=Ami POV=
"Hey Anthony, dengarkan aku. Semua mimpimu itu sungguh keren, kurasa tidak semua bocah akan memimpikan hal semacam itu. Tapi kamu juga perlu tahu kalau mimpi hanyalah bunga tidur. Itu mungkin saja akan terjadi, tapi kemungkinan yang lebih besar adalah itu hanya buah dari pikiran dan hayalanmu. Aku mempercayaimu, sungguh. Tapi tolong jangan terlalu memikirkan itu, karena itu tidak akan baik." Aku berusaha bersikap manis dengan bocah polos itu.
"Tapi aku bertemu denganmu. Aku mengingat bekas lebam di matamu itu, Bibi." Dia menatapku lekat.
"Kamu tahu, aku juga pernah melihatmu dalam mimpiku. Sedikit mirip dengan kisahmu, hanya saja kita tidak bertarung. Kita menjadi teman baik san saling membantu. Aku tidak begitu yakin jika itu dirimu karena wajahmu samar, namun aku dapat merasakan kebaikannya pada dirimu."
"Apa itu sungguh aku?"
"Tidak tahu. Karena seperti yang tadi kubilang, mimpi adalah bunga tidur."
Anthony bergeming.