=Author POV=
Arlan yang setengah sadar dengan tubuh yang sangat lemah, mencari-cari kunci pintu mobil dan membukanya. Mobil itu terbakar tepat setelah dirinya keluar dan tergeletak di atas aspal dengan sangat lemah.
Pandangannya benar-benar kabur, namun dia masih berusaha untuk bangkit dan berjalan menuju Gedung Kuning yang tak jauh lagi.
Langkah gontainya membuatnya mengumpat dan memaki dirinya sendiri. Ini lebih parah dari sebelumnya. Arlan mengepalkan kedua tangannya saat melanjutkan berjalan, dia harus mengumpulkan kekuatan untuk setidaknya menghentikan ritual putra presiden.
Awan hitam mulai menutupi sebagian wilayah TImur dan perbatasan. Suasana yang masih mencekam akibat pembakaran rumah dan bangunan lainnya di Distrik ditambah dengan keadaan langit yang semakin gelap, sungguh keadaan yang tidak nyaman bagi siapa saja yang berada di tempat itu.