Chereads / DISTRIK 25 : Sebuah Mimpi Buruk / Chapter 6 - Tidak Ada Masalah

Chapter 6 - Tidak Ada Masalah

Bangunan yang megah, halaman yang sangat luas, banyak penjaga di setiap penjuru, taman yang indah, seorang pria tampan bermain gitar. Bayangan mengenai hal itu masih melekat di kepalaku, terlebih setelah kami bertemu dengan para pasukan Hijau lalu suara kedakan dari dalam hutan. Semuanya menjadi sedikit membingungkan. Tidak ada bangunan lain di area Gedung Kuning, bahkan tempat parker mobil pun tidak ada, mereka lebih memilih memanaskan mobil-mobil itu.

"Ritual ilmu gelap? Apa itu mungkin?" Gumamku sambil mengeringkan rambut yang baru selesai ku cuci, "Apa Mereka benar-benar melakukan itu dan menyembunyikannya dengan sangat rapat? Ataukah hanya para warga yang membesar-besarkan berita sehingga rumor semakin berkembang dan membuat seluruh orang merasa takut? Ah ini tidak semudah yang ku kira," Aku mehelap napas panjang lalu meminum susu hangat yang tadi ku buat.

Aku kembali teringat dengan Ketua pasukan Hijau yang menawariku untuk bergabung dengannya, "Aku akan kembali untuk meminta jawabanmu setelah 7 hari jadi tolong pikirkan keputusanmu dengan baik".

"Ah tunggu, apa ini sudah 7 hari sejak hari itu?" Aku berusaha untuk mengingat hari, tetapi aku benar-benar lupa. Aku hanya berharap kalau besok aku tidak akan bertemu dengannya, aku juga telah berencana untuk tidak ke kebun besok dan hanya mengurus rumah.

Dari sekian banyak hal yang ku lalui hari ini, pria bergitar adalah satu-satunya hal yang ketika mengingatnya membuatku merasa nyaman. Dia benar-benar indah untuk dipandang, aku yakin suaranya pun indah untuk di dengarkan. Tapi, hingga detik ini suara Ge masih yang terbaik di telingaku.

"Ami, seseorang ingin menemuimu" Laya membangunku dari tidurku yang sangat nyaman. Aku masih belum ingin untuk bangun, tubuhku masih sangat merindukan tempat tidur.

"Ami!"

"hahh Apakah harus sepagi ini dia menemuiku?!" Aku meneriaki adikku yang masih terus menggoyangkan tubuhku, Apa dia piker menjadi pasukan seperti itu adalah keputusan yang mudah?"

"Kamu bicara dengan siapa?" Tanya Laya masih memandangi wajah mengantukku. Arrgghh..! aku membenci pria itu.

"Selamat pagi, aku minta maaf belum bisa memberimu jawaban hari ini. Jika berkenan, aku akan menemui anda besok," Aku sangat tidak ingin melihat wajah pria itu, aku tidak ingin pagiku menjadi berantakan karena perasaan kesal terhadapnya.

"Apa kamu sangat kelelahan setelah bersama dengannya seharian sehingga tidak ingin menjawab pertanyaan-pertanyaanku?"

"Maaf?" Aku, kenapa suara pria itu menjadi sangat lembut?

"Lila?" Mataku terbuka dengan sangat lebar dan tidak lagi merasakan ngantuk, "Kenapa berubah menjadi dirimu?" Tanyaku yang terheran-heran dengan situasiku sendiri.

"Iya aku, memangnya siapa lagi yang akan menemuimu setelah kekasihnya di culik?"

"Hah di culik? Maksudmu, Ge diculik? Apa dia sekarang menjadi tahanan pasukan Hijau?"

"Pasukan Hijau apa? Kamu kan yang sudah menculiknya kemarin? Katakana kepadaku, kemana kalian pergi dan apa yang kalian lakukan hingga pulang larut malam?" Perempuan berambut ikal itu wajahnya memerah dan nada suaranya pun membuat telingaku sangat terganggu.

Aku terdiam sejenak lalu mehela napas panjang, "Ah aku perlu mengumpulkan seluruh nyawaku sebelum menjelaskan semuanya," Ku pandangi wajah kekasih Ge itu dengan cermat, dia benar-benar telah mengganggu pagiku.

Aku mempersilahkannya untuk duduk terlebih dahulu lalu membiarkannya menanyakan dan mengatakan apapun yang ingin dia katakana padaku.

