Redita, Antony, Martin, dan Merlin baru saja tiba di gedung Mer Corp, salah satu perusahaan Merlin yang berada di kota Little Heaven. Keduanya berjalan beriringan melangkah masuk ke dalam lobi dengan diikuti oleh Antony dan Martin sebagai pengawal mereka dari belakang. Dua orang resepsionis tersenyum dan membungkuk hormat saat melihat mereka berempat masuk ke dalam lobi. Mereka pun membalas senyum keduanya dengan ramah. Begitupun Antony, walau ia hanya menarik garis senyuman selebar satu sentimeter. Dua orang resepsionis itu berteriak-teriak dalam hati kegirangan. Antony, si bodyguard tampan yang tersenyum ke arah mereka.
Redita membuka pintu ruang kerjanya lalu menoleh ke arah Antony. "Antony, siang ini aku akan bertemu dengan klienku bersama Andrew, jadi kamu tidak perlu mengikutiku. Kamu bisa menghabiskan waktumu pergi ke mana pun yang kamu inginkan," ujar Redita berbohong. Dia hanya ingin bertemu dengan Radit berdua saja saat makan siang. Sedangkan ia tidak boleh pergi ke mana-mana jika Antony tidak ikut dengannya. Untungnya Redita tahu Merlin sangat percaya kepada Andrew jika pergi hanya berdua dengannya.
"Baik, Nona. As you wish."
"Terima kasih Antony. Aku tahu kamu adalah pengawal yang baik," sahut Redita.
Antony hanya mengangguk dengan segaris senyuman. Dia pun berdiri di depan ruangan Redita seperti biasa. Menjaganya dari hal-hal yang berbahaya. Andrew yang melihat Antony hanya bisa menganggukkan kepalanya. TIdak lama kemudian, telepon di meja Andrew berdering. Pria itu segera mengangkatnya.
"Asisten Andrew menjawab. Ada yang bisa dibantu?"
"Drew, masuk ke ruanganku!" perintah Redita.
Andrew segera mengenali suara wanita yang meneleponnya. Dia lalu menjawab, "Siap, Bu."
Pria itu bangkit dari duduknya melangkah masuk ke dalam ruang kerja Redita. Langkah tegapnya terhenti di hadapan Redita. Dengan tatapan tajam serta alis yang naik salah satunya, dia menebak, "Ibu pasti membutuhkan bantuan saya?"
"Duduk, Drew." Redita mempersilakan pria itu untuk duduk terlebih dahulu. Seulas senyuman singgah di wajahnya yang cantik. "Saat makan siang nanti, pergilah bersamaku dan aku akan menurunkanmu di tengah jalan. Tapi tenang saja, aku akan memberikanmu beberapa ribu dolar untuk bisa kau habiskan selama jam makan siang."
"Ibu ingin bertemu siapa?"
"Bukan urusanmu. Jangan sampai Ayah dan Antony tahu. Aku ada urusan pribadi. Jika Antony tahu dia akan melapor kepada Ayah."
"Siap, Bu."
"Kamu boleh kembali ke mejamu," ucap Redita.
Andrew membalik tubuhnya melangkah keluar dari ruangan itu. Redita bernapas panjang. Dia pun meraih berkas-berkas map yang harus ia periksa terlebih dahulu. Merlin memintanya masuk hari ini untuk merekonsiliasi beberapa pemasukan dan pengeluaran yang tercatat di bank. Beberapa sudah ada yang ia periksa dan memang ada sedikit keganjilan di sana. Mer Corp. sepertinya mempunyai seorang pengkhianat.
Kling!
Pesan masuk dari Radit.
Radit : Aku sudah sampai kantor. Kamu?
Redita pun membalas.
Redita : Sudah. Kamu sudah sarapan, Dit?
Radit : Sudah.
Percakapan lewat aplikasi WA itu terjadi berbalas-balasan. Saling tanya dan jawab di antara mereka. Memperlihatkan ketertarikan mereka masing-masing. Redita sangat menikmati obrolan bersama Radit. Ya, dia telah jatuh cinta dengan pria itu.
***
Jam makan siang ….
Antony berjalan di sebuah jalan di daerah kota sekaligus dekat dengan pemukiman warga. Langkahnya terhenti meragu tatkala melihat seorang wanita cantik bertubuh tinggi semampai berdiri di depannya. Rambutnya berwarna coklat tua dengan mata berwarna biru bagai samudera terperangah menatap Antony dengan wajah penuh kesedihan.
"Rachel …," panggil Antony pelan.
Wanita itu tidak menjawab. Matanya terlihat berkaca-kaca. Seorang pria bercambang keluar dari sebuah kedai. Pria itu berjalan menghampirinya. Meraih tangan Rachel dengan kuat. Memaksa wanita itu berjalan cepat di sampingnya. Rachel sontak menoleh ke belakang berharap Antony menghentikan aksi suaminya.
