Hari ini tepat tiga bulan setelah Redita dan Antony berkunjung ke taman makam St. Ives dan hidup berjalan seperti biasanya. Kehidupan yang membosankan menurut Redita. Apalagi ia sudah tidak bekerja. Dilarang untuk beraktivitas berlebihan oleh Antony sebagai upaya mereka untuk mendapatkan buah hati mereka. Ya! Redita belum juga mendapat tanda-tanda hamil. Tamu bulanan terus setia datang tiap bulannya dan itu membuatnya sedih.
Redita duduk termangu di kursi teras mansion. Memandang lurus halaman luas mansion keluarga Darmawan. Ia begitu fokus sampai-sampai tidak sadar Elena datang membawakan minuman di dalam cangkir teh dan meletakkannya di atas meja. Redita mengerjap kaget, mendongakkan kepalanya. Elena tersenyum kepada anak bungsunya, lalu ikut duduk di sampingnya.
"Minumlah!" kata Elena menyodorkan cangkirnya.
Redita menghirup aroma yang menyeruak dari dalam cangkir. Bau yang tidak ia kenal sama sekali. Ia mengernyit bertanya kepada Elena, "Apa ini, Ma?"