=Ami POV=
"Kurasa, Topan lah yang terbaik," ujarku agak iseng. Hanya ingin mengetahui dari respin Dann.
"Dia bahkan beberapa kali hampir ketahuan. Dia sangat buruk dan sangat membuatku kesal. Jika saja dia tidak memiliki hal penting dari tuan Hadiyaksa, aku sudah melenyapkannya. Aku terlalu muak berperan sebagai bayangannya selama ini." Dann kesal.
Aku dapat merasakan jantungku berdetak kencang. Aku baru saja mendengar Dann mengakui kejahatannya.
"Apa yang kamu selalu lakukan untuknya?" tanyaku, penuh harap ada pihak elit yang mendnegarkannya sehingga dapat memiliki bukti kuat untuk menghukum ajudan tuan Presiden ini. Tidak heran jika dia bersikap kasar pada Kakekku.