Venda hanya mengulum senyum saat mendengar penolakan Martin. Wanita hamil itu tampaknya ingin benar-benar tulus memuji Martin. "Setidaknya, kau telah membuat istri dan anakmu sangat bangga kepadamu, Martin. Berbeda dengan saya yang akan selamanya menjadi orang tua tunggal untuk anak saya." Venda menunduk, menatap perut buncitnya. Air mukanya berubah sendu seketika. Martin yang melihat pemandangan itu hanya bisa menghela napasnya berkali-kali. Semakin merasa berdosa di hadapan Nyonya mudanya itu. Tidak lama, Venda kembali mengangkat wajahnya menatap lurus kepada Martin. "Ah, aku selalu menjadi sensitif jika membicarakan anakku. Maafkan aku, Martin."
"Tidak. Saya yang seharusnya meminta maaf. Maafkan saya, Nyonya." Tiba-tiba Martin meminta maaf kepadanya.
Sontak, wanita itu melebarkan bola matanya begitu bingung. "Maaf untuk apa?"