"Nanti aku cari dia. Sekarang kamu ikut aku dulu yaa? Jangan hujan-hujanan gini nanti kamu sakit,besok kita ada event sekolah. Kamu gak lupa kan?"Afka berkali-kali berusaha meyakinkan Ghirel bahwa semuanya akan baik-baik saja.
Ghirel menghela nafasnya kasar,dia akhirnya pasrah dibawa Afka ke sebuah mobil yang sangat ia kenali. Mobil kesayangan milik kekasihnya.
Saat dia memasuki mobil tersebut,Ghirel sangat terkejut sampai menganga saat melihat di dalamnya ternyata ada seseorang yang ia kenal dengan sangat baik. Gadis itu duduk di bangku belakang bersamaan dengan seorang laki-laki yang juga dirinya kenal.
"Siska?"tanya Ghirel yang terperangah.
Siska hanya nyengir menunjukkan deretan giginya tanpa rasa bersalah. Tapi di sisi lain dia sudah gugup setengah mati hingga rasanya ingin mengompol di celana. Dia merutuki Afka yang sesnaknya membawa Ghirel kemari,tapi Afka tidak salah juga karena bagaimanapun Siska tak tega jika harus meninggalkan Ghirel di sana sendirian.
"Lo ngapain di sini? Bukannya lo ada acara formal sama temen nyokap lo?"tanya Ghirel sambil membersihkan pakaiannya. Dia mengenakan kemeja yang diberikan Afka saat memasuki mobil. Kemeja hitam yang sempat laki-laki itu lepas lalu berganti dengan jaket dan kaos.
Fran tau bahwa gadis di sebelahnya tak tahu harus menjawab apa. Akhirnya dengan berat hari Fran yang harus kemberikan pengertiannya kepada Ghirel.
"Gue sama Siska dijodohin,temen nyokap yang dia maksud itu orang tua gue."kata Fran.
Ghirel hanya memgangguk-anggukan kepalanya,"terus hubungannya sama Afka?"
"Kebetulan aja Afka lagi nginep di rumah gue karena ber-"ucapan Fran terpotong oleh Afka yang tak ingin Ghirel tau dirinya sedang bertengkar dengan papahnya.
"Bertamasya kesana-kemari ya Fran?"desis Afka.
Fran hanya tersenyum masam.
Ghirel memperhatikan gerak-gerik Siska sesaat. Gadis itu terlihat gugup,Ghirel paham betul dengan semua tingkah laku Siska. Saat gadis itu ada masalah,gugup,dan bersedih. Tapi Ghirel tak tau apa yang Siska tutupi hingga terlihat segugup itu.
***
Setelah menurunkan Siska dan Fran di rumah Fran,Afka memutuskan untuk membawa Ghirel ke apartemennya karena gadis itu tak ingin pulang terlebih dahulu. Toh Bunda Raila juga belum pulang kerja karena mendapat shift siang yang artinya akan pulang lebih lambat.
Di dalam mobil,suasana hening sejenak. Afka sedang memikirkan sesuatu yang sedari tadi bersarang di otaknya.
"Jie,kamu habis ketemu Hevan?"tanya Afka.
Ghirel mengangguk tanpa rasa bersalah. Dia kan sudah ijin kepada Afka,tak mungkin kan laki-laki itu cemburu dan marah? Pikir Ghirel.
Tetapi apa yang dipikiran Ghirel berbeda dengan apa yang ada di pikiran Afka. Laki-laki itu marah besar kepada gadisnya. Dia terbakar api cemburu yang sangat besar.
"Aku udah ijin kamu kok,"kata Ghirel saat melihat rahang Afka mengetat menahan emosi.
"Apa aku udah ijinin?"suara Afka berubah menjadi dingin. Ghirel jadi merinding.
Ghirel memeriksa ponselnya,memang belum ada balasan dari Afka sedari tadi. "Belum."
"Kamu sayang aku gak sih Jie?"tanya Afka.
Ghirel memgangguk cepat,dia benar-benar ciut sekarang. Susana yang menegangkan ditambah dengan rasa cemburu Afka membuat Ghirel ketakutan. Apalagi tubuhnya kedinginan karena kehujanan.
"Jawab Jie,"desak Afka.
"Sayang kok,"jawab Ghirel cepat.
"Terus kenapa gak menghargai aku?"tanya Afka lagi.
"Maaf,"cicit Ghirel. Astaga ternyata marahnya Afka benar-benar sebanding dengan amarah Bundanya.
"Mau ngapain ketemu dia?minta antar belanja?kalau kamu butuh seseorang,telfon aku Jie. Aku bakalan selalu luangin waktu aku buat kamu,"ketus Afka.
Ghirel menggeleng,kan dia tidak minta antar Hevan. "Hevan yang minta anterin aku,bukan aku yang minta anterin dia!"
"Terus kamu ngikut gitu aja?"
Ghirel mengangguk pelan. Ini memang salahnya karena ikut dengan laki-laki dengan gampangnya.
"Kalau kamu nanti di perkosa gimana? Kalau kamu nanti di culik sama dia gimana?"tanya Afka bertubi-tubi.