"Kami banyak melakukan hal yang sangat melelahkan tetapi juga sangat menyenangkan," Ujarku membuat Lila lengsung mengernyitkan dahi. Aku langsung menceritakan semuanya kepada Lila, mengenai dagang di pasar hingga berjalan dan tersesat hingga ke Gedung Kuning, walau aku sedikit berbohong mengenai tujuan kami ke Gedung Kenegaraan itu.

"Kami harus berjalan untuk menemukan tumpangan dan itu sangat melelahkan, di pertengahan jalan pun sempat turun hujan membuat kami harus berteduh hingga kami pulang larut malam," Kataku menjelaskan semuanya, "Ku kira dia sudah memberitahumu."

"Aku tidak pernah percaya dengannya, dia selalu mengatakan kebohongan padaku,"

"Dia pembohong?"

"Dia selalu mengatakan kalau dia sibuk padahal dia bersamamu di kebun saling mengobrol,"

"Oh itu," Aku tidak tahu harus menjawab apa karena sebenarnya Ge memanglah sibuk, tetapi karena kebun kami berdekatan kami sering kali saling mengobrol.

"Aku tau kalian berteman sejak lama, orang tua kalian pun dekat, kebun kalian bersebelahan. Tapi aku tidak suka jika kalian sering bersama,"

"Apa aku harus menjauhinya?" Tanyaku, "Kamu ingin aku dan dia berhenti berteman? Apa begitu?"

Lila tidak menjawab, dia hanya diam sambil memandangiku tak suka.

"Apa kamu tau, kami berteman bahkan jauh sebelum dia mengenalmu. Apa menurutmu dia akan baik-baik saja jika harus memutus hubungan pertemanan dengan teman sejak balita? Apa itu akan membuatmu merasa lebih baik? Apa menurutmu dia akan senang dengan sikapmu itu? Lila, dengar ya. Kamu kekasihnya, aku sangat mengerti jika kamu seperti ini (cemburu), tapi sudahkah kamu mengerti dengan dia? Dia tidak senang jika ada yang memberinya perhatian lebih, dia tidak akan nyaman dengan itu. Dia menyukaimu, dia menyukai waktu berharga denganmu, tapi itu tidak berarti dia menyukai semua yang ada pada dirimu. Kamu tidak bisa memaksanya untuk bersikap seperti yang kamu mau, karena dia pun memiliki hal lain yang ingin dia lakukan. Jika kamu percaya dengannya, maka dia akan menjadi sangat serius berhubungan denganmu, tetapi jika kamu terlalu curiga dengannya maka aku dapat memastikan kalau hubungan kalian tidak akan lama karena dia tidak mau serius dengan hal yang tidak membuatnya nyaman,"

Lila terdiam, dia hanya memandangiku dengan mata yang mulai merah. Sebenarnya aku tidak ingin ikut campur ddengan urusan mereka berdua, tetapi ini benar-benar membuatku marah.

"Kamu tidak perlu khawatir denganku, sejak awal Ge tidak pernah menganggapku sebagai perempuan jadi dia tidak akan jatuh cinta denganku,"

"Bagaimana denganmu?" Tanya Lila.

"Dia adalah kakak laki-lakiku, seorang adik tidak mungkin mencintai kakaknya sendiri," Sahutku dengan senyum tipis.

Lila adalah perempuan yang sedikit lebih tua dariku tetapi dia memiliki sikap dan kepribadian yang masih sangat muda atau lebih tepatnya kekanakan. Hubungan mereka sudah hamper setahun dan dia sudah lebih dari sepuluh kali menhampiri dan memarahiku mengenai hubungan pertemanan kami, sangat menyebalkan. Ge sama sekali tidak pernah bercerita tentang Lila denganku, aku tau dia pria yang selalu menepati janji dan tidak suka mempermainkan hati seorang perempuan. Aku hanya tidak habis pikir dengan Lila yang selalu membuatku pusing dengan ocehannya.

Secara pribadi, aku tidak memiliki masalah dengan perempuan berambut panjang itu. Dia sebenarnya orang yang sangat baik, namun sikapnya yang membatasi ruang gerak Ge sering membuatku merasa tidak nyaman karena aku termasuk orang yang sering bersama dengan kekasihnya itu. Sam, yang merupakan sepupu Ge pun sering mendapat masalah dengan Lila karena sering mengajak Ge pergi hingga larut.

Dari sekilas yang ku baca dari situasi antara sepasang kekasih itu, Ge selalu bersikap santai dan biasa saja seolah tidak pernah ada masalah dengan hubungan mereka sehingga orang di sekitar tidak pernah tau kalau dia sering bertengkar dengan Lila.

***