Chereads / Greentea Latte / Chapter 40 - -40- Cinta Masa Lalu

Chapter 40 - -40- Cinta Masa Lalu

"Aku jadi ingat teman kecilku,dulu dia selalu memanggil aku dengan sebutan Princess."

Afka dan Clara hanya diam membeku. Keduanya adu pandang saling menyalahkan.

Dengan berat hati,Afka bertanya."emang nama dia siapa?"

"Kamu kan tau nama dia,"jawab Ghirel membuat lutut Afka rasanya lemas.

"Maksudnya?"tanya Afka.

"Waktu di trotoar kan aku udah ngasih tau kamu."jawab Ghirel.

Afka rasanya mulai menemukan kembali jiwanya yang sempat melayang sejauh satu kilometer. Bahkan Clara hingga menghembuskan nafasnya panjang-panjang setelah menahannya beberapa saat lalu.

"Nanti aku pasti bantuin cari Fed kok,tenang aja!"kata Afka.

Ghirel mengangguk semangat. Dia tak berharap banyak,toh waktunya hanya beberapa saat lagi.

***

Clara dan Ghirel dekat dalam waktu yang sangat cepat. Keduanya terlihat seperti kakak beradik padahal baru bertemu kurang dari setengah hari. Afka baru menyadari satu hal, mereka memiliki sifat yang sama. Baik Ghirel maupun Clara sama-sama wanita kuat yang mampu menyembunyikan lukanya.

"Kata Bang Afka,kakak kemarin sempat itu ya?"tanya Clara.

Ghirel yang sedang memasukkan es krim ke dalam mulutnya menoleh,dia paham dengan apa yang Clara tanyakan. Apalagi jika bukan perihal perilaku bejat yang dilakukan Gerald kepadanya?

"Iya, tapi gak papa kok!"Ghirel tersenyum dan kembali memasukkan es krim greentea yang dibelikan Afka untuknya.

"Kakak pasti takut banget, aku gak bisa bayangin gimana kalau aku yang ada di posisi kakak,"kata Clara.

Mendengar hal tersebut,Ghirel diam. Sekilas ingatan tentang malam itu kembali terputar dalam otaknya. Sungguh dia sangat takut dan trauma dengan laki-laki itu. Memikirkannya saja membuat Ghirel berkeringat dingin.

"Jie? Kamu gak papa?"sahut Afka saat melihat gadis itu terdiam dengan tatapan kosong tanpa arti.

Ghirel tersentak saat Afka mengguncangkan tubuhnya. Nafasnya terlihat tak beraturan disertai keringat dingin yang mengucur dari dahinya.

Ghirel mengangguk dan memaksakan senyumannya,"iya gak papa kok."

Afka membawa Ghirel ke dalam dekapannya. Laki-laki itu tak henti-hentinya mengusap rambut Ghirel berusaha menenangkan gadis itu. Dia tau Ghirel masih sangat trauma dengan kejadian tersebut. Hal ini dimanfaatkan oleh Afka untuk melancarkan aksinya yang telah lama tertunda.

"Mau nyoba hipnoterapi? Itu pengobatan yang bisa mengurangi trauma seseorang. Kalau kamu mau,kita bisa ke sana malam ini."tawar Afka.

Awalnya Ghirel merasa ragu dengan hal tersebut. Setau Ghirel,tak semua orang bisa di hipnotis. Artinya tak semua orang akan berhasil memggunakan metode ini. Tetapi setelah diyakinkan oleh Afka beberapa kali,akhirnya Ghirel menyetujui hal tersebut.

"Aku di luar bentar ya,mau ngerokok."Afka berpamitan.

Afka melangkah menuju teras dan mendaratkan pantatnya di kursi rotan yang dia baru dia beli sebagai hadiah untuk Clara atas nilai matematikanya yang mendapat 100. Niat awal Afka hanya menolong Clara 3 tahun yang lalu. Tetapi lambat laun laki-laki itu jadi merasa memiliki tanggung jawab besar terhadap gadis itu. Dia menyayangi Clara seperti rasa sayang seorang kakak kepada adiknya. Selain itu,ada Stefy juga yang sekarang menjadi salah satu tanggung jawabnya. Memang di balik sifat dingin dan seenak jidatnya,Afka memiliki rasa sayang besar terhadap perempuan Walaupun dia selalu menyangkalnya dengan mengatakan bahwa dirinya benci dengan kaum hawa.

Afka menghisap rokok di tangannya sambil menelfon seseorang.

"..."

"Aku akan membawanya ke sana malam ini. Pastikan dia untuk sembuh dari semua traumanya,"

"..."

