Pagi-pagi sekali Ghirel pulang ke rumahnya untuk mandi,berganti pakaian,dan mengemasi barang-barangnya yang akan dibawa ke Event akhir tahun.
Agar tidak ketahuan,Afka menunggu di depan gang rumah Ghirel sambil menyantap sarapan yang Ghirel masak tadi pagi. Rasa masakan Ghirel dapat terbilang enak di umurnya yang masih remaja. Ingin rasanya Afka menikmati makanan yang Ghirel masak setiap harinya,tetapi kembali lagi laki-laki itu hanya bisa berdoa.
Setengah jam berlalu,seorang gadis dengan rambut pendek yang mengenakan hotpants,atasan kaos berwarna putih serta blazer berwarna hitam tengah menghampirinya.
Melihat hal tersebut,Afka cepat-cepat turun dari mobil untuk membawakan barang-barang gadis itu serta membukakan pintu untuk princessnya.
"Tumben romantis,"sindir Ghirel.
"Aku romantis tiap hari,kamu aja yang gak sadar!"kata Afka tidak terima.
Afka duduk di bangku kemudi dan mulai menjalankan mobilnya. Mereka berniat menghampiri Siska dan Fran sebelum pergi ke sekolahan. Sedangkan Grell,anak kesayangan mamihnya itu join saat di sekolahan karena mamihnya harus memastikan anaknya selamat sampai sekolahan. Banyak yang menghindar saat bertemu Mami Grell yang sangat cerewet,dia memperlakukan Grell seperti bayi. Semua temen Grell pasti akan di ceramahi habis-habisan agar tidak memberikan pengaruh buruk kepada Grell dan harus menjaga Grell dengan baik.
Mereka sampai di rumah Siska. Gadis itu mengenakan piyama berwarna biru muda bergambar awan dan sneakers berwarna putih yang tidak di tali. Sudah pasti Siska baru bangun dan belum mandi. Bahkan wajahnya masih terlihat mengantuk.
"Lo belum mandi ta?"tanya Ghirel sesaat Siska memasuki mobil.
Siska tidak menjawab,dia membaringkan dirinya di jok belakang dan mulai tidur dengan nyenyaknya. Tas ransel yang berisi baju-baju itu digunakan sebagai bantal.
"Kebo banget dari dulu perasaan,"gumam Afka.
Ghirel tak sengaja mendengar hal tersebut,"maksudnya?"
Afka kaget gadisnya mendengar itu. Sebisa mungkin Afka mengontrol ekspresi wajahnya agar tak terlihat sedang gugup. Dia bahkan berusaha mengubah topik percakapan mereka.
"Tolong telfonin Fran dong sayang,dia daritadi gak ngangkat soalnya."kata Afka.
Ghirel langsung meraih handphone milik Afka dan menghubungi Fran tanpa memikrikan kembali apa yang di dengarnya beberapa saat lalu.
***
Mereka sampai di sekolahan,banyak yang sudah berkumpul di sana. Ghirel dan Siska melihat para panitia yang sedang sibuk berlalu-lalang mengatur dan mengabsen anak-anak lainnya. Ghirel sampai geleng-geleng kepala saat melihat anak mageran seperti Tzuwi menjadi korban Fran dan Afka yang malas-malasan.
Tak terasa,satu persatu bus sekolah mulai berangkat menuju lokasi. Sekarang tinggal menunggu Afka,Fran,dan Grell lalu mereka akan berangkat ke sana. Tzuwi tidak ikut mobil ini karena dia diwajibkan ada di salah satu bus.
"Yuk berangkat,"ajak Afka. Laki-laki itu memasuki mobilnya di susul dengan yang lain.
Selama di perjalanan mereka tak banyak mengobrol karena takut mengganggu Siska yang sudah tertidur pulas di pundak Fran.
"Ih ada tukang jagung manis,"mata Ghirel berbinar saat melihat tukang jagung manis keju baru saja dilewati. Mendengar hal itu Afka segera mengerem dadakan dan menepikan mobilnya membuat seisi mobil terkejut dibuatnya.
"Ngapain berhenti? Mau pipis lo?"tanya Fran.
Afka mengambil dompetnya yang ternyata hanya berisi kartu debit dan kredit. Dia menyesal karena lupa membawa uang cash.
"Pinjem duit dong,"kata Afka kepada Fran.
"Idih utang lo yang kemarin aja belum lo bayar,"tolak Fran.
"Sama temen juga lo perhitungan banget elah,"kesal Afka.
