Chereads / Sebening Cinta Dari Anwa / Chapter 7 - chapter 6

Chapter 7 - chapter 6

"Eh Ziko ngapain dek disini?" Tiba-tiba Ziko datang ke kamar Risa, "Ziko mau ambil mobilan di sofa itu," ucap Ziko menunju ke arah sofa. "Ya udah kak Risa, aku tidur duluan ya" pamit Anwa yang langsung beranjak meninggalkan adik dan kakaknya.

Anwa duduk berdiam diri di balkon kamarnya, hanya kicauan burung, segelas teh hangat, disertai cahaya cahaya yang masuk lewat celah-celah fentilasinya. Hari ini cuaca tidak seperti biasanya, udara dingin dan angin berhembus menebus kulit gadis cantik itu. Anwa hanya termenung disana, memikirkan kehidupan, cinta dan cita-cita yang menurutnya terasa tidak seimbang.

Anwa berangkat kerumah sakit, ditemani rintik-rintik hujan yang perlahan menyentuh tubuhnya. Cuaca semakin gelap, langit tak begitu biru hari ini. Namun semangatnya untuk terus bekerja tak pernah padam dihatinya.

"Wa, ngapain lo disini?" Tiba-tiba Ika datang dihadapan Anwa. "Ini baju aku kotor tadi kecipratan mobil pas sampe gerbang," ucap Anwa yang masih sibuk membersihkan ujung bajunya.

"Eh Wa, lo mau tau gak kemaren itu ya gue pas ke kafe ngeliat profesor Dimas jalan sama cewek, bener-bener deh Wa, ceweknya itu bening banget" ucap Ika disela-sela perjalanan menuju ruang kerjanya. Sedikit ada rasa sedikit nyeri di ulu hatinya, namu Anwa harus bersikap tidak ada apa-apa. "Wa... Wa... Anwa!!!" Ucap Ika yang melihat Anwa langsung melamun seketika Anwa terkejut dengan suara Ika. "Eh a-apa iya lah mana mungkin profesor milih yang gak bening liat aja dia aja bening kok" Anwa langsung melanjutkan

kalimatnya. "Ya udah deh Wa, gue duluan ya daaaa," ucap Ika berjalan meninggalkan Anwa.

Hari ini Anwa harus menyerahkan sedikit berkas ke Profesor Dimas itu membuat hatinya tidak sinkron. " Inget Wa, inget tujuan kamu Anwa" pekik Anwa dalam hati.

Anwa sampai di depan pintu dengan plang kecil tertulis Prof.Dimas Wijaya hati nya semakin dag dig dug. Ia membuka pintu itu. "Permis prof boleh saya masuk?" Ucap Anwa sambil menundukkan pandangannya. "Silahkan dokter Anwa," ucap Dimas meletakan penanya. Bruk!!!! "Hati-hati dokter!" Ucap dokter Dimas melindung Anwa dari patung anatomi yang hampir saja jatuh mengenainya, Anwa merasa deg degkan bukan karena patung yang jatuh tapi sekarang ia dapat mencium bau parfum milik pria yang ia kagumi minggu-minggu ini. Dimas melapangkan Anwa dari lengannya "Untung saja dokter tidak apa-apa" ucap Dimas, "Tidak sama sekali terimakasih prof," ucap Anwa, ia masih saja memegang dahinya yang memerah. Setelah menyerahkan beberapa lembar berkas Anwa pergi dari ruangan profesor Dimas.

"Eh dahi Lo kenapa Wa kok merah?" Tanya Ika dengan rasa penasaran, "Iya tadi hampir aja ke jatuhan patung Anatomi di ruangan Profesor Dimas. "Duh Wa ati-ati dong liat nih jadi merah gitu." Ucap Ika, "engga papa Ika, aku gak papa kok" ucap Anwa meyakinkan Ika.

"Udah yuk makan Ka, perut aku udh bunyik nih," ucap Anwa sambil memegang perutnya. Meraka langsung pergi ke kantin untuk makan siang. sejak dimeja makan Anwa masih saja membayang kan apa yang terjadi padanya satu jam yang lalu, "ah sungguh itu kebayang terus di ingatanku," pekik Anwa dalam hati.

***

Perjalan pulang begitu padat, membuat gadis itu harus bersabar, kali ini dia tidak langsung pulang kerumahnya, Anwa harus pergi ke perpustakaan kota. Ia akan membeli beberapa buku ilmu kedokteran, Anwa juga gadis yang senang membaca buku. Sudah lama sekali ia tidak ketmmpat yang biasanya sepulang sekolah SMA dulu, perpustakaan adalah tujuan utamanya, terakhir ia kesana membeli buku detik-detik UN dan sukses SNMPTN.

