"Bu, aku pamit ke kamar dulu ya, aku mau istirahat"
"Iya Dayana, silahkan. Selamat beristirahat ya sayang"
"Terima kasih Bu" seru Dayana antusias dan langsung masuk ke dan dalam kamar.
Dayana langsung merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur, Dayana langsung menitikan air matanya. Ia tidak menyangka jika Ben akan seperti padanya, ia tidak mungkin menggugurkan janin yang telah di kandungnya.
Namun ia tidak mungkin melakukanya karena janin yang ada dalam kandungannya tidak bersalah. Tak lama kemudian ponsel Dayana berdering, di lihatnya nama Sean yang tertera di layar ponsel.
Dayana menyeka airmatanya dan langsung menjawab telepon Sean, Dayana coba mengatur suaranya agar tidak serak. Karena ia tidak mau Sean tau jika dirinya baru saja menangis.
"Halo Sean"
"Halo Dayana, gimana apa kamu sudah pergi ke dokter kandungan?" tanya Sean antusias.
"Sudah, ini aku baru saja tiba di rumah"
"Oh ya, bagaimana hasilnya?"
