Lily mencoba mengetuk pintu kamar Afka. Lily sedikit khawatir karena Afka belum makan sejak sampai di sini, sedangkan semuanya telah siap dan menunggu Afka di lantai bawah. Rasanya sangat tidak enak jika makan dengan kekurangan personil.
"Afka?" Panggil Lily dengan gugup. Gadis itu belum terbiasa dengan Afka. Dia bahkan masih merasa bahwa semua ini hanya mimpi.
"Ada apa?" Balas Afka dari dalam kamar.
"Udah siap semua, yang lain nungguin lo." Lily setengah berteriak.
Selang beberapa saat, akhirnya Afka membuka pintu kamarnya. Dia terlihat dingin dan tak tersentuh, berbeda saat Afka melihat Ghirel. Entah mengapa Lily merasakan sorot mata hangat dari Afka setiap pemuda itu melihat Ghirel.
"Oke," kata Afka datar. Keduanya berjalan kembali ke lantai bawah. Mata Afka di sambut oleh gadis cantik yang menyandang gelar sebagai istrinya.