Taxi yang dinaiki Anwa berhenti, didepan gedung bernuansa merah muda. Ia turun dari tadi dan membayarnya. Anwa langsung berjalan menuju gedung itu menyusuri setiap sudut-sudut sumber ilmu itu. Anwa melihat buku disana tidak ada yang berubah penataannya masih rapi dan bersih, hanya saja yang membedakan banyak buku-buku baru tertata disana. Setalah beberapa membaca buku ia melihat pria wajahnya sudah tak asing baginya Anwa, mendekati pria itu dengan hati-hati, "Assalamualaikum, Pak tentara ehemm," ucap Anwa dengan lirih. Pria itu langsung membalikan badannya. "Masya Allah, dokter Anwa waalaikumsalam, sedang apa disini?" tanya pria itu yang tak Lain adalah Kanso. "Mau beli buku nih," ucap Anwa sambil memperlihatkan buku-buku yang dipegangnya.

"Allah mempertemukan kita dengan cara yang tidak diduga ya dokter," ucap Kanso, Meraka sambil berjalan melewati sudut-sudut buku.

" liya nih pak, ngomong-ngomong, bapak kesini ngapain?" Tanya Anwa sambil berhenti disalah satu tak buku.

"Oh ini dok, kebetulan kakak saya mau beli buku, itu wanita yang disana dok" ucap Kanso sambil menunjukan wanita berambut panjang itu.

"Wah masih cantik ya kakaknya," ucap Anwa memuji. "Eh iya kita hanya beda dua tahun dok," ucap Kanso pada Anwa, "Pantesan saja." ucap Anwa.

"Eh iya kok canggung gitu yang manggil nya pake pak, padahal kan saya masih muda dok, panggil Kanso saja kita hanya beda satu tahun," ucap Kanso sembari menggaruk pinggir kelapanya yang tak gatal.

"Kalo begitu bapak panggil saya Anwa bagaimana?" Ucap Anwa menawarkan. "Siap nona Anwa" sergah Kanso dengan cepat. Anwa terkekeha melihat Kanso, memanggilnya dengan sebutan nona.

" Ya baik mas Kanso," Anwa membalas dengan senyuman, lalu beranjak mendahului Kanso.

"Ya Tuhan, semenjak kau pertemukan aku dengannya rasa ini selalu ada, rasa ini selalu datang, aku hanya berharap wanita itu bisa menjadi Bagain dari hatiku," ucap Kanso dalam hati sembari melihat punggung gadis cantik yang membentuk segitiga jilbabnya.

"Hey tunggu Anwa," ucap Kanso berlari kecil menghampiri Anwa yang menuju kasir pembayaran. Anwa pun menghentikan langkahnya, ia membalikan badannya.

"Nomor telfon kamu," Ucap Kanso sambil memberikan Handphonenya ke Anwa, memberi isyarat agar ia menuliskannya di Handphonenya. Anwa langsung meraih handphone Kanso dan jari lentiknya menekan di layar Handphone milik Konso.

"Ini sudah aku save, senang bertemu dengan mu Kanso," ucap Anwa.

"Terimakasih, setelah tugasku selesai aku kan memberi kabar padamu Anwa, jaga dirimu baik-baik," ucap Kanso meninggalkan Anwa sembari disusul wanita berambut panjang yang tak liat adalah kakaknya. Wanita itu tersenyum pada Anwa.

Aku tidak tau Anwa bisa bertemu denganmu lagi atau tidak. kuharap aku bisa memberimu kabar diwaktu dekat ini. jujur pertemuan hari ini membuatku terus berusaha untuk mengejarmu anwa ~Kanso Bimantara~

Anwa merabahkan tubuhnya disofa kamarnya, ia melurus kan otot-ototnya. Hari ini membuatnya lelah, dan gadis itu mulai memejamkan matanya

Drttt drtttt drtttttt. Baru saja matanya akan tertutup ia meliht handphone nya yang berdering, tak ada namanya di sana ia langsun mengangkat.

"Hallo assalamualaikum, maaf Menggung tidurmu" ucap seseorang dari suara handphone Anwa.

"Waalaikumsalam maaf dengan siapa?" Ucap Anwa.

"Kau bisa mengingatnya kembali bu dokter," ucapnya.

bersambung.....