Tepat pukul 10 pagi aku dan Ita tiba dibandara Soekarno-Hatta , seperti apa yang sudah pesankan mama kepadaku , bahwa seorang sopir pribadi keluarga Hardian akan menjemput kami disana ."Kita tunggu dimana ini , Gya ?" . tanya Ita dengan wajah sedikit kebingungan . Aku mencoba mencari tempat yang dirasa nyaman untuk kami berdua menunggu sopir tersebut. "Disana aja gimana ?". Aku menunjuk sebuah kursi kosong disekitaran tempat terminal kedatangan. "Ayo !" . Ita segera bergegas menuju kursi yang aku tunjuk sebelumnya . Barang bawaan kami tidak begitu banyak tetapi cukup membuat pundak mati rasa jika harus berdiri sembari menunggu. Ada 2 buah ransel yang kami bawa dipundak masing-masing dan satu buah totebag yang juga aku bawa.
Kami duduk bersebelahan di kursi panjang tersebut, Ita langsung mengeluarkan ponselnya dan bermain sosial media sedangkan aku hanya duduk dan memandangi sekeliling mencoba mencari orang yang dimaksud oleh mama. Sebelumnya mama mengirim pesan padaku saat kami tiba di bandara Ahmad Yani-Semarang , bahwa seorang sopir keluarga Hardian yang bernama pak Antok akan menjemput selepas kami tiba dibandara namun sudah 15 menit kami menunggu tak ada satupun tanda-tanda ada seorang sopir mencari kami berdua . Aku mencoba melisik sekeliling berharap menemukan orang yang mama maksud ,namun bukannya mendapatkan seorang sopir diriku justru melihat dari kejauhan ada seorang laki-laki muda dengan badan yang cukup tegap , menggunakan setelan baju turtle neck warna hitam , jaket denim dan celana panjang jeans . Ia nampak mencari seorang ke kanan ke kiri , aku tak dapat melihat jelas wajahnya karena dirinya menggunakan kaca mata hitam . Tak lama setelah aku melihatnya sepertinya lelaki itu menatapku kembali dari kejauhan lalu ia justru memberikan senyum lebar dan melambaikan tangan , melihat hal tersebut aku justru keheranan aku melihat ke kanan dan ke kiriku mencari siapa yang lelaki itu tuju , namun tak satupun aku dapat menemukannya sementara Ita masih sibuk dengan ponselnya . Ia berjalan mendekat ke arahku , ya benar ia masih tersenyum menatapku . Semakin lama jarak kami semakin dekat dan aku bisa mengenali wajah itu . Beberapa langkah lagi ia mendekat ke arahku , kacamata hitam yang sedari dari tadi ia gunakana kini ia lepas dan betapa terkejutnya aku melihat lelaki itu . "Kak Rey !. Aku segera berdiri dari kursi . "Eh , kok kak Rey ?" . Ita melihatku keheranan , dia belum menyadari bahwa yang menjemput kami bukan seorang sopir melainkan anak tunggal keluarga Hardian yang tampan.
"Sini aku bawakan tasnya ?" . Lelaki itu menawarkan bantuan , namun aku hanya terdiam dan menatap Rey untuk beberapa saat . Ita yang baru menyadari kehadiran Rey segera berdiri dan menyapanya . "Hai , kak Rey " . Rey membalasnya dengan senyuman . Aku masih terdiam dan menatap lelaki tampan itu , bisa dibilang aku cukup terpesona kali ini dengan dirinya , entah mengapa hari ini dia terlihat lebih tampan dari biasanya. Ita menyadari hal konyol yang sedang aku lakukan dengan cepat Ita beraksi. "Aawww...!" . aku menjerit kesakitan . Sebuah wedges mendarat di kakiku yang hanya menggunakan sandal . Ya , benar Ita menginjak kakiku agar membuatku tersadar dari hal konyol yang aku baru saja lakukan . Aku menatap Ita kesal , namun dirinya justru memberi senyuman dan mengalihkan perhatian . "Mari kak Rey !" . Sembari memberi tasnya dan juga melepaskan tas ranselku dari pungguku untuk di berikan kepada kak Rey. Smentara itu Rey Hardian hanya tersenyum melihat tingkah kami berdua. Rey langsung membawa tas kami yang sudah di serahkan Ita . Satu tas ransel berada di punggungnya , satu tas lain berada di tangan kanannya dan satu buah totebag berada di tangan kirinya . "Ayo ikut aku!" . Ia bergegas menunjukkan jalan untuk kami berdua. Aku dan Ita berjalan dibelakang Rey seperti dua ekor anak bebek yang mengikuti induknya . Aku masih merasa kesal dengan Ita dan ku lemparkan sebuah tatapan sinis terhadapnya.Perempuan itu justru membalas tatapanku dengan tatapan marah . Aku yang masih belum merasa bersalah malah justru kaget dan membuka sedikit mulutku . Ita nampak menghempaskan nafas dalam dan memberi sebuah kode dengan bahasa isyarat . Dirinya membuat sebuah kalimat dengan gerakan bibirnya dan dibantu dengan jari untuk menjelaskannya . Aku mencoba menerka kalimatnya itu jika aku tak salah menangkap ia berkata "JANGAN BERTINGKAH KONYOL , AKU MENGAWASIMU !" . Seperti itulah kiranya Ita memberi bahasa isyarat dengan gerakan mulutnya .
