Redita bernapas panjang. Bertelanjang kaki masuk ke dalam kamar. Dengan langkah terhuyung, dia masih bisa menyeimbangkan dirinya. Berkali-kali mencoba menarik dan mengembus napasnya mencoba untuk bisa teratur.
Teringat bagaimana ekspresi Radit yang terlihat kecewa karena ia menolaknya. Dia kembali menghela napasnya lalu duduk di depan meja riasnya.
Wajah cantik yang memantul dari cermin itu memperlihatkan sebuah wajah yang tampak frustrasi. Dia tidak pernah menyangka kalau ia tidak bisa melakukan hubungan seks dengan kekasihnya karena rasa traumanya itu.
"Haish! Bagaimana bisa aku tidak merasakan apa-apa saat kami berciuman? Dan ingatan itu melintas begitu saja saat ia mulai menjamah tubuhku," keluhnya sembari bertopang dagu. Matanya terlihat membengkak di pantulan cermin itu. "Redita, kau sangat bodoh! Lalu bagaimana nantinya jika kalian menikah? Tidak mungkin menikah tanpa melakukan hubungan itu?" tambahnya lagi seraya menghela napas panjang.
