AUTHOR POV
"BANGUN KAMU!"
'BRAKK BRAKK'
"BANGUN KAMU ANAK GAK TAU DIRI, SUDAH JAM BERAPA INI!"
Keributan yang sangat mengganggu bagi candice tapi dia sudah terbiasa seperti ini setiap harinya
Candice pun bangun dan dengan terburu-buru membuka pintu.
"Maaf ma"
Candice langsung menundukan kepalanya dan memilin baju yang sedang dipakainya
Tiba-tiba dia ditarik dalam sebuah pelukan hangat yang membuat candice tersentak kaget
Mamanya memeluknya dan mengelus rambutnya
Dia begitu kaget dengan perbuatan mamanya yang tidak biasa
"Tidak apa-apa sayang, mama hanya bercanda sekarang kamu mandi pakai baju bagus dan segera turun kebawah, kita akan sarapan bersama"
Candice terpaku di tempatnya dan bingung dengan semua ini, entah dia harus bersyukur ataukah akan ada kesialan lain yang menimpanya hari ini
Dan setelah mamanya pergi candice melakukan apa yang dikatakan mamanya yaitu mandi dan bersiap-siap.
Setelah selesai bersiap-siap candice turun dan segera ke meja makan
Terkejut serta heran melihat rumahnya sudah dihias dengan bagus
Dan di meja makan begitu banyak makanan enak dan hampir semuanya adalah makanan kesukaan candice
Tapi ada satu kue yang paling menarik dimatanya yaitu kue bertingkat berwarna biru muda yang indah dan dibagian paling atas terdapat dua buah lilin dengan angka 16
Yaa benar, itu adalah kue ulang tahun
Seakan belum cukup dia dikejutkan dengan keluarganya yang membawa kue lain dan menyanyikan lagu selamat ulang tahun
Disitu ada kakek dan neneknya, mama dan papa angkatnya, saudara-saudaranya dan adikknya julianna yang paling terlihat antusias
*CANDICE POV*
"Happy birthday to you... Happy birthday to you... Happy birthday, happy birthday... Happy birthday to you"
Julianna berdiri tepat didepan ku memegang kue berangka 16
Air mataku menetes begitu saja melihat semua ini. Aku merasa semuanya akan kembali seperti dulu lagi
"Kak ayo buat permohonan dan tiup lilinnya, Nana pengen makan kuenya kak"
Nana merengek sambil mengembungkan pipi nya terlihat lucu
Aku mengangguk dan menutup kedua mataku sembari membuat permohonan
"Semoga semuanya akan baik-baik saja sekarang, dan kebahagiaan akan datang untuk menghampiriku tapi bukan untuk singgah melainkan untuk menetap"
Menarik nafasku dan meniup lilin tersebut
Semua keluargaku bersorak gembira dan kulihat julianna segera mengambil pisau dan memotong kue tersebut dalam porsi kecil
Julianna ingin menyuapiku, aku membuka mulut tapi sebelum kue yang enak itu masuk kedalam mulutku orang tua angkat ku menariku dalam sebuah pelukan
Menyadari betapa hangat pelukan tersebut aku menangis tersedu betapa merindukan sebuah pelukan seperti ini yang mengingatkan diriku pada papa dan mama
"Tidak ada kata bahagia untukmu candice, karna neraka yang sebenarnya sedang menunggu dirimu"
Badanku kaku dan bahkan lidah ku kelu setelah mendengar bisikan itu, suaranya tidak asik ditelingaku
Itu adalah suara laki-laki dalam mimpiku
"Ayo sekarang kita berkumpul diruang tengah, karna ada yang ingin aku bicarakan pada kalian semua terutama pada candice" mama marangkul dan menuntun diriku untuk berjalan keruang tamu
"Julianna ayo ikut bersama kami"
Ajak ku pada julianna yang terlihat asik dengan kue ulang tahunku
"Biarkan saja dia makan, dia sangat menyukai kue ulang tahunmu"
Aku mengangguk saja dan ikut berkumpul di ruang tamu
Semua keluargaku ada disana sedang duduk berbincang-bincang
Bahkan Paman Stewart juga ada disana, dia adalah pengacara keluarga kami orang yang di percaya papa untuk mengurus semua dokumen keluarga
Tapi raut muka paman Stewart sangat tidak bersahabat dia memandangku dengan wajah memelas
"Silahkan duduk candice, ada yang mau kami bicarakan padamu"
Kata nenek padaku
"Baiklah kalian bisa bicara sekarang aku akan mendengarkan"
Dan mereka tersenyum begitu lebar mendengarkan perkataan ku
"Sebelum mama kamu meninggal dia sudah mempersiapkan semuanya dengan begitu rapi dan matang...-"
Aku bigung dengan yang dikatakan nenek, apa yang sudah disiapkan mama?
Dan kenapa aku tak tau itu
"...-Warisan yang diberikan dari papamu kepada mama mu akan dipindah tangan semuanya tanpa terkecuali pada kamu candice, dan itu tepat disaat usia mu 16 tahun yaitu pada hari ini"
Sontak aku terkejut mendengar semuanya itu ternyata mama meninggalkan semua hartanya padaku tanpa terkecuali
"Nek, apakah julianna tidak mendapatkan warisan sepeserpun?"
"Tidak candice, karna pada saat itu mama mu berpikir bahwa dia dan julianna tidak akan selamat makanya semua warisan diserahkan padamu, dan kami semua berkumpul disini ingin kau menandatangani surat ini"
Nenek menyerahkan selembar kertas itu padaku
"nenek maaf mengecewakan kalian, karna aku tidak akan pernah menandatangani surat ini"
Aku berdiri dan berucap tegas sambil memandangi semua orang yang berada di ruang tamu
Semuanya mengikuti berdiri dan aku bisa melihat setiap muka yang merasa tidak senang dengan perkataanku barusan
"Ini adalah hal terakhir yang diberikan mama, Candice gak mungkin kasih semua ini kekalian karna mama nitipin ini sama candice" aku membuang muka dan bersitatap dengan paman Stewart yang sedang tersenyum padaku
Dan aku merasa mendapat dukungan dari paman stewart
Aku yakin paman setuju dengan keputusan yang sudah kuambil ini
"Berani sekali kamu candice, dasar anak tak tau diri" mama berdiri dan bersiap menamparku sebelum paman stewart menahan tangan mama
"Maaf tapi anda tidak boleh menyakiti pewaris, karna disana jelas tertulis bahwa hak istimewa pewaris adalah siapa yang menyakitinya atau bahkan menyinggungnya akan dikenakan hukuman dan saham serta harta pelaku akan ditarik secara paksa"
Seketika semua orang terdiam tapi nenek berdiri dan mengusap kepalaku sambil berbisik
"Jika kau tidak mau, maka ucapkan selamat tinggal pada adikmu julianna"