Fran tidak terima mendengarnya. "Masalahnya utang lo itu tembus 2 juta,gimana mau gue relain?"
Afka meremehkan,"receh itu mah!"
Grell yang sedang sibuk bermain game online akhirnya mulai resah mendengar pertengkaran kedua sahabatnya.
"Kasih aja elah Fran,lo kan kaya raya,"kata Grell.
Fran berdecak sambil mengambil uang berwarna pink dari dalam dompetnya,"mau buat apa sih duitnya?"
"Beliin Ghirel jagung manis itu,"jawab Afka.
Ghirel yang sedang minum langsung tersedak mendengarnya. Bukannya merasa di spesialkan,dia malah merasa malu.
"Pacaran modal dikit kek,"sindir Fran.
"Aku romantis kan Jie?"tanya Afka.
Ghirel menggeleng pelan dengan senyum dipaksakan,"rokok makan gratis mah iya!"
Setelah berhasil mendapatkan uang dari Fran,Afka turun dan membelikan jagung manis tersebut untuk Ghirel lalu mereka melanjutkan perjalanannya.
***
Sesampainya di sana,Ghirel dan Siska mendapatkan kamar berdua berkat Fran. Mereka langsung membereskan barang-barang mereka di kamarnya.
"Siska,"panggil Ghirel.
Siska menoleh dan menjawab,"apose jeng?"
"Kalau semisal bokap gue pembunuh,lo bakal jauhin gue gak?"tanya Ghirel.
Siska tersentak,darimana pikiran sempit itu Ghirel temukan? Dan apa? Pembunuh? Yang benar saja,Ghirel yang sangat baik hati walaupun terkadang cerewet ini tidak mungkin terlahir dari seorang pembunuh bukan?
"Dapet berita itu dari mana? Lo baca novel apa lagi sampai halu gini?"tanya Siska.
"Dari Hevan,"jawab Ghirel pelan.
Siska menganga,dia langsung berlari mendekati Ghirel yang berada di ranjangnya.
"Kok tiba-tiba Hevan?"tanya Siska.
"Kayaknya kasus kematian bokap gue sama nyokap dia bersangkutan,"jawab Ghirel dengan mata kosong menerawang. Dia sedang menahan sakit di dadanya.
"Bentar,bokap lo itu kan meninggal di depan cahaya pelangi kan? Kayaknya pernah ada berita yang bicarain tentang ini deh."kata Siska.
Gadis itu menelfon seorang kenalan ayahnya untuk mencari tau berkas kasus ini. Dan tak menunggu beberapa lama,dia mendapat pdf yang berisi mengenai kasus cahaya pelangi. Ternyata kasus ini dulu pernah sangat booming sehingga tak butuh waktu lama untuk mencarinya.
"Lo baca sendiri aja!"seru Siska sesudah mengirimkan file nya kepada Ghirel.
Dengan berat hati,Ghirel membukanya dan mulai membaca satu persatu. Di file tersebut tidak dijelaskan sangat rinci,hanya berisi berita-berita mengenai hal itu. Tentu saja seorang jaksa atau hakim tak akan memberikan file asli mengenai kasus tersebut bukan?
"Jie,di sini dituliskan kalau bokap lo nyetir sambil mabuk padahal bawa penumpang."kata Siska membuat Ghirel mengangguk lemah.
"Tapi ayah gak mungkin mabuk Sis,"Ghirel masih tak percaya dengan apa yang ia baca. Hatinya menyangkal ribuan kali mengenai hal tersebut.
"Dan penumpang itu, Jenny Zaida. Nyokapnya Hevan."kata Siska.
Ghirel mengangguk lagi,dia mengusap air matanya yang mulai turun. Siska yang melihat hal tersebut langsung memeluk sahabatnya memberikan ketenangan.
"Gue emang gak bisa tau gimana perasaan lo saat ini,tapi setidaknya gue ada di samping lo saat ini."kata Siska.
Saat dirinya dalam peluka Siska,dia menyadari sesuatu hal. Nama marga Hevan sepertinya terdengar tidak asing. Ghirel yakin pernah mendengarnya di suatu tempat,tetapi dia tidak tau pasti itu.
Ingatannya terlempar ke suatu tempat,di parkiran depan kantor polisi saat Afka tertangkap waktu itu.
//Flashback//
"Dia ibu kamu kan Af?"tanya Ghirel hati-hati. Bagaimanapun juga dia takut menyinggung perasaan Afka yang sepertinya sedang kacau balau.
"Sebelum namanya berubah menjadi Rehna Zaida,"jawab Afka