Chapter 3 - Analisa

Sore setelah aku bertemu Far di kelasnya, aku pergi menuju ruang klubku. Nampak Hardono Moeldoko yang gendut tengah duduk, menikmati nasi kuning miliknya.

"dimana Yura?"

"sholat."

"kau sendiri?"

Dono mengangkat alisnya, "kau sendiri?"

Aku tersenyum. "well, nampaknya kita harus menutup pintu hari ini."

Aku menuju ke tempat Dono. Duduk berhadapan dengan meja sebagai perantara. Meneguk air miliknya. Namun Dono tengah asik mengunyah. "apa kau tahu tentang medis, Don? Oh sepertinya aku salah orang."

"Hei! Apa maksudmu barusan?" Dono mengangkat kerah bajuku, lalu mengomel tentang ia yang benci diremehkan. Nasi yang ia kunyah, muncrat ke wajahku.

...

"hipotermia?" kata Dono setelah meneguk air mineral botol. Telah selesai makan. Aku mengangguk sembari membersihkan wajahku dari nasi. "aneh, aku baru tahu kalau minyak kayu putih punya khasiat semujarab itu. apa kau yakin memberinya minyak kayu putih dan bukan yang lain, Iran?"

"Cap Lang. Aku membelinya waktu itu untuk layar hpku."

"lalu tubuhnya sedingin es katamu?"

"kau bisa menanyakannya pada tanganku ini." Aku menunjukkan tangan kananku.

Dono mengamati tanganku. "kawan. Kasihan tanganmu ini. Berhentilah menonton film biru!"

"aku melakukannya dengan tangan kiri!"

"benarkah? Aku rasa tidak. Pria yang keseringan masturbasi memiliki tangan yang besar sebelah."

"benarkah?" aku mengamati tangan kiriku.

"jones!"

"bacot!"

"lalu, anak kecil yang ia maksud?"

"ah, itulah yang ingin aku tanyakan kepada Yura. Bisajadi pada saat itu, ia sedang mengalami sebuah halusinasi akibat hipotermia itu."

Namun Dono sedang menatap lantai sembari memijat dagunya yang tumpul, ia sedang berpikir. Lalu menatapku dan berkata, "kau pernah mendengar cerita perempuan yang abadi?" aku hanya menggeleng.

"dulu ada seorang perempuan yang sangat cantik." Kata Dono. "dia adalah perempuan paling cantik. Namun cantik adalah sesuatu yang fana dan ia sadar akan hal itu. Maka setiap hari ia disibukkan untuk mencari cara agar kecantikannya tetap awet selamanya. Ia terobsesi dengan keabadian, segala cara telah ia coba, ramuan awet muda, masker lumpur, mandi kembang, memasang susuk tetapi tak satupun yang ampuh. Ia tetap menua. Dan itu membuatnya putus asa.

Hingga pada suatu malam di dalam kamar si perempuan. Atas saran dari pembantunya, iapun melakukan" ritual pemanggilan" dan meminta bantuan kepada tuyul untuk menyelesaikan masalahnya. Well, mungkin itu terdengar aneh, tetapi percayalah, tuyul dapat melakukannya. Karena dibandingkan berusaha mencari cara untuk abadi, kenapa tidak, ia mencoba menyelesaikan masalah yang sebenarnya. Karena masalah yang sebenarnya adalah proses penuaan yang dialaminya. Maka iapun meminta tuyul untuk mengambil penuaannya.

Si tuyul setuju dengan permintaan tersebut, tetapi sebagai syarat agar permintaan terlaksana, ia meminta tumbal. Ia meminta pertukaran nyawa sebagai hadiahnya malam itu juga. Lalu nyawa yang harus dibayar oleh si perempuan adalah nyawa milik orang yang dekat dengannya. Satu – satunya keluarga yang ia miliki dan ia sayangi. Tidak lain dan tidak bukan adalah nyawa milik si pembantu. Orang yang memberikan saran untuk melakukan ritual perjanjian dengan si tuyul.

Si pembantu yang ada pada saat itu, bergidik dan mencoba menolak persyaratan konyol yang diberikan si tuyul. Tetapi belum sempat ia bersuara, sebuah pisau telah menancap tepat di dadanya. Lantai yang terbuat dari kayu mahoni menjadi merah, berlumuran darah yang disinari rembulan kebiruan. Si perempuan yang telah mencoba segala cara, telah gelap mata. Tak peduli lagi apapun yang akan ia bayar demi keinginannya dapat terwujud. Matanya menatap kosong tubuh yang tertancam pisau dan tergeletak di lantai itu. lalu tuyul yang menyaksikan hal tersebut, bertepuk tangan sembari tertawa kegirangan.

