"Eh?"
Tidak mungkin! Aku kembali ke umurku 10 tahun. Apa ini mimpi? Padahal tadi aku sudah mati. Kenapa? Aku pun langsung menampar kedua pipiku cepat.
Plakk
Seketika Mei terkejut bukan main. Aku menampar diriku di depannya. Dia pun langsung menghampiriku takut.
"Nona, ap ... apa yang anda lakukan?" Suaranya bergetar. Aku menatapnya. Tangan Mei yang menggenggam erat tanganku. Kurasa ini semua bukan mimpi. Aku langsung mengelus tangannya lembut dan tersenyum.
"Tak usah khawatir, Mei. Aku hanya mengalami mimpi buruk."
"Benarkah? Ah, tidak! Tamparannya membekas di pipi anda. Saya harus mengambil es batu!" Mei bangkit dan langsung berlari meninggalkanku.
Setelah Mei pergi, aku memutuskan untuk beranjak dari ranjang dan melihat diriku di cermin. Ini benar-benar diriku saat berumur 10 tahun. Aku menatap diriku lama. Rambut violet bergelombangku cukup panjang untuk seusiaku. Warna mata yang sama seperti rambutku dan kulit yang putih.
Brakk
"Maaf nona! Saya terlalu lama. Akan saya segera oleskan pada pipi anda," Mei datang dengan terburu-buru. Dia menyuruhku duduk dan mulai mengoleskan batu es pada pipiku.
"Ukh ... ," aku meringis kesakitan.
"Bertahanlah nona. Saya akan melakukannya dengan pelan," ucap Mei. Aku mengangguk mengerti.
Setelah selesai, Mei memberiku segelas air. Aku tidak langsung meminumnya, pikiranku melayang. Kenapa aku terlahir kembali? Aku yang jahat ini, yang berniat membunuh Elisa ini diberikan kesempatan hidup lagi. Kenapa?
"Nona?" Tanya Mei membuyarkan lamunanku.
Aku melihat ke arah Mei dan langsung memeluknya erat. Air mataku jatuh. Mei kaget dan tak tahu harus melakukan apa. Kuyakin dia sadar aku menangis. Tak lama kemudian, aku merasakan bahwa Mei memelukku erat. Kami berdua pun larut dalam pelukan.
Mei, seorang pelayan diantara banyak pelayan di kediaman Monte. Dia penurut, rajin, dan tenang. Diantara semua pelayan hanya dia yang mau melayaniku dengan tulus. Selama aku hidup, aku sering gonta-ganti pelayan dengan alasan diriku yang jahat, menganiaya mereka dan memecat tanpa alasan. Namun Mei berbeda. Dia adalah salah satu pelayan teladan yang diincar banyak bangsawan dan anehnya dia datang hanya untuk menjadi pelayanku. Padahal aku selalu menyakitinya, tetapi dia selalu sabar dan selalu di sampingku meski aku berbuat jahat. Sampai kematianku, dia terus saja membelaku dan meski pada akhirnya dia mati karenaku. Aku merasa tersentuh. Saat aku terlahir kembali, hanya dia yang benar-benar berada di pihakku.
"Nona, apa nona baik-baik saja? Apakah mimpi itu sangat buruk?" Dia bertanya pelan.
Aku menatapnya. Mungkin aku bisa cerita sedikit padanya meski tak sepenuhnya benar. "Aku bermimpi aku mati karena berbuat jahat."
Dia yang mendengarnya tertegun. Aku hanya tersenyum tipis. "Sepertinya mimpi itu memberitahuku untuk berubah. Berhenti berbuat jahat dan berbuat baik seperti sekarang. Apa Mei terkejut dengan perubahanku yang drastis ini?"
"Nona, akhirnya nona telah sadar. Nona telah tahu mana yang baik dan buruk. Saya sangat kaget ketika nona memeluk saya. Saya berpikir apa saya melakukan kesalahan kepada nona" ucapnya tenang dan jujur.
"Maafkan aku atas perbuatanku selama ini kepadamu Mei. Aku sangat buruk. Aku sangat bersalah kepadamu."
"Tidak nona. Ini bukan salah anda. Ini salah saya yang tak bisa memberikan apa yang nona inginkan."
Aku menggenggam erat tangannya. "Mei, kamu sangat baik. Padahal aku sudah berbuat jahat, tetapi kamu tidak pernah melawan bahkan menurut. Aku ingin berubah. Berubah menjadi lebih baik. Namun, aku tak bisa melakukannya sendiri. "
Apa Mei bersedia bersamaku?" Mei langsung mengangguk setuju dan aku memeluknya lagi.