"Iya,termasuk trauma mengenai kecelakaan ayahnya dan mengenai Fed."

***

Seorang gadis dengan kaos berwarna peach tengah duduk di taman perumahannya. Di tangannya terdapat kebab jumbo yang ia makan sendiri. Semilir angin malam tak membuat gadis itu merasa kedinginan sedikitpun. Yang ada malah menghantarkan rasa rindu akan masa lalunya.

Rindu yang teramat dalam terhadap kisah cinta pertamanya. Ingatannya kembali ke waktu dimana dia dapat tertawa bahagia tanpa merasa lelah setelahnya.

"Huft,bisa-bisanya gue kangen lo Afka,"gumam Siska.

Gadis itu menarik nafasnya dalam-dalam dan menghembuskannya sangat kasar seakan mencoba mengeluarkan beban pikiran yang sedang tertampung.

"Dulu lo marah-marah kalau gue ke sini tanpa pakai jaket,"Siska tertawa sendiri.

Tidak ada kisah cinta semanis madu di antara keduanya. Hanya ada kisah cinta penuh gengsi yang ada. Tetapi itu tetap saja terasa hangat dalam kenangan.

//flashback//

Seorang gadis dengan surai hitamnya tengah duduk di atas ayunan berwarna hijau kebiruan. Dia membawa tubuhnya berayun menikmati semilir angin. Tubuhnya hanya terbalut oleh kaos polos berwarna hitam dengan gambar nanas di dadanya serta celana pendek dengan motif bunga berwarna biru.

Gadis itu menitihkan air matanya,dia baru saja bertengkar hebat dengan kedua orang tuanya karena hal sepele. Sesungguhnya gadis ini sudah biasa dengan hal seperti ini. Keluarganya memang utuh sebagaimana mestinya,tetapi tidak dengan hati masing-masing yang memiliki kekurangan hingga saling menuntut satu sama lain.

"Keras kepala banget lo jadi cewek!"suara seseorang yang ia kenal menginterupsinya. Gadis itu langsung bersemangat hingga tak sadar hampir jatuh dari ayunan jika saja laki-laki itu tak menangkapnya.

"Lo dateng ternyata Afka,"sambut gadis itu.

Afka menyentil jidat gadis itu lalu melepaskan dekapannya. "Capek gue ngomongin lo Siska!"

Gadis itu adalah Siska Mariana Johannes,dulu dia tak setangguh sekarang. Dulu dia gadis lemah yang sangat terpuruk terkait dengan kondisi keluarganya. Siska di suruh mengikuti banyak les hingga merasa muak karena tak bisa menikmati hidupnya. Ia selalu di tuntut untuk menjadi juara kelas padahal otaknya terbilang pas-pasan.

"Yaudah gak usah ngomongin gue lagi,"dengus Siska sambil kembali duduk di ayunan. Afka duduk di ayunan sebelah Siska dan menatap gadis itu dengan tatapan marah.

"Ada masalah apa lagi?"tanya Afka.

Siska hanya mengendikkan bahunya,dia terlalu malas untuk bercerita.

"Seberat apapun masalah lo,jangan sampai nyoba bunuh diri lagi!"Afka memperingati.

Siska tersenyum lalu menganggukkan kepalanya,"gak usah khawatir gitu!"

"Pede banget lo,"gerutu Afka.

Siska sudah melakukan percobaan bunuh diri sebanyak dua kali dalam kurun waktu tiga bulan. Pertama dia menenggak obat tidur sebanyak 20 butir di kamarnya dan di temukan oleh pembantunya dalam keadaan mengenaskan. Tetapi gadis itu masih di beri nyawa oleh tuhannya. Namun nyawa itu Siska sia-siakan dengan mencoba memotong nadinya. Afka yang menemukan gadis itu saat hendak menjemput Siska di rumahnya. Mulai hari itu Afka jadi semakin memperhatikan Siska. Bahkan laki-laki itu sampai rutin membawa Siska ke psikiater langganannya.

Gadis mana yang tidak luluh jika diperlakukan layaknya barang berharga oleh seorang laki-laki tampan seperti Afka?

"Kenapa ngelamun?"tanya Afka.

Siska baru menyadari jika pipinya sudah memanas saat mengingat segala perlakuan manis laki-laki di sampingnya.

"Terima kasih,"jawab Siska membuat Afka bertanya-tanya.

"Untuk?"

"Semuanya. Terima kasih karena selalu ada buat aku bahkan saat aku koma sekalipun,"kata Siska sambil tersenyum sendu.