Cklek!
Judy membuka pintu kamar vila. Suara rintihan jangkrik terdengar sangat jelas dari luar. Jarum jam arlojinya sudah menunjukkan pukul setengah empat pagi. Ya, dia memang baru saja tiba di vila yang terletak di atas Pegunungan Broadway di negara Missvalley yang terletak di bagian utara Legiland. Destinasi ia dan Venda melakukan bulan madu hari ini.
Di atas tempat tidur, Venda menggeliat dan menggeser tubuhnya tidak beraturan. Tubuh polosnya tidak terlihat karena berlapis sebuah bedcover tebal berwarna krem. Judy memang meninggalkan Venda sebentar secara diam-diam khusus untuk membebaskan Antony segera setelah Aron meneleponnya. Dia mengatakan Antony ditangkap oleh petugas kepolisian kota Little Heaven setelah membunuh salah satu penjahat teror di acara reuni sekolah Redita.
Judy berjalan menghampiri Venda. Mencium dahi wanita itu sejenak kemudian membalik tubuhnya ketika ia yakin bahwa Venda tidak mengetahui dirinya pergi semalam suntuk kembali ke Legiland dengan private jet. Istrinya itu terlihat tidur dengan sangat lelap saat ini.
Baru saja berbalik arah melangkah, Venda membuka matanya. Degan sigap menarik lengan Judy hingga sang suami menengok kepadanya.
"Dari mana kamu?" tanya Venda menatap tajam wajah Judy.
Judy membalik badannya menghampiri Venda, duduk di tepi ranjang. Wanita itu lalu menarik tubuhnya bersandar pada dipan ranjang. Judy membalas tatapan mata Venda dengan lembut.
"Semalam aku kembali ke Little Heaven."
"Untuk apa?" tanya Venda masih berselimutkan bedcover. Dia melipat kedua lengannya di atas dada. Wajahnya merengut ke arah Judy.
"Membebaskan Antony dari kantor polisi."
"Bodyguard adikmu itu?"
"Iya. Saat ini aku sangat mengkhawatirkan adikku, Ven. Musuh Ayah sedang gencar-gencarnya mencari celah untuk menyerang keluargaku. Jika Antony tidak ada, aku tidak tahu harus percaya kepada siapa lagi. Kamu sendiri tahu kalau di sekitar kita banyak serigala berbulu domba," jelas Judy memberikan pengertian kepada istrinya.
Venda mendengkus pelan. Mereka sedang berbulan madu, seharusnya hal-hal seperti ini tidak mengganggu acara mereka. Setidaknya itu menurut Venda.
"Kamu tahu, Sayang. Kita sedang berbulan madu. Seharusnya kamu serahkan masalah itu kepada ayahmu. Sungguh aku tidak suka jika acaraku diganggu," balas Venda. Matanya mengarah ke lain arah.
"Lalu kamu sedang marah kepadaku sekarang?" Judy bangkit dari duduknya. Menatap dingin wajah istrinya yang cantik itu.
"Hei, mengapa jadi kamu yang marah? Seharusnya adikmu itu sudah menikah. Umurnya sudah dua puluh tujuh tahun. Dia sudah dewasa dan seharusnya sudah menikah jadi tidak bergantung terus pada kakaknya yang sudah menikah," protes Venda panjang lebar.
"Ppffftt ...." Judy menahan tawa hingga membuat Venda memukul bahunya gemas. Judy pun hanya bisa berpura-pura kesakitan karenanya. Dia tidak ingin memperpanjang perdebatan ini. Baginya Venda dan Redita sama-sama penting dalam hidupnya.
"Kamu sengaja ya, Sayang?" Venda menyadari Judy sedang menahannya untuk tidak emosi.
"Aku tidak suka melihatmu marah-marah." Judy tersenyum. Wajahnya mendekat ke arah Venda, hampir mencium istrinya itu, tapi tiba-tiba saja harus terhenti karena mendengar suara dering yang berasal dari ponselnya.
"Mengganggu saja!" dengkusnya sambil menarik dirinya menjauh dari wajah Venda. Venda sontak merengut ketika Judy tidak jadi menerkamnya kembali.
Judy meraih ponsel dari balik mantelnya. Nama sang Ayah tertera di sana dan dua pun segera mengangkat teleponnya
"Ya, Ayah."
"Siapa yang suruh kamu untuk mengeluarkan Antony dari kantor polisi?!" Tanpa basa-basi Merlin langsung menyerangnya dengan pertanyaan mengenai pengawal adiknya itu.
"Aku yang berinisiatif, Yah," jawab Judy.
