"Kita ke kedai kopi dulu deh Wa, " ucap Kanso ditengah-tengah keheningan antara dia dan Anwa.
"Boleh," ucap Anwa.
Meraka melanjutkan perjalanan mereka memilih untuk berjalan kaki karena kota ini sangat strategis, dan udara pagi masih begitu segar.
"Mba kopinya dua ya." Ucapa Kanso pada pelayan kafe tersebut.
"Baik mas, mba, silahkan menunggu." Ucap pelayan itu.
"Kamu suka gak tempat ini Wa?" Ucap Kanso, sembari menarik kursi untuk Anwa duduk.
"Terimakasih, Sebenernya aku tidak terlalu suka dikafe si, tapi gak pa-pa kok kan sekali-kali," Ucap Anwa yang duduk bersebrangan dengan Kanso.
"Maaf aku tidak menanyakan lebih dulu tadi, kalo kamu mau pindah, kita pindah yuk sekarang?" Ucap Kanso merasa tak enak dengan Anwa.
"Eh engga usah, disini aja lagi pulakan udh dipesan minumannya Kans. Aku juga suka kopi kok tenang aja aku tau kamu gak enak sama aku hahahha" ucap Anwa mencairkan hati Kanso.
"Bener nih maap banget ya wa, aku gk tau." Ucap Kanso pada Anwa.
Setelah mereka menghabiskan minumannya mereka lanjut untuk pergi nonton film berdua.
"Nonton yang romantis aja deh kayanya." Ucap Anwa pada Kanso.
"Hahahha ternyata bu dokter ini suka yang bucin bucin ya." Ucap Kanso meledek Anwa. Anwa hanya tersenyum karena memang kenyataannya nya begitu. Setelah itu mereka menunggu jam film dimulai.
"Anwa!, apa bener ini kamu?" Tiba-tiba wanita seumurnya dengan rambut tergerai indah lurus, bibir imut, dan buluk mata lentik, gadis itu menghampiri Anwa. Anwa hanya dian dan tak banyak berbicara. Dia terus menatap kosong wajah gadis itu.
"Wa setelah empat tahun akhirnya kita ketemu, Wa gue minta maaf ya, Soal kejadian." Ucap gadis itu terpotong, "Cukup Manda, lupakan yang memang seharusnya dilupakan." Ucap Anwa dengan nada datar, tak tau kenapa suasananya menjadi begini, Kanso yang tak tau apa-apa hanya memandang kejadian didepannya itu.
Anwa terbawa bayangan empat tahun silam, pada saat itu, ia menjadi model bintang ternama pada masanya, ya tak disangka gadis bernama Anwa itu adalah mantan model.
Empat tahun silam
Plak!!. "Tega ya lo wa, bisa-bisanya Lo nikung gue dari Niko, gak nyangka Wa gue," Anwa hanya meringis kesakitan waktu itu.
"Ada apa Manda, kenapa aku salah apa sama kamu?!" Ucapa Anwa sambil memanggang pipinya yang panas terkena tamparan Manda.
"Ini apa Wa, ini Niko kan Wa dan ini elo!" Manda melempar beberapa lembar foto gadis bergaun marun dengan rambut hitam sepinggang membelakangi kamera.
"Sama sekali aku gk tau tantang foto itu Manda!" Namun ucapannya tidak digagas olah Manda, ia memilih pergi dengan sebuah kekecewaan.
Anwa duduk di bawah pohon Pinus satu satunya di taman itu. Ia membayangkan bagaimana bisa Manda mencetuskan bahwa itu dia, Anwa memegang erat dan memandang foto tersebut memang ini mirip dengan ya tapi ini bukan dia.
Dari kejadian itu Anwa memutuskan untuk pergi menempuh pendidikan ke Eropa dan karena sakit hatinya ia, sebelum ia ke Eropa iya, memutuskan untuk mendalami ilmu agama di Kairo.
Setalah dua tahun di Kairo ia langsung memutuskan untuk menggapai cita-cita nya menjadi dokter di Eropa.
Anwa yang jatuh pada lamunan panjang itu meneteskan air mata, ia langsung tersesat sekarang teman yang ada didapannya itu adalah Manda, ia mencari kabar nya untuk meminta maaf.
"Wa maafin gue ya ternyata.." Lagi-lagi ucapan Manda terputus, Anwa langsung memeluknya erat-erat. "Iya manda percayakan lalu itu bukan aku," Manda hanya menggaruk di dekapannya.