"Emm... kalian mau makan dulu ?" . tanya Rey pada kami berdua .
"Gak usah kak , aku masih kenyang" . Aku menjawab cepat , namun sepertinya aku memberi jawaban yang salah karena tak berselang lama tangan kiri Ita sudah membekap mulutku erat. "Hehe gak usah dengerin dia kak , dia malu ... yuk kita makan , aku udah kelaparan !". Sahut Ita cepat.
Rey terkekeh melihat tingkah dua perempuan dihadapannya . "Okee hbis ini kita makan , sementara itu kalian tunggu disini aku ambil mobil dulu !". lelaki itu berjalan menjauh menuju tempat parkir . Tangan Ita masih membekap mulutku , aku yang merasa kesal langsung menarik tangan tersebut . "Apa-apan ini ?" . Ita justru malah tertawa dan membuat gerakan dua jari . "Peace , soalnya aku lapar .... hehehe". Mendengar jawaban sahabat tersebut aku langsung menghempaskan nafas dalam . Tak berselang lama ada sebuah mobil BMW hitam membunyikan klaksonnya . "Ayo !" . Ajak Rey Hardian . Melihat hal tersebut aku langsung menuju mobil itu dengan cepat aku menggapai pintu belakang mobil , namun lagi-lagi Ita menghalangiku dengan menahan tanganku yang hendak membuka pintu tersebut. Aku mengerutkan kening ke arahnya , namun sekali lagi ia hanya memberikan isyarat dengan gerakan kepalanya . Ita mengangkat dagunya seperti menunjuk ke arah pintu depan mobil, aku menggeleng cepat karena aku tau sepertinya ia menyuruhku untuk duduk di depan bersama Rey . Ita seperti tak kehilangan akal , ia justru malah berteriak ."Kak Rey , Gya mau duduk didepan ,ya !". Rey Hardian yang melihat kami dari jendela mobil menjawab singkat teriakan Ita tadi . "Oke" . Hal tersebut membuatku mau tidak mau duduk di depan .
Aku merasa sedikit canggung atau mungkin bisa aku katakan kalau gugup . Berkali-kali aku mencoba untuk tenang dengan menghempaskan nafas . Sungguh aku tak dapat menatap lelaki tampan disampingku ini , atau mungkin bukan rasa canggung maupun gugup yang aku rasa , sepertinya aku pikir lebih merasa malu mengingat hal konyol yang aku lakukan padanya saat dirinya bertemu denganku di bandara tadi. Rasanya bukan kepayang , sepertinya wajahku mulai memerah dan satu hal yang aku harap semoga seorang Rey Hardian tidak menyadari gelagat anehku ini .
"Kamu kenapa , dek ?". Seketikaa mataku membelalak mendengar ucapan lelaki yang sedang menyetir disampingku itu. Aku mencoba menenangkan diri sebelum menoleh ke arah Rey . Sedikit senyum yang terkesan dipaksakan aku berikan kepadanya dan dengan perlahan menjawab pertanyaannya . "Aku gapapa kok ... hehe.." . Dengar aneh sepertinya jawaban yang aku berikan . Tanpa aku sadari saat aku melihat kaca spion menatap ke arah belakang ternyata ku dapati bahwa Ita sedang tersenyum melihat diriku yang salah tingkah berada di samping seorang Rey Hardian . Aku merasa kesal melihat tingkahnya tersebut . Ku gerakkan keatas dan menunjukannya kebelakang dari sela-sela kursi mobil. Bukannya diam Ita justru kegirangan melihat kepalan tangan tersebut dan tertawa semakin keras .
"kalian kenapa ?" . Tanya Rey penasaran. Aku yang semakin panik mencoba mengambil alih situasi dengan pertanyaan lain yang justru membuat suasa lebih menguntungkan Ita untuk mengejekku . "Kak , aku lapar !" .
