Saat Nero melihat Ibunya dia langsung memeluk Ibunya dengan erat sambil menangis dan meminta maaf. Tangisan Nero terdengar oleh Katanci dan Lyra kecuali Rira yang sedang berendam.
"Ibu-a-aku min-minta maaf tidak bi-bisa menolong I-Ibu dan Neri." Nero terus menangis di pelukan Ibunya.
Tapi Ibu Nero tidak menggatakan apa-apa namun Ibunya langsung mendorong Nero untuk jatuh ke sungai,
"Sihir ilusi!!!" Katanci dari penginapan berjalan santai dengan muka sangat gelisah dan memutuskan untuk kembali ke penginapan setelah berjalan satu meter.
Katanci memikirkan aksesoris yang harus ia temukan sebelum orang lain yang menemukan-nya. Saat masuk ke kamar sendiri, Katanci berbicara dengan bayangan-nya sendiri. Dia bilang kepada bayangan-nya supaya tidak usah mengikutinya kemana pun ia pergi.
Tapi Katanci sadar bahwa bayangan akan mengikutinya kemana pun ia pergi. Katanci duduk di kasurnya sambil memeluk bantal dan berpikir tentang yang sebenarnya terjadi kepada seseorang yang Katanci dan Lyra sangat percayai.
Di jendela terdengar suara seperti mengetuk-ngetuk kaca jendela menggunakan batu kerikil atau batu yang berukuran kecil. Katanci mengabaikan-nya, tapi suaranya semakin besar.
Tok..Tok..Tok..
Katanci masih mengabaikan-nya dan akhirnya suaranya tambah besar, kaca jendela pecah bersamaan dengan seseorang yang misterius di samping Katanci.
"Siapa yang ganti rugi?" Katanci melihat orang yang memakai topeng berlambang atau bersimbol lumba-lumba.
Orang itu bilang yang ganti rugi Katanci karena tidak membuka atau pun melihat luar ke jendela dan Katanci pemilik kamar ini.
Orang itu adalah Rezone seorang pria yang pernah bertemu Katanci di desa Rira. Rezone memberikan informasi lagi mengenai kerajaan ketiga dan sembilan.
Sepertinya kerajaan ketiga akan pergi ke kerajaan sembilan di bantu oleh seorang peramal yang di sewanya. Peramal itu bilang saat akan masuk ke sana di butuhkan izin mutlak.
"Izin itu hukum yang tidak bisa di baca itu?" Katanci menyilangkan kedua tangan-nya di depan dada.
Rezone mengangguk sekali lalu dia melanjutkan informasi yang ia dapat mengenai barang yang memiliki simbol bintang jatuh.
Setelah mendengar itu, Katanci berdiri dan memegang kedua pundak Rezone sambil mengguncangnya. Katanci bertanya lokasi barang itu dan bentuknya seperti apa?
Rezone melepaskan tangan Katanci dari pundaknya supaya dia berhenti mengguncangnya karena dia merasa pusing. Rezone menggatakan,
"Bentuknya mirip dengan gelang dan lokasinya berada di kerajaan ke duabelas." Rezone selesai memberikan informasi yang ia ketahui lalu Rezone pergi lewat jendela yang ia lalui tadi.
Katanci sepertinya tidak berniat masuk ke kerajaan duabelas dengan alasan yang sudah sangat pasti akan terjadi.
Kerajaan ke duabelas adalah kerajaan yang belum Lyra gulingkan tapi sang Raja meninggal dunia dan hanya meninggalkan sang Ratu seorang diri.
Ratunya sangat bijak, pintar, dan begitu teliti. Dan dia memiliki seorang Putri dan seorang Putra di kerajaan-nya. Putri sulung di kerajaan itu menghilang tanpa di ketahui keberadaan-nya.
Katanci memikirkan Putri yang hilang itu dan memikirkan Nero yang sedang mandi di sungai. Di lain sisi...
Nero yang terkejut melihat Ibunya yang telah mendorongnya tidak mampu untuk melakukan apa-apa dan membiarkan dirinya jatuh ke sungai jika itu yang Ibunya inginkan.
Tapi Lyra datang dan mengulurkan tangan kanan-nya untuk meraih tangan Nero supaya Ia tidak jatuh ke sungai. Namun, saat berhasil di raih Lyra langsung melepaskan tangan-nya yang membuat Nero basah kuyup karena jatuh ke sungai yang dingin.