Antony mendapatkan sinyal itu dari Rachel. Dia melangkah maju, segera merentangkan kelima jari tangannya ke depan hendak menghentikan langkah mereka. Namun, segera dikepalkannya jari jemari tersebut, mengurungkan keinginan itu ketika mengingat siapa dirinya. Dia bukanlah siapa-siapa Rachel lagi. Hubungan mereka telah kandas dan yang mencengkeram lengan Rachel adalah Watson—suaminya. Mereka dijodohkan oleh kedua orang tua masing-masing hingga akhirnya menikah. Rachel tidak bisa menolaknya dan memutuskan antony yang memang sibuk kesehariannya menjadi seorang mafia sekaligus pengawal Redita.
"Maafkan aku, Rachel," gumamnya, "untuk apa aku datang ke tempat ini? Hanya membuka masa lalu yang sudah kukubur dalam-dalam."
Antony membalik tubuhnya lalu berjalan dengan arah berlawanan. Matanya melebar ketika melihat seorang pria yang ia kenal dari mobil yang ia kenal juga. Andrew keluar dari mobil Redita dan tampak berbicara dengan Redita dari luar. Tidak lama, mobil Redita pun melaju dengan cepat berbelok ke arah kanan jalan.
Antony mengeluarkan ponselnya dan memeriksa GPS Redita yang terpampang di layar. GPS itu tidak aktif. Redita telah mematikannya. Andrew berjalan dengan mata mengerling ke lain arah. Dia tidak menyadari Antony berada di depannya. Hingga jarak mereka hanya satu meter. Langkah asisten Redita itu terhenti dengan mata membelalak terkejut. Antony berdiri di depannya, memergoki ia yang berjalan sendirian di depan mata tanpa Redita. Sorot matanya yang dingin menatap Andrew seakan ingin memberikannya pelajaran.
"Andrew, kau tahu 'kan, kalau aku tidak suka dibohongi?" Antony menggemertakkan kedua tangannya saling beradu mengepal di depan dada hendak menonjok pria di depannya.
"Antony, aku bisa jelaskan semuanya," sahut Andrew takut-takut.
"Kemana Nona Redita pergi?"
"Dia tidak bilang kepadaku. Aku hanya menurutinya untuk ikut bersama dan diturunkan di tengah jalan. Dia hanya bilang ada keperluan pribadi," sahut Andrew dengan ragu takut salah menjawab.
"Haish! Kalau terjadi apa-apa dengan Nona Redita, kau tidak akan kumaafkan!" Antony menengok kanan dan kirinya. Tiba-tiba saja melihat seorang pria yang baru saja turun dari motor sport tidak jauh drai tempatnya berdiri. Antony pun bergegas menghampiri pria itu. Tanpa banyak cakap meerebut kunci motornya dan bergegas pergi menggunakan motor itu.
Motor sport itu melaju dengan kecepatan di atas rata-rata. Dia segera menelepon Redita dengan earphone yang terhubung dengan Bluetooth. Panggilan itu tidak juga diangkat. Redita sengaja tidak mengangkatnya. Detak jantungnya berdebar kencang mengejar mobil Redita yang telah jauh melaju. Tidak ada gambaran sama sekali tentang ke mana wanita itu pergi.
"Haish kenapa kamu tidak menjawabku, Nona Redita? Ke mana kamu pergi?" batinnya bertanya. Sungguh, ia takut terjadi sesuatu yang berbahaya menghampiri wanita itu.
Tiba-tiba ia teringat tentang Aron, Ahli IT mafia itu. Segera, ia menghubungi Aron dan menanyakan ke mana Redita pergi.
"Aron, bisakah kau lacak ke mana Nona Redita melaju dengan mobilnya?"
"Apa kau kehilangan jejak Nona Redita?"
"Ya, aku ditipunya lagi. Dia pergi sendirian dengan mobilnya. Jika Tuan Merlin tahu, dia akan menggantungku."
"Sebentar, An. Aku akan lacak. Tunggu kabarku sebentar lagi. Pakailah instingmu kali ini. Bukankah kau sangat kuat memainkan instingmu, kawan?"
"Tidak ada waktu untuk berdebat. Cepat cari ke mana dia pergi!" marah Antony langsung mematikan teleponnya. Dia tidak bermain-main jika sudah meminta pertolongan, tidak ada jejak sama sekali masuk ke dalam pikirannya. Pria itu sedang merasakan instingnya yang tidak bisa diajak berkompromi. Rachel baru saja memasuki pikirannya belum lama ini dan ia sangat lemah jika menyangkut wanita yang dicintainya. Tidak bisa berpikir nalar saat itu juga.