Chereads / Greentea Latte / Chapter 37 - -37- Percaya

Chapter 37 - -37- Percaya

Matanya menyorot tajam kepada gadis di depannya. Dia sebenarnya sudah sangat malas berurusan dengan gadis jelmaan ular yang telah menghancurkan dirinya satu tahun yang lalu. Tangannya mengepal kuat hingga kuku panjangnya menusuk telapak tangannya.

"Senjata apa yang lo punya sampai berani macem-macem sama Ghirel?"sinis Siska.

Kristal memasang ekspresi pura-pura berpikir. "Apa ya yang senjata gue kali ini?"

Senjata yang mereka maksud adalah kelemahan masing-masing. Siska tau betul Kristal tak akan berani mengusiknya jika tak memiliki satu kelemahannya lagi.

"Gue gak ada waktu buat basa-basi bencong sama lo,"ketus Siska.

Kristal tertawa meremehkan,"senjata gue adalah lo masih cinta sama Afka."

Siska sempat goyah sebentar sebelum akhirnya kembali memasang ekspresi datar.

"Lo ngaco? Buat apa gue cinta sama pacar sahabat gue sendiri?"kata Siska dengan tawa hambarnya.

"Tapi orang yang lo sebut sahabat itu gak peduli sama perasaan lo,"balas Kristal.

Siska dengan cepat menyangkalnya,"itu karena di gak tau apa-apa terkait urusan gue sama Afka dulu."

Kristal mengendikkan bahunya,"kalau dia tau kira-kira dia bakal putusin Afka enggak ya?"

Siska paham betul akan hal ini. Dia tau suatu saat Ghirel akan menemukan rahasia yang selama ini Siska simpan rapat-rapat. Mungkin Ghirel akan membencinya dan tak akan meninggalkan Afka.

"Dia pasti bakal benci lo sebagaimana cewek pada umumnya yang selalu membenci orang di masa lalu kekasihnya,"ucapan Kristal 100% benar adanya.

"Gue gak masalah,"balas Siska percaya diri.

Kristal tertawa terbahak-bahak sembari melipat tangannya di depan dada. Dia terlihat sangat puas melihat wajah Siska yang tak sepercaya diri biasanya. Kelemahan Siska hanyalah Afka dan sahabatnya. Itu sangat mudah untuk Kristal.

"Lo pikir Afka gak tau kalau lo masih sayang sama dia?"tanya Kristal.

Siska tersentak kaget. Matanya membelalak tak percaya dengan apa yang di dengarnya. Wajah ketus dan tegasnya berubah menjadi sangat gugup seperti tertangkap basah saat mencuri.

Siska kenal baik dengan Afka. Laki-laki itu memang dingin,tetapi sebenarnya Afka suka memikirkan hal-hal kecil yang sebenarnya tidak penting. Fakta ini tak menutup kemungkinan Afka masih berpikir bahwa Siska masih mencintainya. Belum lagi pertanyaan Afka saat di rumah Fran membuat Siska tambah kepikiran.

"Kalaupun dia tau,dia juga gak akan peduli."balas Siska.

Kristal lagi-lagi terlihat meremehkan,"bukannya dengan ini lo punya kesempatan? Gue tau kok Ghirel gak di restui ibunya dan mereka akan putus dalam waktu dekat. That's why gue diem aja selama ini,"

"Tau dari mana lo?"tanya Siska.

Kristal mengendikkan bahunya. "Ibunya dia berteman dengan baik sama mantan babysister gue,"

"Lo benar-benar licik sampai ke akar-akarnya,"ketus Siska. Gadis itu hendak pergi tetapi langkahnya kembali terhenti dan menoleh sejenak,"gimana jadinya kalau mereka tau kalau lo yang menjebak Afka malam itu?"

***

Afka mengusap rambut Ghirel berkali-kali mencoba menenangkan gadis itu. Beberapa orang telah berkumpul di sana saat mendengar suara kegaduhan antara Afka dengan Gerald. Karena Ghirel tak suka menjadi pusat perhatian,Afka mengintruksi kepada Fran agar tidak ada yang berkumpul dan memperhatikan mereka. Sedangkan Gerald masih terduduk lemas diobati oleh temannya.

Untung saja tidak ada guru yang mengetahui berita ini sehingga tak akan menimbulkan masalah yang lebih besar lagi.

Gerald meludah beberapa kali mengeluarkan darah yang masih tersisa di dalam mulutnya. Melihat pemandangan di depannya membuat dia sedikit muak. Dengan tertatih,dia berdiri dan mencoba pergi dari sana.

"Udah tenang?"tanya Afka. Dia tidak mengendorkan dekapannya sedikitpun membiarkan gadis itu terisak dalam dadanya.

Melihat Ghirel mengangguk pelan,Afka memutuskan membawa gadis itu ke mobil.

"Biar gue yang cari Siska buat ngemasin barang-barang Ghirel,"kata Fran yang disetujui oleh Afka.