Nero yang menggigil karena ke dinginan berupaya untuk memarahi Lyra, tetapi Nero tidak sanggup berbicara karena terlalu dingin. Tanpa Nero sadari Ibunya sudah menghilang dari pandangan-nya.
Nero pun di hangatkan di depan perapian milik Katanci. Rira hanya bisa diam dan tidak tahu harus bagaimana, beda dengan Katanci yang tertawa melihat apa yang telah terjadi kepada Nero.
"Lyra, kenapa kau bisa pisah dari Rira dan kenapa kau membunuh Ibuku?" Nero melihat Lyra dengan wajah yang sangat marah.
"Aku tidak pernah membunuh Ibumu! dan aku bisa terpisah dari Rira karena aku tahu sihirnya." balas Lyra dengan wajah tidak bersalah dan sedikit menjelaskan ke Nero sihir barunya.
Nero langsung membentak Lyra karena dia tidak mau mengakui kesalahan yang telah ia perbuat semasa dia hidup. Lyra yang mendengar itu langsung marah
"Semasa hidup... apa aku sudah mati? sejak kapan?" Lyra tidak mengerti apa yang di katakan Nero,
"Ada rumor yang bilang kau di bunuh oleh Pangeran dari kerajaan ketiga di bawah gunung?, apa itu benar?" Katanci memberi tahu rumor tentang dirinya.
"Aku tidak pernah kesana!" bantah Lyra.
Nero pun berdiri dari tempat perapian dan terus marah kepada Lyra dengan alasan sudah membunuh Ibunya. Lyra juga tidak mau kalah dia terus beralasan tidak membunuh Ibunya.
Nero memutuskan untuk pergi keluar dari penginapan, dan Katanci menyuruh Rira untuk mengejar Nero saat di luar tidak ada orang lain. Setelah Rira pergi dan hanya memakai topeng untuk berjaga-jaga jika ada orang.
Rira melihat ke kanan dan ke kiri saat membuka pintu keluar penginapan. Setelah merasa tidak ada orang yang berada di sekitar penginapan, Rira segera berlari menuju ke jalan yang Nero tadi lewati.
Tiba-tiba muncul seorang kakek yang sedang mencari ikan di sungai kecil. Rira menuju ke arah kakek itu meskipun keberadaan kakek itu sangat aneh karena tiba-tiba dia muncul entah dari mana.
Rira memakai topeng lalu bertanya kepada kakek itu dengan nada suara yang lembut.
"Sedang apa kakek?"
Kakek itu sedang mencari ikan untuk dimakan sekeluarga, tapi kakek itu sama sekali tidak dapat satu ekor ikan pun di sungai yang dangkal itu.
Rira hanya bisa diam setelah mendengar jawaban dari kakek itu. Rira pun pergi dari tempat kakek itu lalu menuju ke tempat lain,
Yang di cari-cari oleh Rira ketemu yaitu sebuah danau kecil. Dengan wajah penasaran karena mengetahui tempat seperti ini, Rira tanpa panjang lebar masuk ke dalam air lalu mencoba menangkap ikan yang ada di danau tersebut dengan tangan kosong.
Setelah mendapatkan satu ikan yang berukuran kecil, Rira berpikir ikan ini tidak akan cukup jadi Rira mencari ikan lagi yang lebih besar.
Saat menuju ke tengah danau, ternyata ada ikan yang cukup besar yang sedang berenang di tengah danau. Dengan sedikit mengeluarkan air liur, Rira langsung meloncat ke tempat ikan itu berenang.
Rira mendapatkan ikan itu yang berukuran cukup besar lalu segera membawanya ke tempat kakek tadi. Setelah sampai, Rira langsung memberikan ikan itu kepada kakek yang masih mencari ikan.
"Terima kasih banyak, kau anak yang sangat baik." Kakek itu pergi ke rumahnya setelah berterima kasih kepada Rira.
Rira segera menyusul Nero yang sudah pergi jauh atau sudah kehilangan jejaknya. Rira segera mencari Nero lalu melepaskan topengnya.
"Lyra apa kau serius tidak ingat?" Katanci meragukan Lyra.
"Aku tidak pernah membunuh Ibunya Nero, aku juga tidak ingat jika aku sudah mati di bawah gunung, dan aku masih ingat soal itu..." Lyra terlihat sangat bingung.
"Soal itu? masih ingat? yang benar saja yang hanya tahu soal itu hanya aku dan kau."
"Tidak, masih ada satu lagi yaitu sang Utusan."