"Aku tidak memaksa kamu untuk menikahi aku. Tapi aku mohon tarik ucapan kamu kalau aku ini bukan pembawa sial" sergah Emma terisak.
Tiba-tiba lamunan Mahesa buyar, ia tidak menyangka jika semua perkataan Emma selalu terngiang di telinganya. Apalagi semenjak kedua orang tuanya selalu memberi penekanan padanya, hidupnya bagaikan tidak bisa bernafas.
"Apa yang sedang anda pikirkan tuan?" tanya Sabrina lirih dan hal itu membuat Mahesa sedikit tersentak kaget.
Mahesa menghela nafas. "Waktu ku tersisa 25 hari menjadi lajang dan aku benci itu karena semakin hari, hari pernikahan semakin dekat"
Sabrina menyilangkan kedua tangannya di dada. "Semua itu adalah keputusan sulit, ketika anda di hadapkan pada pilihan yang sulit antara kehilangan warisan atau menikahi pilihan keluarga. Semoga hari mu menyenangkan tuan, karena aku tidak tau harus memberikan masukkan seperti apa" gumam Sabrina frustrasi.