//Flashback//
Kemeja berwana hitam yang Afka kenakan sudah kusut karena angin kencang yang menerpanya. Laki-laki itu baru saja mengendarai motornya di tengah kota dengan kecepatan di atas rata-rata.
Saat ini di sebuah trotoar di depan lampu lalu lintas yang sedang sepi,dia tengah memandangi seseorang. Matanya berbinar saat melihat gadis itu tersenyum dengan payung putihnya,dia membuka telapak tangannya merasakan air hujan yang turun perlahan. Laki-laki itu tak peduli dengan dirinya yang mulai basah di bawah gerimis kecil. Bahkan tatanan rambut rapinya sudah acak-acakan.
Dia mengambil handphone nya di saku lalu menghubungi seseorang.
Suara teriakan terdengar di balik telepon tersebut,"DIMANA LO SEKARANG? LO KENAPA KABUR DARI BANDARA?!"
Laki-laki itu tak memperdulikannya. Di masih memperhatikan gadis itu tanpa mengalihkan pandangannya sedetikpun. Gadis di seberang sana terlihat sangat sehat dan ceria.
"Gue udah nemu Princess gue,"gumamnya.
Laki-laki di seberang telepon sana terdiam membeku,"Lo yakin sama keputusan lo kali ini kan Af? Lo sia-siain beasiswa lo di luar negeri buat dia?"
Afka mengangguk percaya diri. "Gue yakin,gue sangat yakin. Gue akan nebus dosa-dosa gue terlebih dahulu sebelum gue pergi."
***
Afka tersenyum kikuk,yang lain sudah mulai bersorak dan kepo dengan rahasia gelap milik si idaman sekolah. Sedangkan Fran sudah membeku,dia tau Afka harus menyimpan semuanya rapat-tapat.
Dengan ragu-ragu,Afka mulai bercerita."Gue pernah nolak beasiswa di luar negeri demi sebuah permintaan maaf,"
Siswa-siswi yang mendengarnya kecewa dengan rahasia romantis yang Afka miliki. Tentu saja yang mereka butuhkan sebuah bahan gosip terbaru bulan ini dari Singa Jantan di depan sana.
"Kan buat pacar, itu sih bukan rahasia!"sorak seseorang.
Afka dengan acuh menjawab,"pacar gue kan banyak. Gue yakin mereka lagi sakit hati dan cemburu sama cewek itu,"
***
"Cewek itu siapa Af?"selidik Ghirel penuh curiga.
"Bukan siapa-siapa."jawab Afka sambil mengunyah jeruk di tangannya.
Sebelum acara makan malam,akan ada acara formal sebentar selama satu jam. Acara tersebut hanya sekedar memberikan bunga dan hadiah kepada bapak ibu guru sebagai ucapan terima kasih. Acara akan berlangsung di lobi hotel. Beberapa panitia tengah sibuk merangkai bunga dan menghias tempat agara tampak lebih menarik.
Ghirel dan Afka perwakilan dari kelas XII Mipa 1 tengah mempersiapkan bucket bunga dan kado untuk wali kelas mereka. Seharusnya ini menjadi pekerjaan Grell sebagai ketua kelas,tetapi mengingat laki-laki itu sedang di perintah guru untuk membelikan sesuatu,jadi mau tidak mau Ghirel dan Afka harus mengerjakannya.
Mata Ghirel menyipit,"pasti cewek yang kamu ajak ke cafe spesial waktu itu ya?"
Afka mengangguk yakin,"iya itu dia. Cewek paling spesial dalam hidup aku."
Ekspresi Ghirel berubah menjadi dingin. Dia tidak cemburu dengan para kekasih Afka,tapi dia cemburu dengan seseorang yang di spesialkan oleh laki-laki ini.
"Kenapa? Cemburu?"tanya Afka sambil menempelkan selotip.
"Iya,aku cemburu!"Jawab Ghirel cepat.
"Kebanyakan cewek cemburu karena merasa kalah saing,apa kamu juga?"tanya Afka lagi.
Ghirel kembali mengangguk,tatapannya seperti akan mengoyak Afka saat itu juga. "Aku kalah saing sama dia,cewek itu bisa bikin kamu nolak beasiswa yang artinya dia sepenting itu."
"Enggak penting kok,aku cuman butuh pengampuan untuk aku."kata Afka.
Wajah Ghirel berubah menjadi heran,"kamu ngelakuin salah ke dia?"
Afka mengangguk ragu,senyumnya terlihat pahit dan terpaksa. "Kesalahan yang sangat fatal sehingga dia meninggalkan aku."
"Terus dia sekarang di mana?"tanya Ghirel.
Tiba-tiba Afka tertawa kecil. Sepertinya ini hal yang lucu untuknya mengingat laki-laki itu tertawa tanpa ragu.
"Dia kehilangan ingatannya,"
***
Acara untuk para guru telah di laksanakan dengan baik. Banyak tangis haru dari murid dan guru mengingat hanya tersisa beberapa bulan lagi mereka bersekolah di sini. Harapan-harapan untuk para siswa telah di sampaikan dengan penuh hikmat oleh bapak ibu guru di sana. Tidak lupa juga dengan ucapan maaf dan terima kasih.
Sekarang waktu telah menunjukkan jam 8 malam. Setengah jam lagi akan di adakan makan malam yang menjadi tanggung jawab Afka sepenuhnya. Laki-laki itu terlihat sangat sibuk sejak sore setelah membantu Ghirel membungkus kado. Dia sampai tak terlihat sejengkal-pun oleh Ghirel sejak saat itu.
"Afka kemana sih?"kesal Ghirel.
Siska yang berada di samping gadis itu hanya mengendikkan bahunya. Sahabatnya terlihat uring-uringan karena tak melihat Afka lebih dari dua jam lamanya.
