Ghirel terdiam di dalam kamar. Dia meringkuk di atas ranjang dengan Arion yang berada di sampingnya. Gadis itu tidak tuli. Dia bisa mendengar dengan sangat jelas bahwa Afka memperkenalkan gadis tadi sebagai calon tunangannya.
Dia merutuki dirinya sendiri karena telah berharap terlalu banyak pada pria setampan dan sesempurna Afka Fedrick. Harapan itu kini sirna seketika, berganti dengan rasa kecewa yang menyakitkan.
"Sepertinya kau harus merelakan Daddymu, Arion." Tangan Ghirel mengusap rambut Arion, kemudian beralih pada pipi gembul anaknya.
"Bunda menyerah." Lanjutnya. Nafasnya terdengar sangat berat, seakan memiliki beban yang sangat berat pula.
"Menyerah untuk apa?" Suara seseorang yang Ghirel hindari kini mengisi telinganya. Langkah kaki Afka perlahan semakin mendekat, hingga berhenti tepat di samping ranjang Ghirel.
Dia meraih boneka anak ayam di dekat sana, kemudian meletakkannya di samping Arion. "Kau harus memberinya penyangga agar tidak jatuh, sayang." Kata Afka.