"Katanya gak mau tadi, hahaha...." . Ita mengejekku
Lelaki itu menoleh ke arahku , Ia tersenyum dan dengan tangan kirinya dirinya mengacak lembut rambutku . "Kamu nih ... gemesin !" .
Ita tertawa kencang . "Wahh... ada yang bentar lagi meleleh nih !"
Wajahku semakin memerah , sepertinya aku sudah menjadi kepiting rebus kali ini . Aku terpaksa memilih untuk diam dan menunduk untuk bermain ponsel sembari menunggu warna merah ini mereda . Perjalanan dari bandara menuju tempat makan yang Rey kehendaki sepertinya cukup jauh . Aku hanya dapat berharap bisa lepas dari situasi yang memalukan ini secepatnya kali ini .
***
Kami bertiga sampai di sebuah tempat makan yang menyediakan makanan jepang. Tempat makan tersebut tidak terlalu mewah tetapi terkesan sangat nyaman . Rey mengajak kami bertiga untuk masuk dan ternyata dirinya telah memesan tempat .
"Sekarang kita pesan aja , oh iya kamu pesen yang ini trus ini , sama ini karena basenya ada yang pake udang , Gya !" . Sembari menunjuk bebrapa menu di buku menu .Rey benar-benar telah mempersiapkan segalanya bahkan dia sudah mengetahui apa saja bahan dasar dari setiap makanan ini . Rey sepertinya tak mau kejadian itu terulang . Ya ! kejadian saat aku terpaksa dibawa ke rumah sakit oleh Rama akibat kesalahan Dito yang ceroboh meme san makanan yang dimana saus dari makanan tersebut mengandung udang . "Jangan sampai alergi kamu kambuh ,oke ?" . Lelaki itu sangat hangat dan sangat terasa bagaimana perlakuannya terhadapku tetapi aku merasa ini merupakan beban . Sebelumnya Rey pernah menyatakan perasaannya lewat surat yang ia tinggalkan didepan rumahku di Surabaya . Surat tersebut didampingi dengan sebuah hadiah . Dari surat tersebut aku baru menyadari bahwa perasaan Rey yang ku anggap kakak itu kini berganti menjadi rasa cinta kepada wanitanya , ditambah lagi surat itu juga menandakan salam perpisahan dimana dia harus pergi berdinas di kota Lampung . Aku merasa ini tidak benar , masalah sedang menimpaku bahkan pernikahanku harus diundur dan Rey justru malah memperlihatkan rasa sayangnya yang berlebihan seperti ini.
"Ehemm ehemm ada aku disini ... hello " . Sela Ita
"Oh iya terserah kamu mau pesen apa aja boleh kok , Ta !" . Jawabku cepat agar Ita tak dapat menyela percakapanku dengan ejekan yang membuatku akan memerah seperti kepiting rebus lagi .
Rey Hardian tersenyum mendengar ucapanku yang terdengar kesal terhadap Ita , Matanya mentapku hangat dan hal itu membuatnya terlihat sangat tulus. Sembari menunggu makanan dihidangkan dimeja kami , beberapa pertanyaan Ita lontarkan terkait bagaimana sosok dari Arlindita Prameswari yang tak lain mantan pacar dari almarhum Dito Nasution .
Ita : "Kak boleh aku menanyakan sesuatu ?"
Rey : "Silahkan "
Ita : "Sebenernya seperti apa sosok Arlin sebelum dia depresi"
Rey :"Emm Arlin ya ?"
Sementara aku hanya terdiam dan menatap kedua orang itu membicarakan Arlindita Prameswari dihadapanku.
Rey : "Arlin sebenarnya merupakan perempuan yang cantik , ramah , bahkan humble tapi karena dia ramah banyak laki-laki yang ingin dekat dengannya meskipun mereka tau jika Arlin sudah memiliki pacar Dito ...Arlin juga tak pernah menolak keberadaan semua lelaki itu sehingga tak jarang kalo aku bahkan Dito mendengar Arlin berselingkuh . Dito merupakan lelaki setia bahkan dia tak pernah meninggalkan Arlin sekalipun hatinya hancur."
Ita : "WHATT ??"
Rey : "hehe.. ya begitulah Arlin "
Ita : "Tapi begundal itu juga pernah berselingkuh !"
Gya : "Ta, Gak usah dibahas !"
Ita : "Gak bisa Dito juga pernah berselingkuh dari kamu , dan aku juga masih gak terima kamu disakiti , mana mungkin lelaki setia kayak gitu !"