Bertahun – tahun dan perjanjian itu telah membuahkan hasil. Ia benar – benar abadi dalam artian tak dapat menua. Tetapi selama bertahun – tahun itu juga, ia habiskan hidupnya untuk lari dari orang – orang. Pembantunya yang tiba – tiba saja hilang. Si perempuan yang tak termakan usia. memberikan kesimpulan telah terjadi sesuatu dengannya. Iapun dituduh sebagai perempuan penyihir. Ia hendak diarak oleh warga sedangkan rumahnya telah dibakar habis pada malam itu. dan begitulah kisahnya, ia mungkin mendapatkan keabadian yang ia cari, tetapi disaat yang bersamaan ia kehilangan sesuatu yang penting. Rumahnya, harta bendanya, hubungannya terhadap orang lain serta pembantunya yang malang."

Aku terus mendengarkan cerita itu dengan seksama. Lalu kepalaku seperti Jet Coster. "aku turut berduka, baik kepada si perempuan ataupun nasib malang yang menimpa si pembantu. Lihat, aku bahkan meneteskan air mata! Dan jika aku menarik hubungan cerita ini dengan cerita anak kecil yang dilihat Far. Maka anak kecil yang mendatangi Far pada sore ini, tidak lain dan tidak bukan adalah sesosok Tuyul, begitukah?"

Dono mengangguk. "benar."

"itu konyol!"

"bisajadi dan bisajadi juga itu benar. Kau tadi mengatakan betapa tersiksanya dirimu ketika melihat kondisi Far yang mengenaskan. Tetapi ia sendiri malah bereaksi dengan tidak wajar. Ia sedang tersiksa tetapi dia hanya bergembira. Ia sedang ketakutan, panik! Tetapi ia hanya dapat tertawa histeris. Seolah ia tidak mampu menunjukkan rasa sakitnya. Atau bisa kukatakan, ia telah kehilangannya."

Dan kepalaku seperti ingin meledak.

"aku juga pernah melihat hal yang sama darinya, namun dengan penyakit yang berbeda. saat itu, kita masih kelas satu dan aku sekelas dengannya. Ia jatuh pingsan, tersungkur lemah sembari ditahan oleh teman sekelasku. Ia begitu kesakitan karena ia mencengkram erat dadanya. Tetapi, bukan kesakitan pada wajah yang memerah itu, melainkan senyuman. Senyuman yang lebar. Lalu ia tertawa. Seperti seseorang yang terkena gangguan mental atau orang yang telah mengihirup gas tertawa terlalu banyak dan ia hendak mati karenanya.

Dari awal, aku selalu berpikir ada yang salah dengan perempuan ini. Mungkin benar ia mengalami gangguan mental atau sejenisnya. Tetapi karena sejak kelas satu fisiknya memang lemah dan terlalu sering keluar masuk UKS maupun rumah sakit. kamipun berpikir jika keceriaan yang ia perlihatkan selama ini, adalah sikap yang biasanya kau temukan di film – film oleh seseorang pengidap kanker pembunuh yang terpaksa menjalani hidupnya dengan keceriaan agar tak ada penyelasan nantinya. Mungkin seperti itu. "

"memangnya apa yang sedang terjadi sebelum ia pingsan pada waktu itu?"

"saat itu, ia tengah berkelahi dengan salah satu siswi di kelasku. Tidak, lebih tepatnya sedang terjadi pembulian. Perempuan ini tak terima ketika Far yang sangat jarang hadir, mendapatkan peringkat lebih tinggi darinya. Ia telah mengadu kepada wali kelas, tetapi kami semua tahu betapa besar pengaruh ayah Far di sekolah ini, maka usahnyapun percuma.

Lalu sepanjang hari, ia terus menyebarkan gosip tentang Far yang dibantu oleh pengaruh ayahnya. Tetapi Far tidak menggubrisnya, ia hanya tersenyum pasrah mendengarnya. Hal itu menyulut emosi dari si perempuan hingga berteriak, menunjuk ke wajah Far dan menghina ayahnya.

"ayahmu adalah orang paling buruk di dunia ini, Far!" katanya. "lihat dirimu itu, kau dipaksa bersekolah dengan kondisi seburuk itu? ayahmu benar – benar gila, korup! Binatang rendahan!" ia terus mencaci maki."

