujuannya.
"Vian!" Ardian sudah benar-benar bingung bagaimana harus menghadapi anaknya yang begitu keras kepala. Iya keras kepala sama seperti dirinya.
"Vian minta maaf sama Ayah. Iya Vian tahu kalau kata maaf dari Vian gak ada artinya buat Ayah, tapi mungkin ini kata maaf terakhir dari Vian." Devian semakin memperhalus nada bicaranya.
Devian tahu kalau sekarang Ardian semakin terjebak di dalam zona ini. Devian tersenyum tanpa sebuah artinya. Devian benar-benar sudah tidak mau kalau dirinya harus terus berada dalam sebuah penyesalan.