"Tapi kan aku kenal dia,"lirih Ghirel sambil menundukkan kepalanya.
"Kenal nama bukan berarti kamu kenal seseorang itu dengan baik,bahkan orang terdekatmu sekalipun belum tentu kamu kenali dengan baik. Seseorang punya rahasia kelamnya masing-masing,"kata Afka.
Ghirel hanya menunduk,toh yang dikatakan laki-laki itu benar adanya. Di sini Ghirel lah yang salah.
***
Mereka sampai di apartemen milik Afka. Ruangan dengan nuansa hitam putih dengan minimnya perabotan sangat indah untuk dipandang. Ghirel menyukai hal ini,dia duduk di sofa berwarna putih yang berada di tengah ruangan. Di belakangnya,ada sebuah sekat kaca sebagai pembatas antara ruang keluarga dengan kamar pribadi milik Afka.
Saat Ghirel tengah mengagumi tempat tersebut,Afka datang lalu memberikan sebuah handuk,kaos berwarna hitam polos kesukaannya,dan celana trening berwarna abu-abu.
"Mandi sana,aku pesenin makan dulu."kata Afka.
Ghirel berpikir sejenak sebelum akhirnya melangkah ke kamar mandi yang berada di sebelah kamar Afka.
"Afka,"panggil Ghirel.
Laki-laki itu tengah sibuk dengan ponselnya akhirnya berdeham sebagai jawaban.
"Gak usah pesen di luar,aku masakin aja. Ada bahan makanan kan?"tanya Ghirel.
Afka menoleh,menatap Ghirel dengan kemeja hitam yang dikenakan dan handuk yang berada di rambutnya. Terlihat sangat lucu menurutnya.
"Ada ayam sama jamur,"jawab Afka sambil menahan tawanya.
Ghirel berdecak kesal,dia menyadari tatapan mengejek yang Afka berikan.
"Iya tau aku jelek banget!"dengus Ghirel sembari menghentakkan kakinya menuju kamar mandi.
Selesai mandi,sesuai dengan rencana awal Ghirel memasak untuk Afka. Karena bahan-bahan yang minim akhirnya Ghirel memutuskan untuk menggoreng ayam tersebut dan membakar jamurnya. Dia juga tak lupa menanak nasi.
Saat dirinya tengah memasak,Ghirel dapat merasakan dagu Afka berada di pundaknya. Laki-laki itu hanya menyandarkan kepalanya tanpa memeluk Ghirel atau menempelkan tubuhnya. Bagaimanapun juga,Afka takut kelepasan.
"Aku baru tau kamu pinter masak,"puji Afka.
"Kamu bakal ketagihan makan masakan aku,"Ghirel mulai menyombongkan dirinya.
"Liat nanti aja,kalau gak enak kamu pulang sendiri ya!"goda Afka sambil mengacak rambut Ghirel yang basah.
"Heh,aku tuh lulusan masterchef! Gak mungkin lah gak enak,"elak Ghirel.
"Aku itu anak didiknya Chef Juna! Jangan remehin aku ya,"oceh Ghirel.
Afka semakin meledek gadis itu,"Junaedi kan maksudnya?"
***
Afka dan Ghirel telah selesai makan malam. Gadis itu berniat untuk pulang selepas isya. Sambil menunggu waktunya,dia memutuskan untuk tiduran di sofa sambil menonton kartun kubus kuning kesayangannya. Tetapi ternyata tubuh lelahnya tak bisa berbohong,Ghirel ketiduran di sofa sambil meringkuk kedinginan.
Afka yang baru saja mandi melihat gadisnya tertidur memutuskan untuk tidak membangunkannya. Sepertinya Ghirel sangat lelah hari ini,belum lagi dia sempat menangis sampai sesenggukan saat hujan tadi. Mendengar berita buruk itu pasti Ghirel juga merasa stress dan tertekan.
Dia menghubungi bapak kepala sekolah,menyuruhnya untuk memberi informasi kepada Bude Raila bahwa Ghirel tidak bisa pulang karena menjadi panitia dadakan. Tentu saja Bapak Kepala Sekolah mengikuti perintah Afka demi uang semata.
Afka mendekati gadisnya,berjongkok untuk melihat wajah cantik itu lebih jelas.
"I love you,princess Jie!"kata Afka sambil mencium kening Ghirel.
Takdir memang lucu kepada mereka,dosa masa lalu mengantarkan mereka ke dalam sebuah hubungan romantis yang saling tertutup. Keduanya sama-sama merasakan sakitnya. Keduanya sama-sama tak siap kehilangan,tetapi harus kehilangan.
Afka berdiri,merogoh ponselnya yang berada di kantung celana. Dia menghubungi seseorang,"Apa kau tidak becus bekerja? Dia mulai mengingat masa lalunya."
"...."
"Aku akan mencoba membawanya ke sana lagi,lalukan pekerjaanmu dengan baik!"
"...."
"Aku tidak peduli,apapun yang terjadi dia harus melupakan traumanya itu!"
"....."
"Karena aku mencintainya,"