"wow, itu sebabnya pria harus selalu mengalah kepada perempuan."

"Well, kupikir Far akan tetap tak bergeming. Tapi nyatanya ia bangkit dari tempat duduknya, menatap datar musuh di depannya. Ia berjalan dengan cepat hendak meraih telunjuk si perempuan."

"jadi ia juga bisa marah, yah?"

" aku juga berpikir seperti itu. Namun, tiba – tiba ia terhenti. Ia seperti tersedak pikiran. Matanya terbelalak. Nafasnya terengah – engah. Ia nampak seperti orang yang sangat kebingungan atas tindakannya sendiri. Ia mencengkram wajahnya yang bercucur keringat. Berteriak histeris dan kami semua menjadi waspada. Terutama si perempuan yang begitu terkejut melihat reaksi Far. Dan tak berapa lama iapun menampakkan wajahnya. Far tersenyum dengan gemetar dan iapun jatuh pingsan."

"kau bilang dia kebingungan. Apa itu seperti seekor ikan yang lupa cara untuk berenang?"

"ah, tumben kau pintar!" teriak Dono sinis.

"bacot!"

"selama ini, alasan kenapa ia tidak pernah terlihat marah atau sedih ataupun hanya sekadar meluapkan emosi selain dengan keceriaan, karena ia sendiri sudah tak memilikinya. Ia telah kelihangan emosinya. Reaksi pada tubuhmu seperti insting yang telah ditanamkan sejak lahir. Ketika bayi merasa kesakitan, maka ia akan menangis atau ketika ia merasa tidak suka terhadap sesuatu, ia akan memberontak dan marah. Itu seperti kejujuran atas perasaan.

Tetapi, bayangkan jika ada situasi dimana kau dapat tidak bereaksi dengan semestinya. Kau harusnya marah namun kau tidak tahu bagaimana caranya. Kau sebaiknya menangis tetapi tubuhmu hanya tahu tertawa."

"aku rasa itu berpengaruh kepada psikis."

"benar. Lalu emosi yang hilang itu membuat perasaannya menjadi tersiksa dan berpengaruh kepada kondisi fisiknya. Lalu apa yang membuat hal itu terjadi? Jawabannya adalah hipotermia yang ia alami sore ini. Ia terlihat mengalami hipotermia tetapi bukan secara harfiah mengalami hipotermia. Sebenarnya bukan tubuhnya yang kedinginan. Tetapi batinnya. Batinnya kelihangan kehangatan karena api emosi telah hilang darinya.

Hei Iran. kau bilang tadi, seketika ia mengolesi tubuhnya dengan minyak kayu putih dan ia berhenti mengigil bukan?" aku mengangguk. "memang sejak dari dulu, baunya seperti minyak kayu putih berjalan. Namun botol itu memang telah ia siapkan sendiri dari rumahnya. mungkin kita bisa berpikir bahwa jika minyak kayu putih yang ia bawa selama ini adalah obat muktahir yang berasal dari dokter, ataupun hal itu bagian dari perjanjiannya dengan tuyul. Tetapi, karena kau yang telah memberinya pada sore ini.

Maka aku berkesimpulan bahwa kehangatan itu bukan berasal dari minyak kayu putih yang ia gunakan. Lebih tepatnya, alasan dari ia menggunakan minyak kayu putih itu sendiri."

"alasan?"

"sederhananya adalah semua tentang pemicunya. Pemicu kehangatan itu bukan dari minyak kayu putih. bisajadi berasal dari kejadian di masa lalunya tentang minyak kayu putih. Seperti ingatan hangat tentang ibumu yang ketika kau sakit dan tak berdaya, ia dengan sabar merawatmu dan dengan tangannya yang lembut, ia membaluri tubuhmu dengan minyak kayu putih."

"jadi ini tentang apa yang membekas diingatannya dan untuk memicunya yaitu dengan minyak kayu putih. Hal itulah yang membuatnya tak dapat berhenti menggunakan minyak kayu putih. Seperti itukah?"

"benar. Aku sering memerhatikan dia sewaktu di kelas dulu. Setiap waktu, ia mengolesi dirinya dengan minyak kayu putih. Ia seperti tak dapat hidup tanpa minyak itu. Well, mungkin saja sore ini ia telah kehabisan minyak kayu putih. Atau mungkin ada seseorang yang meminjam minyak itu namun lupa untuk mengembalikannya. Far sendiri yang dikenal sebagai perempuan yang sangat ramah oleh orang lain, bisajadi merasa canggung untuk memintanya kembali.

