"Mama!"
Redita sontak bereaksi. Ia hampir berteriak lantang. Matanya membuat menatap kedua orang tuanya. Namun Elena tampak santai menanggapi reaksi sang putri.
"Ada apa, Nak? Mengapa kau sangat terkejut mendengarnya?" timpal Elena santai.
"Perkataan Mama sungguh tidak adil. Bagaimana bisa Mama memiliki ide seperti itu? Mereka bukan barang yang bisa saling menggantikan," jawab Redita menoleh ke arah Aron, lalu kembali menatap serius Elena. Pria bertubuh tambun itu hanya bisa menelan ludah mendengar sang Nyonya besar berkata demikian. Pada dasarnya, ia pun belum siap untuk mati.
"Lalu menurutmu hukuman apa yang paling adil untuk pembunuh kakakmu? Sesuai dengan aturan, Martin tetap harus mati. Bahkan seharusnya ia harus mati dengan sadis seperti caranya membunuh kakakmu, Dita." Elena tampak tidak mau kalah, sedangkan Merlin hanya diam mendengarkan perdebatan sang istri dengan putri bungsunya.