"Afka gak mungkin tersesat Jie,"kata Siska.
Ghirel melotot,bola matanya seperti akan lompat dan menerkam Siska.
"Kalau beneran tersesat gimana?!"teriak Ghirel histeris.
Siska memutar bola matanya malas,bagaimana bisa Afka tersesat sedangkan laki-laki itu yang menyarankan tempat ini serta survey secara langsung ke sini bersama Fran saat itu.
"Lo pikir dia bocah umur lima tahun yang bisa tersesat segampang itu di sini?"kata Siska.
Ghirel hanya berdecak dan menyetujuinya. Lagi pula sekarang sudah ada yang namanya google maps. Tidak mungkin laki-laki dengan IQ tinggi itu tidak update tentang hal-hal semacam ini.
"Terus dia kemana dong?"suara Ghirel terdengar sangat putus asa.
"Nananena lagi sama Kristal,"ceplos Siska.
Mata Ghirel langsung melirik sinis gadis itu. Dari tatapan matanya terlihat seakan-akan dia hendak memangsa Siska dan mengulitinya.
"Ogah gue punya anak angkat dari manusia setengah ular itu,"Ghirel merinding membayangkan mengurus anak Kristal karena Afka lalai menahan nafsunya.
"Idih! Emang lo yakin bakal jadi istrinya Afka?"Siska menaikkan sebelah alisnya.
Mendengar hal tersebut,Ghirel jadi mengingat tenggat waktu yang ia miliki. Hanya satu minggu lagi lalu dia harus menghindari Afka demi menuruti keinginan Bunda.
Melihat Ghirel yang tiba-tiba berubah lesu,Siska mengenggol lengan sahabatnya.
"Jie,ada apa?"tanya Siska.
"Kalau gue bilang gak papa,gue munafik ya?"balas Ghirel dengan tatapan yang sulit di ekspresikan.
"Lo gak baik-baik aja kan? Selama ini lo pura-pura seakan semuany baik-baik aja di depan Afka kan?"tanya Siska lagi.
Ghirel mengangguk dengan senyum yang dipaksakan. "Sisa satu minggu lagi gue sama dia."
"Maksud lo?"tanya Siska. Dia benar-benar tidak paham dengan apa yang Ghirel katakan.
"Lo gak kena kanker atau penyakit mematikan kan?"selidik gadis itu.
Ghirel tertawa kecil,"enggak lah. Gue sehat wal afiat gini walaupun tambah kurus!"
"Terus ada apa dong?"
"Gue milih bunda Sis,"
***
Saat makan malam tiba,Ghirel hanya mengambil makanan setengah dari porsi biasanya. Akhir-akhir ini nafsu makannya berkurang drastis karena stress. Siska yang melihat hal tersebut hanya menghela nafas kasar dan merasa kasihan. Hanya karena cinta,kebahagiaan seseorang terenggut.
"Lo kok makan dikit banget sih? Dulu lo bisa makan nasi goreng dua bungkus,"kata Siska.
Tzuwi kebetulan tengah bebas tugas dan bergabung dengan keduanya. Dia mengambil semua lauk dan camilan yang ada di sana tanpa pikir panjang. Seharian ini Tzuwi tak sempat makan dengan tenang sehingga dia memanfaatkan kesempatan kali ini dengan sebaik-baiknya.
"Gue emang lagi gak nafsu makan aja Sis,"jawab Ghirel.
"Miris banget gue liat lo Jie,tapi lebih miris lagi liat orang makan kayak kesetanan."sindir Siska membuat Tzuwi tersedak.
Ghirel berdeham kencang menahan tawanya. Memang sahabatnya yang satu itu selalu ribut tentang diet namun tetap saja gagal mengontrol nafsu makannya.
Handphone ketiganya berbunyi. Sepertinya ada pesan penting hingga ketiganya mendapat pesan di saat yang bersamaan.
Tzuwi yang masih makan hanya acuh tak acuh. Ghirel yang mulai kepo akhirnya membuka pesan tersebut bersamaan dengan Siska. Matanya membelalak kaget melihat foto dirinya yang sedang dirangkul Afka untuk masuk ke apartemen laki-laki itu.
Foto itu tersebar di grup angkatan,sudah pasti seisi ruangan menatap jijik kepada Ghirel. Banyak komentar-komentar negatif yang memenuhi roomchat tersebut.
"Wow,pantes aja Afka kayaknya sayang banget, ternyata udah bobok berdua ya!"
"Aduh jangan-jangan capek kerja di Cafe akhirnya ngelonte?"
"Oh ini yang katanya pacar kesayangan Afka ternyata cuman pelacur kesayangannya?"
Hati Ghirel remuk seketika. Ini tidak seperti yang mereka katakan. Ghirel ingin memgklarifikasi ini semu,tetapi tetap tak akan ada gunanya. Karena manusia hanya mempercayai apa yang mereka lihat.
/Brakk!/
Siska memukul meja cukup keras hingga menimbulkan kegaduhan. Nafasnya naik turun,matanya terlihat tajam menatap seisi ruangan. Bahkan Tzuwi sampai tersedak saat melihatnya.
"Sis jangan emosi dulu,"Ghirel mencoba menahan Siska walaupun sia-sia.
"DIMANA KRISTAL?!"teriak Siska membuat seisi ruangan diam.
"Siska! Jangan sampai lo lepas kendali dan dapet masalah cuman gara-gara gue."kata Ghirel sambil memohon. Tetapi nampaknya telinga Siska sudah tersumbat.
"DIA YANG CARI MASALAH DULUAN JIE,"kata Siska sebelum akhirnya meninggalkan tempat makan.