Ghirel menunduk selama di dalam mobil,dia tak berani mengangkat kepalanya karena merasa sangat ketakutan. Kejadian tadi terus saja terngiang-ngiang di otaknya.

Afka memberikan air putih dan Hoodie hitam miliknya kepada Ghirel.

"Minum dulu biar tenang,kalau kamu merasa risih kamu bisa pakai hoodie aku."tawar Afka.

Ghirel akhirnya menoleh menatap manik mata Afka yang sangat menenangkannya. Entah sejak kapan tatapan itu menjadi candu untuknya.

"Aku dilecehin,"lirih Ghirel. Penampilan gadis itu sangat terlihat sangat kacau. Mata yang sembab karena air mata,hidungnya yang merah,dan rambutnya yang sudah berantakan.

"Nanti aku bunuh dia,"kata Afka mencoba menenangkan.

Ghirel menggeleng,"itu karena kamu juga ngelecehin pacar Gerald."

Afka mengusap wajahnya frustasi. Dia sudah menduga ini akan terjadi. Pasti Gerald sudah mengatakan semuanya kepada Ghirel.

"Pakai hoodie ini dulu ya? Kaos kamu berantakan banget bahkan sobek,aku juga laki-laki normal Jie."paksa Afka.

Ghirel baru menydari kaosnya sudah terkoyak saat Gerald menariknya terlalu kencang. Untung saja robekannya berada di bagian pundak sehingga tak terlalu mengekspos bagian sensitifnya meskipun sempat terlihat tali bra nya.

Ghirel mengenakan hoodie yang Afka berikan dengan susah payah. Dia sangat lemas sekarang. Tenaganya seperti terkuras habis-habisan karena kejadian tersebut. Itu adalah satu tiga puluh menit terlama dalam dirinya.

"Apapun yang dia katakan,jangan pernah percaya."kata Afka penuh penekanan.

Ghirel kalut,dia tak tahu siapa yang harus ia percaya sekarang. Afka penuh misteri,Ghirel baru menyadari itu. Selama menjadi kekasih Afka,banyak kejadian buruk yang tiba-tiba berjatuhan menghampirinya. Ghirel rasanya lelah dan tak bisa lagi. Mungkin dia benar-benar akan menurut apa yang bunda katakan.

"Kalau gitu ceritakan versi lengkapnya Af!"seru Ghirel.

Afka terlihat sedikit gugup. Dia terlihat malas untuk menjelaskannya kepada Ghirel. Hal tersebut membuat Ghirel sedikit kecewa.

Seseorang tiba-tiba masuk ke dalam mobil. Itu Siska,gadis itu langsung memeluk Ghirel dengan erat. Dia bahkan hingga menangis tak karuan.

Ghirel yang tadinya sudah lega kembali menangis karena sahabatnya. Tak lama setelah itu,Tzuwi menyusul dan ikut menangis bersama keduanya.

Saat itu Tzuwi dan Siska sedang bersama mencari Ghirel kesana-kemari sampai tiba-tiba Fran menghampiri keduanya dan memberi tau kronologi masalah ini kepada keduanya. Siska langsung berlari secepat yang ia bisa,sedangkan Tzuwi si mageran sudah pasti lebih lambat daripada gadis setengah laki-laki itu.

"Apa aja yang udah baj*ngan itu perbuat sama lo? Biar gue potong batangnya!"kata Siska di tengah tangisnya.

Afka tersentuh dan bersyukur secara bersamaan. Gadisnya sangat di sayangi banyak orang dengan sangat tulus.

"Biar nanti gue kasih obat tidur sampai neraka!"timpal Tzuwi.

Ghirel sedikit terkekeh mendengarnya. Sahabatnya adalah moodboster terbesarnya.

Afka membuka pintu mobilnya lalu mengambil sebatang rokok dan mulai merokok di sana. Dia tak bisa meninggalkan Ghirel tetapi dia juga sadar harus memberikan ketiganya ruang tersendiri.

"Kalian gak perlu gitu,Afka udah pukulin dia sampai mau mati."jawab Ghirel.

"Nanggung banget! Sekalian kek pukul sampai terbang ke neraka!"kesal Tzuwi.

Ghirel tertawa kecil.

"Ada apa sebenarnya kenapa sasaran Gerald itu lo?"tanya Siska.

Ghirel menghela nafasnya yang terasa sangat berat. "katanya dia balas dendam karena dulu pacar dia di perkosa sama Afka."

Siska terlihat gugup mendengarnya. Sepertinya dia tau sesuatu. Terlihat sekali dari ekspresinya yang tiba-tiba berubah.

"Apapun yang dia bilang,jangan percaya. Lo harus lebih percaya sama Afka daripada Gerald!"Siska mencoba meyakinkan Ghirel.

Ghirel merasa ada yang janggal terhadap sahabatnya seakan-akan dia tau perihal siapa yang sebenarnya salah.

"Kenapa harus gitu?"tanya Ghirel.

"Kalau lo percaya sama gue,lo harus percaya sama Afka."Siska seakan sangat percaya diri terhadap kata-katanya.