Lalu setelah pulang sekolah, ia tidak dapat bergerak karena tersiksa oleh dingin batinnya. dan dari situlah tuyul itu kembali datang dan hendak memberikan kontrak lanjutan untuk solusi masalah milik Far. Namun, kau tiba – tiba datang dan menjadi pahlawan yang memberikan solusi atas masalah yang menimpa Far. Well, mungkin tuyul itu telah membencimu karena kau yang datang sebagai pengacau dan akhirnya ia telah memberi tahu koleganya tentang dirimu. Hingga pada akhirnya, semua tuyul di muka bumi ini akan mengutukmu Iran! uhuhahaha...." Tawa Dono yang nyaring dan menakutkan.

Namun aku tidak bergeming karena ada hal yang menganggu pikiranku. "aku masih belum mengerti. Jika benar pada saat itu yang ia lihat adalah tuyul yang hendak datang memberinya penawaran. Artinya itu bukanlah santet dan dialah yang memang dulu, telah meminta tuyul mengambil api emosinya. Lantas, apa gerangan yang membuatnya melakukan hal tersebut? Masalah apa yang menimpa seorang putri tunggal dari keluarga kaya raya ini?"

"pastinya itu ada hubungannya dengan pertengkaran ataupun perkelahian, jika kau tanya aku btw... dan dari sanalah, telah terjadi hal yang membuatnya trauma seumur hidup. Sehingga untuk menghilangkan beban tersebut. Ia meminta tuyul untuk mengambil api emosinya agar ia tak mengingat lagi ingatan tentang, hal yang membuatnya trauma tersebut."

Tetapi argumen tersebut tak mampu memuaskanku. Kepalaku seperti Jet Coster. Seperti bola dalam permainan Pinball yang terus berbenturan dengan pernyataan – pernyataan. tetapi aku benar – benar tidak mendapat jawaban. Dan hal itu membuatku ingin meledak. "tetapi Don," aku menekan rambutku ke belakang. "asumsi hanyalah omong kosong jika tidak kita buktikan."

"bukan kita, dasar dungu. Tetapi kau!"

"apa? Kenapa hanya aku? Lagipula aku yakin Far telah pulang saat ini." Aku melihat jam di hpku.

"itulah yang seharusnya kau lakukan karena tadi, kau punya kesempatan untuk itu. tetapi kau malah berlari menuju tempat ini dan meninggalkan putri yang telah kau selamatkan dan membuang peluang menikah dengannya! Kau akan selamanya jadi bujang, kawan!"

"bacot!"

Lalu apa yang harus aku lakukan? apakah aku harus berkata, "hei bagaimana kabarmu?" atau "wow, kau tadi hampir mati. Apakah kau berasal dari Greenland atau sejenisnya?" tidak, aku tidak paham. Aku ketakutan melihat ekspresinya yang tidak wajar. Kepalaku seperti disambar petir. Maka akupun lari menuju ruang klubku, meninggalkannya sendiri tanpa mengatakan satu katapun kepadanya.

"well, jika kau telah membuang kesempatan itu hari ini. Maka jangan sampai kau mengacaukannya besok."

"besok? Maksudmu?"

"dasar jomblo karatan!" dan ludahnya muncrat ke wajahku. "aku tahu otakmu seperti kera idiot. Tapi ketika berbicara pengalaman, kau memang tidak punya apa – apa. Kau seperti gadis yang sok polos! Sekarang kawanku, tunduklah dan berpikirlah! Gunakan otakmu yang sebesar biji bola mata itu!"

"kau sejak tadi hanya memaki, bisakah kau menjelaskannya saja!"

"aduh, aku telah memberimu petunjuknya dasar Iran! sekarang bayangkan, jika aku adalah Far, si gadis cantik yang populer di sekolahku (tidak, itu tidak mungkin) lalu jika aku adalah Far, si gadis cantik yang baik dan penuh aura positif (dan kau mengulang kata "cantik" sebanyak dua kali) maka besok, aku akan pergi ke kelas pria yang telah menyelamatkanku dari kematian, lalu berdalih mengembalikan minyak kayu putih miliknya. Tetapi tujuanku yang sebenarnya adalah mentraktirnya makan di kantin saat isomah."