"Ini keburukan gue ketemu sama elo, Besok Minggu Lo harus dateng gue mau nikah Wa," ucap Manda menyerahkan undangan berwarna biru. Anwa menganggung iya, "Gue duluan, dan jangan lupa ajak suami lo besok ya," ucap Manda melirik ke arah Kanso yang sendari tadi menyaksikan pertemuan Anwa dan Manda. "Tapi aku belom..." Ucap Anwa terputus "Ya udah gue pulang ya Wa."ucap Manda meningga Anwa.
Kanso yang memberi isyarat masuk untuk menonton film mendapat respon peka dari Anwa.
Keduanya duduk bersama. Anwa menikmati film yang di tontonnya begitupun dengan Kanso. Tak lama dari itu handphone Kanso berdering. Ia mengangkat telfonnya dengan Sura berbisik. Sesekali Anwa memperhatikan Kanso dan Anwa pun kembali pada posisi seperti tadi.
"Wa aku harus pergi," ucap Kanso menatap Anwa.
"Apa harus sekarang, film nya belom habis."Ucap Anwa.
"Lain kali kita berjumpa lagi aku akan keruang mu jika tugas ku usai" ucap Kanso, entah kenapa ada rasa ingin mencengkeram tangannya untuk tidak pergi. Tapi Anwa hanyalah Anwa seseorang yang susah menjelaskan perasaan. Kanso yang melihat Anwa tak tega tapi harus gimana ini adalah tugasnya dan harus melaksanakan.
Anwa menatap kepergian Kanso hingga tak tampak lagi,ditutupu keramaian. Dalam hatinya hanya berharap semoga Anwa bisa melihat pria yang baru dikenalnya itu.
Anwa menuju jalan trotoar, ia mimpilah pergi ke halte bukan untuk mencari kendaraan tapi menenangkan pikiran. Ia bingung dengan perasaannya dan lagi-lagi ia juga harus fokus dengan pekerja, ia juga ingin melanjutkan pendidikan ke Kairo lagi. Tapi tanggung jawabnya lebih besar disini.
Setalah lama berdiam diri di halte ia memutuskan untuk naik tadi online, Sepanjangan perjalanan ia hanya menatap bangun besar yang seolah-olah mengikuti, hidup memang perlu perjuang, hidup adalah teka-teki, hisap ada sebuah keindah yang harus dijaga sebaik harkat yang tak tergu sebuah anugerah yang selalu ada hingga nanti waktu telah tiba.
"Neng sudah sampai," ucap sopir taxi itu pada Anwa. Ternyata Anwa ketiduran saat dijalan ia membuka matanya dan melangkah keluar dari mobilnya.
"Terimakasih ya pak" ucap Anwa tersenyum.
"Eh dek, dari mana kok abis magrib gini baru pulang." Ucap Risa yang membawa tas mini brand keluar baru itu. "Iya tadi abis nonton ini kak heheh" ucap Anwa menyunggingkan senyumnya. "Kakak sendiri mau kemana? Kok udh cantik gitu." Tanya Anwa pada Risa yang sendari tadi merapihkan rambutnya. "Ini kakak mau ketemu kan malem minggu." Kata Risa memamerkan giginya.
"Ya udah kakak ati-ati jangan sadgirl terus ya kak" ucap Anwa meninggalkan Risa yang sedang membuka pintu mobilnya.
"Bener- bener punya cewek satu lagi." Gerutu Risa. "Jangan ngomongin aku dibelakang kak," ucap Anwa yang menunjukkan setengah kepalanya di didapn pintu. "Masuk!" Ucap Risa melirik Anwa.
Risa yang berpakaian elegan kini duduk bersama profesor muda nan tampan itu. Keduanya sangat serasi.
"Sayang besok dua minggu lagi aku mau keruang kamu ya," ucap Dimas sang profesor muda itu.
"Lah kok ceper banget si mas," ucap Risa yang jelas pastinya ia akan dilamar.
"Udah gak sabar aja, nunggu apa lagi si sayang," ucap Dimas meraih tangan Risa. Jantungnya berdetak begitu cepat namun apa boleh buat Risa juga sudah cukup umur untuk menikah dan nunggu apalagi masa iya dia bakal jadi gadis tua.
"Aku bakal nunggu kamu mas dua Minggu kedepan." Ucap Risa.
bersambung....