Rey : "Hehe Dito memang lelaki setia , ta .. hanya saja saat itu Arlin pernah kembali kehidupnya membuat harapannya akan Gya hancur dan mengira Gya akan berbuat seperti Arlin ."
Ita : "Tapi aku tetap gak terima !"
Gya : "Udah- udah gak baik ngomongin orang yang udah gak ada "
Makanan yang kami pesan akhirnya datang , pelayan itu menyajikan pesanan kami dimeja . "Ahhh selamat makan semua !" , ucap Ita mengawali makan bersama tersebut.
***
Rumah Rey Hardian .
Saat kami memasuki rumah nampak beberapa tukang sedang melakukan renovasi . Pada bagian atap di beberapa sudut rumah termasuk kamar tamu yang seharusnya akan menjadi tempat aku dan Ita tidur selama dirumah Rey Hardian . "Kak , lagi direnovasi ya ?" . Tanya Ita saat kami bertiga melangkah menuju ruang tengah.
Lelaki yang membantu membawakan barang-barang kami mengangguk sembari melihat sekeliling . "Iya ada beberapa yang mau dicat ulang " .
"Om sama tante dimana kak ?" , tanyaku keheranan karena kondisi rumah yang nampak sepi hanya ada suara palu yang menggema diseliling rumah .
Rey berjalan membawa barang-barang kami menuju ke sebuah kamar dilantai dua , diikuti kami berdua dibelakangnya .Dia meletakkan tas ransel kami diatas kasur . "om sama tante lagi ada urusan di surabaya , sekarang kalian tidur di kamarku ya soalnya kamar tamu sama kamar utama lagi direnovasi jadi masih berantakan banget " .
"Okedeh kak " Jawab Ita sembari menjatuhkan badannya keatas ranjang .
"Aku mau nyiapin minum dulu buat tukang sama masak buat makan kita nanti " . Kata Rey
"Siap pak bos !" . sahut Ita cepat .
"Kak , boleh aku bantu ?" . Aku menawarkan bantuan untuk Rey
"wah... boleh banget kok " .
Akibat renovasi rumah yang dirombak hampir setengah bagian rumah banyak pegawai yang bekerja di rumah di liburkan dengan alasan kondisi rumah yang tidak nyaman dan memang ayah maupun ibu Rey Hardian banyak menghabiskan waktu diluar kota sedangakan Rey sendiri ditugaskan di Lampung sehingga bisa dipastikan rumah tersebut hanya ditinggali beberapa hari saja dalam satu bulan.
Kali ini aku mencoba membatu Rey menyiapkan semua , karena ya .. aku merasa sudah diberi tempat untuk menginap jadi ini adalah salah satu bentuk rasa terima kasihku pada keluarga Rey Hardian.
Aku dan Rey kini berada di dapur . "kak kita mau buat apa ?" . tanyaku .
"Kita buat es jeruk sama bakwan dulu buat tukang setelah itu baru kita masak gulai ayam " .
"Oke kak , aku ambil gelas sama perasan jeruknya ya !" . Jawabku dengan penuh semangat .
Laki-laki itu terkekeh melihatku bersemangat . "Iya , kamu bisa ambil gelasnya dilemari diatas kompor , aku mau ambil jeruknya dulu dikulkas "
Tanpa berpikir panjang aku segera mengambil kursi yang ada disana sebagai tumpuanku meraih lemari yang dimaksud Rey tadi .Aku perlahan menaiki kursi dan menggapai lemari tersebut . setelah aku membukanya terdapat beberapa kardus gelas aku mengambil salah satunya . " kak yang ini bukan ? " . aku memperlihatkan kardus itu ke arah kak Rey yang sedang mempersiapkan bahan-bahan .
"Iya betul , hati-hati nanti jatuh " . Aku mencoba untuk segera turun dari kursi namun naas aku kehilangan keseimbangan. "Aaaa.." . Rey Hardian yang melihatku akan jatuh segera menjatuhkan bahan-bahan yang berada ditangannya dan segera berlari menangkapku.
"PYARRR ..." . satu set gelas yang berjumlah 12 gelas terjatuh dari tanganku . Hampir saja badanku jatuh kelantai , namun Rey berhasil menangkapku tepat waktu dan kini aku berada di gendongannya . Mata kami saling bertatapan . "Kamu memang cantik Gya , pantas saja Dito bahkan Rama jatuh cinta " .
Belum sempat aku menjawab kata-kata Rey , terdengar suara Ita yang berteriak . "APA YANG KALIAN LAKUKAN !".