"uwwah, kau menjijikkan! Apakah itu yang terjadi ketika kau berada dalam tingkat kepercayaan diri yang akut atau semacamnya?" atau mungkin itu berasal dari pengalaman pribadi, yang berujung kepada patah hati. Suatu hari nanti, aku harus memeluk Dono dengan empati. Jangan sampai ia terkena hipotermia aneh!

"anggap saja itu adalah prediksi yang tepat dari seseorang yang memiliki indra keenam." Lalu menatapku sinis. aku hanya bisa tertawa garing. "baiklah, mari kita mulai pertaruhannya disini!" ia berdiri. Mengepalkan tangan. Matanya berapi – api. "jika benar itu yang terjadi, maka kau harus melakukan langkah selanjutnya!" lalu menunjuk ke arahku.

Aku menggaruk keningku yang tidak gatal. "maksudmu?"

"payah." Ia menepuk jidat. "Tentu saja kau harus memanfaatkan situasi tersebut untuk membongkar topengnya! Aku pernah sekelas dengannya dan untuk perempuan periang seperti dirinya, ia begitu tertutup. Meskipun banyak dari mereka yang merasa dekat dengan Far, namun nyatanya, tidak ada yang mampu membuatnya jujur dan menceritakan asal muasal penyakit yang dideritanya. Itu karena mereka menggunakan metode yang umum dan tak ada yang sama seperti metode yang kau gunakan, wahai sahabatku Iran!"

pundakku tegak dan aku merasa terangkat.

"baiklah, wahai Iran Agus, putra dari Adam. Aku Hardono Moeldoko dengan ini, memberimu misi yang sangat mulai. Yaitu membongkar aib dari seseorang yang aku juluki sebagai "wanita yang tidak bisa mabuk" bernama Farhah Ayunisar R. Gunakanlah bakatmu sebagai "pria yang mudah sekali dibenci" oleh orang lain untuk membongkarnya!"

"Uoh!" aku berdiri mengepalkan tanganku ke udara. Ikut bersemangat.

"Ujilah kebenaran dari asumsi – asumsi yang telah kita diskusikan tadi dan jika benar itu adalah tuyul, maka paksa ia untuk mau dibantu melepaskan kontrak tersebut. Jadilah pahlawan yang akan menusuk dari belakang! Jadi, Apakah kau siap mengemban misi ini, wahai Iran Agus, putra dari Adam?" dan ia tetap berteriak.

"siap pak!" seruku dengan hormat.

"baiklah kalau begitu mari kita bersiap – siap untuk pulang dan beristirahat karena besok adalah hari yang besar!"

"Uoh!" aku kembali berteriak. Kami berdua seperti orang konyol.

...

Senja dibalik jendela ruangan telah memudar. Berganti kelabu yang menggelapkan langit. Mirip bunyi sirine di luar ruangan. Bunyi khas yang menandakan bahwa seluruh aktifitas ekstrakulikuler di sekolah, telah berakhir. Tak berapa lama, beberapa orang di luar ruangan tengah mengobrol asik tentang Kobe Bryan. Mereka adalah siswa dari klub basket yang hendak pulang. Kamipun begitu, hendak akan pulang. Tapi aku teringat dengan sesuatu yang masih menjanggal di kepalaku.

"hei, Don..."

"ada apa?" tanya Dono yang hendak berbalik pulang.

"menurutmu, kira – kira apa yang ditawarkan oleh si tuyul sebagai syaratnya?"

Dono kembali duduk di kursi. Menatap murung ke arah meja. ia memijat dagu tumpulnya, lalu berkata, "mungkin sesuatu yang setimpal."

"sesuatu yang setimpal?"

"jika kasus perempuan abadi tadi, tuyul meminta sesuatu yang berharga milik si perempuan sebagai imbalannya. Maka mungkin itu juga sama dengan kasus ini. Sesuatu yang berharga yang dimiliki oleh seorang gadis. Jika itu nyawa, maka berasal dari orang yang ia sayangi. Tetapi jika bukan nyawa, maka..."

Kami berdua terdiam. Saling menatap. Mencoba memberi tanda atas keselarasan pemikiran. "mungkin sebaiknya kita tidak perlu melanjutkannya!" Kataku yang setengah tertawa.

"kau benar." Dono ikut tertawa. "mari pulang!"

"tapi masih ada satu lagi, Don."

"?"

"dimana Yura?"

"ah! Benar, Yura!"

Apa perempuan itu berencana untuk menginap di mushollah atau semacamnya?

Dan besoknya, Far datang menemuiku di kelas.