"Sudah Ayah katakan padamu untuk fokus pada bulan madumu. Jika Venda kecewa karena kamu masih ikut campur masalah Ayah selama kalian pergi berbulan madu, kamu akan mempermalukan Ayahmu, Judy. Venda akan mengadu pada Ayahnya dan bukan tidak mungkin, Ayah yang sudah tua ini akan mempunyai musuh lagi," marah Merlin.
"Ayah-Ayah .... Tenanglah! Aku dan Venda tidak ada masalah seperti itu. Kami saling mengerti. Aku hanya khawatir akan keselamatan Dita. Jika tidak ada Antony, siapa yang bisa melindungi dia, Yah?"
Merlin tidak menjawab pertanyaan Judy. Perkataan Judy memang ada benarnya. Antony satu-satunya mafia yang bisa diandalkan untuk melindungi putri satu-satunya itu.
"Baiklah, Ayah mengerti. Kamu harus berusaha dengan sekuat tenaga. Ayah ingin cepat-cepat menimang cucu. Jangan biarkan kami menunggu lama," sahut Merlin dengan nada suara merendah. Sangat berbeda dengan nada suaranya yang tadi marah.
"Doakan saja secepatnya, Yah."
"Ayah selalu berdoa untuk kalian, anak-anak Ayah," sahut Merlin kemudian menutup teleponnya.
Judy menggeleng pelan kemudian menoleh ke belakang. Venda sudah tidak ada di sana, padahal ia masih ingin melanjutkan permainannya tadi. Wanita itu keburu kesal karena Judy mengabaikannya. Hanya terdengar suara gemericik air dari dalam kamar mandi. Sebuah ide nakal muncul dalam benak pria itu. Dia segera menyusul Venda yang sedang mandi. Ya, dia ingin mandi berdua dengan istrinya ala romantisme pengantin baru.
"Ven! Venda!" panggil Judy.
Tidak ada jawaban sama sekali. Namun, Judy tetap masuk ke dalam kamar mandi yang sengaja tidak dikunci oleh Venda.
Tubuh kekar itu lalu memeluk Venda dari belakang dan berbisik pelan, "Mengapa kamu masuk lebih dulu ke kamar mandi? Aku pun ingin ikut denganmu, Sayang."
Venda tidak juga menjawab. Membiarkan Judy memeluk tubuhnya yang tinggi semampai. Wanita itu tiba-tiba tersenyum kecil. Tanpa aba-aba, tangannya menyikut kuat perut Judy hingga pria itu kesakitan.
"Sayang, mengapa kamu menyikutku?" tanyanya dengan raut wajah menahan sakit.
Venda menjawab dengan gemas, "Rasakan akibatnya karena kamu mengabaikanku, Sayang!"
Judy terkekeh mendengar perkataan Venda. Menyadari bila yang ia nikahi adalah putri dari seorang mafia. Tentu didikannya pun tidak jauh dari dirinya. Sedikit-sedikit memakai kekerasan untuk memberikan pelajaran. Judy harus terbiasa dengan hal itu. Namun dia sangat mencintai Venda, begitupun sebaliknya Venda yang sangat mencintai Judy.
***
Antony terduduk di tepi tempat tidur dengan tangan meremas sebuah kertas. Surat dari sang kekasih yang belum lama ini memutuskan hubungan dengannya. Isinya memberitahukan kalau ia telah menikah dengan seorang bangsawan kaya raya dan Antony tidak perlu berharap lagi padanya.
Gumpalan kertas yang baru saja ia remas segera dilemparnya hingga masuk tepat ke dalam tempat sampah. Hatinya sudah lama kecewa dengan Rachel yang memutuskannya secara sepihak. Namun, baru hari ini Antony sanggup membuang surat putus sepihak dari Rachel itu.
Jam dinding di kamarnya menunjukkan pukul empat pagi. Sejak pulang dari kantor polisi dia tidak tidur sama sekali. Sangat lelah tapi matanya tidak juga terpejam. Pria itu membuka jasnya dan menggantungnya di gantungan pojok kamar. Dia lalu mulai menanggalkan satu per satu pakaiannya dan masuk ke dalam kamar mandi.
Antony mencukur bulu-bulu halus yang tumbuh di janggutnya. Dia memangkasnya hingga tidak bersisa. Membuat wajahnya berumur lebih muda sekitar lima tahun yang lalu. Bayangan wajah tampan itu terpantul di cermin. Memandang lurus pada wajah aslinya dengan berani.
"Antony, kamu manusia paling tangguh. Wanita hanya makhluk yang dapat melemahkan urat-urat syarafmu. Bahkan Rachel yang katanya sangat mencintaimu, dia pun mendua dan memilih pria lain menjadi pendampingnya. Sabar Antony ... sabar ...," ucap pria itu di dalam hati.